Dear ALL....
Coba masuk  sendiri dekh....
Saya adalah seorang keturunan Cina yang memeluk agama ISLAM.....
Saya melihat dan merasakan sendiri 2 sisi pendekatan dan perbedaan...
Kadang2 saya suka cengar cengir bila ada orang Cina menjelekan ttg orang
pribumi....
dan juga sebaliknya kalau ada  orang pribumi yang menjelekkan  org Cina....

He..he....
Kita tidak bisa me rubah orang lain kecuali diri kita sendiri !!!!
Jangan menyalahkan siapa2,....
saya melihat bagaimana keluarga besar saya akhirnya bisa menerima keadaan
saya.... UNTUNG... saya punya seorang ayah yang  berpikir dan berjiwa
besar....
dan juga punya seorang ibu mertua yang sangat bijaksana...

Keluarga besar suami saya mau belajar  bahwa  perbedaan kita tidak harus
menjadi masalah besar....
KEBIASAAN tiap  orang berbeda....
KEBIASAAN tiap kelompok itu berbeda...

Hera...
BTW=

Pesan dari Mother Theresa.
Terkadang orang berpikir secara tidak masuk akal dan bersikap egois. Tetapi,
bagaimanapun juga, terimalah mereka apa adanya.

Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada
maksud-maksud buruk di balik perbuatan baik yang kau lakukan itu. Tetapi,
tetaplah berbuat baik selalu.

Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh dan juga
teman-teman yang iri hati atau cemburu. Tetapi teruskanlah kesuksesanmu itu.

Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu. Tetapi,
tetaplah bersikap jujur dan terbuka setiap saat.

Apa yang telah engkau bangun bertahun-tahun lamanya, dapat dihancurkan orang
dalam satu malam saja. Tetapi, janganlah berhenti dan tetaplah membangun.

Apabila engkau menemukan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati, orang lain
mungkin akan iri hati kepadamu. Tetapi, tetaplah berbahagia.

Kebaikan yang kau lakukan hari ini, mungkin besok dilupakan orang. Tetapi,
teruslah berbuat baik.

Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki dan itu mungkin tidak akan
pernah cukup. Tetapi, tetap berikanlah yang terbaik.

Sadarilah bahwa semuanya itu ada di antara engkau dan Tuhan. Tidak akan
pernah ada antara engkau dan orang lain. Jangan pedulikan apa yang orang
lain pikir atas perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi percayalah bahwa
mata Tuhan tertuju pada orang-orang jujur dan Dia sanggup melihat ketulusan
hatimu .



Mother Theresa.

NB: Jika Anda berkenan, kirimkanlah email ini ke teman2 Anda.

----- Original Message -----
From: "fei fei" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Sent: Wednesday, May 23, 2007 1:33 PM
Subject: Re: Membantu Pribumi Menghindari Pembodohan RE: [budaya_tionghua]
Re: Peringatan Tragedi Mei 98 di Los Angeles


pola pikir yang bagus sekali ,saya salut atas tulisan ini.

Kurniawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:          --- Herny
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Saya juga setuju dengan pendapat anda. Stereotipe
> orang tionghoa disini
> identik dengan punya uang banyak, sikap masa bodoh,
> dan cenderung eksklusif.
> Sayangnya, hal ini ada benarnya juga, walaupun tidak
> 100%. Apalagi
> akhir-akhir ini sejak jaman Gus Dur, orang-orang
> tionghoa yang selama ini
> ditekan tiba-tiba diberikan kebebasan, yang timbul
> malah euforia yang
> berlebihan dan sibuk memamerkan identitas
> kecinaannya.
>
> Sudah saatnya kita bersikap lebih peduli terhadap
> hal-hal seperti ini.
> Marilah kita mencoba berpikir dengan jernih. Saat
> kita hanya mau bergaul
> dengan sesama etnis tionghoa, bukankah kita menjadi
> eksklusif?

