Dear Friends,

Sekedar masukan...

Mohon dengan sangat, berhati-hatilah untuk menuduh 'pelaku
non-Tionghoa' yang melakukan tindakan kekerasan dalam peristiwa Mei.
Maksud hati ingin menuduh pelakunya, tapi terkadang, mungkin tanpa
sadar, kita dapat menyinggung perasaan etnis lain, ratusan juta
jumlahnya, yang sebenarnya tidak tahu apa-apa, bahkan banyak yang
menolong warga Tionghoa saat itu.

Dengan demikian, tanpa kita sadari, kita telah masuk perangkap para
dalang yang memang ingin mengadu-domba etnis. 
Waspadalah... waspadalah...!

Saya ada di sana saat itu (tinggal di Jl. Pembangunan, persis di depan
Gajah Mada), dan adik saya ikut di dalam demo Trisakti saat itu. 
Saya mempunyai beberapa kenangan yang tak akan terlupakan:

1) Saat ruko2 di Gajah Mada sudah dijarah (seperti toko buah Lucky,
dll) ada yang mengajak seorang bapak untuk turut mengambil buah. 
Si bapak itu menjawab, "tidak nak, itu dosa."
Luar biasa bukan, di saat setan sudah merajalela, orang mengambil TV,
komputer, dll, bapak itu tetap kukuh dengan hati nuraninya yang
mengatakan mencuri itu dosa, meskipun cuma sebutir mangga.

2) Para pemuda dari gang kami bersatu (segala etnis) menjaga jalan
masuk, agar gerombolan perusuh tidak dapat masuk. Yang laki-laki di
depan jalan (sampai ke tepi Gajah Mada), yang perempuan berkumpul
sambil memegang senjata apapun - tongkat, kayu, pisau dapur, air
panas. Pada malam 14 dan 15 Mei kami sudah siap akan segalanya -
termasuk mati membela diri dan keluarga.

3) Saat perusuh sudah melempari Roxy Mas, tempat istri (waktu itu
pacar) saya bekerja, ia berhasil keluar dibantu tukang bajaj, yang
mengatakan "non nunduk saja ya, saya akan terobos". Dan memang ia
menerobos hiruk pikuk kegilaan itu dan mengantar istri dengan selamat. 

Dan masih banyak kisah nyata lain, yang membuktikan kemuliaan manusia,
apapun etnisnya. Justru di tengah kesusahan, kita bisa melihat
keagungan sejati manusia. 


Saya tidak tahu bagaimana kerusuhan itu di skala nasional, tapi yang
saya tahu, banyak Tionghoa selamat, karena dibela oleh pribumi.
Benar ada non-Tionghoa yang mungkin membenci Tionghoa (mungkin
iri/memanfaatkan keadaan) tapi jauh lebih banyak yang melihat Tionghoa
sebagai sesama manusia. 

Janganlah, karena nila setitik, merusak persatuan bangsa.

Salam!





Reply via email to