Hallo Sdri. Herny. Pendapat bahwa etnis Tionghua
cenderung eksklusif, hanya mau bergaul dengan etnis
China saja dan tidak mau bergaul dengan orang pribumi
sudah menjadi pendapat umum dan ini sering dianggap
sebagai penyebab antipati orang pribumi terhadap orang
China. Tapi saya sama sekali tidak setuju dengan
pendapat ini. Menurut saya, etnis China menjadi
eksklusif karena ada sebabnya, yaitu karena orang
pribumi terlebih dahulu "memusuhi" etnis China. Jelas
sekali bahwa pada zaman sebelumnya etnis China di
Indonesia dicemooh, ditolak, dan ditekan di Indonesia
karena ke-China-annya. Kalau etnis China "dimusuhi"
oleh pribumi seperti ini, bagaimana mungkin etnis
China masih bisa bergaul baik dengan orang yang
"memusuhi" mereka?

Sebaliknya, orang pribumi memusuhi etnis China juga
bukan tanpa sebabnya. Sebab utamanya adalah "kebijakan
pemerintah" lama yang "menekan dan
mengkambinghitamkan" etnis China membuat orang pribumi
secara otomatis mengikuti kebijakan ini dan selalu
yakin bahwa orang China adalah "penyebab penderitaan
mereka dan ancaman bahaya yang perlu diwaspadai".

Bisa dilihat, sesudah pemerintah baru memberi
kebijakan "keterbukaan" terhadap etnis dan kebudayaan
China, rakyat otomatis mengikuti kebijakan ini dan
jauh lebih bisa menerima etnis China. Hal ini terasa
sekali dalam kehidupan sehari-hari, tanpa didahului
oleh adanya perubahan apa pun yang signifikan dari
pihak etnis China sendiri, termasuk dalam hal
ke-ekslusifan-nya.

Saya selalu yakin, bahwa penyebab paling utama tentang
masalah etnis China di Indonesia, termasuk kerusuhan
Mei, adalah "kebijakan pemerintah" dan bukan pada
pihak pribumi (dalam arti rakyat) maupun pada etnis
China sendiri.

Mengenai bahwa sesudah era keterbukaan terlihat
ke-euforia-an yang berlebihan dan orang China yang
sibuk memamerkan identitas ke-China-annya saya tidak
pernah melihat hal ini. Bisakah Anda memberi
contoh-contoh yang lebih nyata mengenai hal ini?

Saya malah melihat hal yang sebaliknya, bahwa sesudah
era keterbukaan pun masih banyak etnis China yang
sudah tercuci otaknya ataupun trauma atas penekanan di
masa lalu, dan memiliki perasaan bersalah dan khawatir
untuk menjadi terlalu China di Indonesia. Contohnya
bisa dilihat dari beberapa e-mail di milis ini.

Saat kita
> merayakan imlek besar-besaran di hotel mewah, yang
> sebenarnya tidak perlu,
> ada berapa banyak orang Indonesia lain yang masih
> hidup miskin; jika saya
> menjadi mereka, tidakkah akan muncul rasa iri dan
> pikiran bahwa orang Cina
> kaya-kaya.

Pernyataan semacam ini akan selalu disetujui oleh
kebanyakaan orang sebagai suatu kebaikan yang perlu
dijunjung tinggi. Tapi masalah benar atau tidaknya
pernyataan ini adalah hal lain. Saya setuju untuk
tidak melakukan perayaan yang berlebih-lebihan yang
mencolok dan menimbulkan kecemburuan sosial. Tapi
saya tidak setuju bahwa merayakan sesuatu dengan
besar-besaran atau mewah itu terkesan buruk untuk
dilakukan. Kalau kita memang punya sedikit
keberuntungan tidak ada salahnya untuk menikmati
hidup. Mengenai berapa banyak orang Indonesia lain
yang masih miskin, kita harus prihatin dan berusaha
membantu, tapi bukan berarti karena hal ini kita harus
menindas kebahagiaan kita sendiri.

Selain kemisikinan di Indonesia, di dunia ini masih
ada berjuta-juta penderitaan dan masalah lain yang
perlu dibantu, mulai dari penyakit, kelaparan,
peperangan, pelanggaran kemanusiaan dan sebagainya,
tetapi apakah karena adanya hal ini kita harus menjadi
martir? Berapa banyak kah orang yang tidak jadi
menonton film di bioskop dan mendermakan uangnya
kepada orang cacat yang meminta-minta di pintu bioskop
karena nilai uang tersebut 100 X lipat lebih berharga
untuk orang cacat tersebut daripada kesenangan mereka
menonton film yang bisa mereka nikmati secara gratis
di Televisi tanpa batas?

Selain itu ada satu faktor penting yang perlu
diperhatikan dalam situasi ini, yaitu yang Anda
sebutkan sebagai "muncul perasaan iri". Dalam
beberapa kasus mungkin memang ada rangsangan
berlebihan dari luar yang memungkinkan munculnya
perasaan iri ini dalam diri seseorang atau masyarakat.
Tapi seringkali perasaan iri ini sudah lebih dahulu
bercokol dalam diri seseorang atau masyarakat
tersebut. Hal ini disebabkan keterbatasan pemahaman,
yang sebelumnya didahului oleh kurangnya pendidikan,
dan kurangnya pendidikan ini sebelumnya didahului oleh
kemiskinan. Saya bukan ingin membahas topik ini, tapi
yang ingin saya tekankan adalah bahwa, selain dari
pihak tertentu harus berusaha untuk tidak memunculkan
rasa iri pada orang lain, tapi dari pihak orang lain
tersebut juga harus berusaha belajar memahami dan
membedakan apakah "perasaan iri" mereka ini rasional
atau tidak. Ini adalah faktor yang penting.

Contoh lain, dengan kita mengimpor
> barang-barang murah dari Cina;
> makanan, buah, baju, dsb; ada berapa petani dan
> pengusaha pribumi yang
> bangkrut karena tidak mampu bersaing dan akhirnya
> menyalahkan semua orang
> Cina termasuk yang di Indonesia. Hal-hal seperti
> jika tertimbun selama
> bertahun-tahun, dengan sedikit provokasi saja,
> tidakkah akan mengulangi
> tragedi Mei 98?
>

Saya rasa hal mengimpor barang murah dari China tidak
ada hubungan erat dengan masalah etnis China di
Indonesia. Yang perlu diingat adalah bisnis bukanlah
kegiatan sosial. Ada kode etik tertentu dalam bisnis
yang harus kita pegang, tapi kalau dalam berbisnis
kita selalu memikirkan berapa banyak orang yang tidak
mampu bersaing dengan kita, jangan heran kalau bisnis
kita tidak pernah maju, dan mungkin ini ciri-ciri
bahwa kita lebih berbakat menjadi pekerja sosial
daripada businessman. Seperti yang saya sebut di atas
mengenai "rasa iri", dalam kasus ini juga selain dari
satu pihak memang harus berusaha menerapkan bisnis
yang saling menguntungkan, tapi dari pihak lain juga
perlu adanya peningkatan pemahaman apakah "menyalahkan
orang yang mengalahkan kita dalam berbisnis" adalah
rasionil?

> Teman-teman, sebelumnya saya mohon maaf, tolong
> jangan salah paham terhadap
> apa yang barusan saya katakan. Saya sendiri adalah
> etnis Tionghoa dan saya
> sangat menghargai budaya tionghoa, saya mengagumi
> bangunan Kota Terlarang yg
> bisa benar-benar simetris, tembok cina yang begitu
> panjang, saya suka minum
> teh cina, saya suka nonton F4 dan dengar lagu cina,
> dan saya juga mengalami
> diskriminasi tapi hal itu tidak merubah kenyataan
> bahwa saya adalah orang
> Indonesia, yang lahir dan tinggal di Indonesia, dan
> karenanya juga harus
> peduli dengan kondisi bangsa ini
>

Saya pikir tidak perlu meminta maaf karena kita semua
di sini sama dan sedang berdiskusi. Semua ungkapan
Anda ini benar-benar perlu dihargai. Dari saya
sendiri, seperti sudah disebutkan di atas, saya merasa
bahwa kelihatannya banyak orang yang khawatir
kalau-kalau menjadi "China" di Indonesia adalah
sesuatu yang salah, seolah-olah menjadi China berarti
kurang nasionalis terhadap Indonesia, dan akan mejadi
orang yang lebih "berbudi luhur" jika berusaha untuk
menjadi tidak terlalu China.

Saya selalu berpikir sebaliknya, di samping saya harus
berusaha berbaur dengan pribumi, tapi dari pihak
pribumi juga bisa harus bisa belajar dan menghargai
ke-China-an saya. Pemahaman dasar ini penting sekali
untuk orang pribumi sendiri, bukan hanya hubungannya
dengan ke-China-an saya pribadi tapi untuk memperluas
cakrawala mereka secara umum. Saya sendiri merasa,
selama identitas ke-China-an saya ditekan seperti
zaman sebelumnya, saya tidak akan pernah bisa
benar-benar berbaur dengan orang pribumi dan dengan
negeri ini. Tidak peduli bagaimana pun saya berusaha,
tidak mungkin saya bisa bersatu dengan orang yang
menolak saya, karena penolakan tersebut ada pada
mereka, dan bukan pada saya.

Hal ini bukan berarti bahwa saya menganggap etnis
China seluruhnya dalam pihak yang benar atau pihak
pribumi seluruhnya berada dalam pihak yang salah.
Semua hal yang Saudari sarankan perlu dilakukan. Yang
ingin saya tekankan adalah selain dari pihak etnis
China, usaha-usaha perbaikan juga harus datang dari
pihak pribumi.

Menyelesaikan masalah etnis China dengan hanya
mengandalkan semua inisiatif dari pihak etnis China
berarti melakukan pembodohan terhadap pribumi. Kalau
etnis China berusaha berbaur, etnis China berusaha
tidak menimbulkan kecemburuan sosial, etnis China
berusaha tidak menyolok dalam berbisnis, hal ini
berarti etnis China "hanya" membuat orang pribumi
tidak antipati terhadap etnis China, tidak iri
terhadap orang China, dan tidak marah terhadap orang
China. Hal ini hanya menguntungkan bagi keselamatan
dan keamanan etnis China sendiri, tetapi membiarkan
orang pribumi tetap dalam kegelapan dan
ketidakmengertiannya.

Tetapi kalau kita meminta orang pribumi juga
bertanggung jawab terhadap persepsi dan pemahaman
mereka sendiri, hal ini berarti kita membantu pribumi
menghindari pembodohan. Tanggung jawab terhadap
persepsi ini termasuk, bagaimana mereka menyikapi
keanekaragaman etnis, kemungkinan bahwa perasaan
cemburu sosial mereka tidak berdasar (selama memang
bukan ada penyebab dari pihak etnis China yang
keterlaluan), atau kemungkinan bahwa sikap menyalahkan
pihak lain dalam berbisnis adalah kurang tepat. Hal
ini bisa menjadi awal dari kemajuan pribumi sendiri
dan juga kebersatuan negara kita dari segala jenis
keanekaragamannya.

Kurniawan

__________________________________________________________
Expecting? Get great news right away with email Auto-Check.
Try the Yahoo! Mail Beta.
http://advision.webevents.yahoo.com/mailbeta/newmail_tools.html






http://www.friendster.com/feifei2899

---------------------------------
Meet your soulmate!
 Yahoo! Asia presents Meetic - where millions of singles gather

[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.


Yahoo! Groups Links




Kirim email ke