pola pikir yang bagus sekali ,saya salut atas tulisan ini. Kurniawan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: --- Herny <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Saya juga setuju dengan pendapat anda. Stereotipe > orang tionghoa disini > identik dengan punya uang banyak, sikap masa bodoh, > dan cenderung eksklusif. > Sayangnya, hal ini ada benarnya juga, walaupun tidak > 100%. Apalagi > akhir-akhir ini sejak jaman Gus Dur, orang-orang > tionghoa yang selama ini > ditekan tiba-tiba diberikan kebebasan, yang timbul > malah euforia yang > berlebihan dan sibuk memamerkan identitas > kecinaannya. > > Sudah saatnya kita bersikap lebih peduli terhadap > hal-hal seperti ini. > Marilah kita mencoba berpikir dengan jernih. Saat > kita hanya mau bergaul > dengan sesama etnis tionghoa, bukankah kita menjadi > eksklusif? Hallo Sdri. Herny. Pendapat bahwa etnis Tionghua cenderung eksklusif, hanya mau bergaul dengan etnis China saja dan tidak mau bergaul dengan orang pribumi sudah menjadi pendapat umum dan ini sering dianggap sebagai penyebab antipati orang pribumi terhadap orang China. Tapi saya sama sekali tidak setuju dengan pendapat ini. Menurut saya, etnis China menjadi eksklusif karena ada sebabnya, yaitu karena orang pribumi terlebih dahulu memusuhi etnis China. Jelas sekali bahwa pada zaman sebelumnya etnis China di Indonesia dicemooh, ditolak, dan ditekan di Indonesia karena ke-China-annya. Kalau etnis China dimusuhi oleh pribumi seperti ini, bagaimana mungkin etnis China masih bisa bergaul baik dengan orang yang memusuhi mereka? Sebaliknya, orang pribumi memusuhi etnis China juga bukan tanpa sebabnya. Sebab utamanya adalah kebijakan pemerintah lama yang menekan dan mengkambinghitamkan etnis China membuat orang pribumi secara otomatis mengikuti kebijakan ini dan selalu yakin bahwa orang China adalah penyebab penderitaan mereka dan ancaman bahaya yang perlu diwaspadai. Bisa dilihat, sesudah pemerintah baru memberi kebijakan keterbukaan terhadap etnis dan kebudayaan China, rakyat otomatis mengikuti kebijakan ini dan jauh lebih bisa menerima etnis China. Hal ini terasa sekali dalam kehidupan sehari-hari, tanpa didahului oleh adanya perubahan apa pun yang signifikan dari pihak etnis China sendiri, termasuk dalam hal ke-ekslusifan-nya. Saya selalu yakin, bahwa penyebab paling utama tentang masalah etnis China di Indonesia, termasuk kerusuhan Mei, adalah kebijakan pemerintah dan bukan pada pihak pribumi (dalam arti rakyat) maupun pada etnis China sendiri. Mengenai bahwa sesudah era keterbukaan terlihat ke-euforia-an yang berlebihan dan orang China yang sibuk memamerkan identitas ke-China-annya saya tidak pernah melihat hal ini. Bisakah Anda memberi contoh-contoh yang lebih nyata mengenai hal ini? Saya malah melihat hal yang sebaliknya, bahwa sesudah era keterbukaan pun masih banyak etnis China yang sudah tercuci otaknya ataupun trauma atas penekanan di masa lalu, dan memiliki perasaan bersalah dan khawatir untuk menjadi terlalu China di Indonesia. Contohnya bisa dilihat dari beberapa e-mail di milis ini. Saat kita > merayakan imlek besar-besaran di hotel mewah, yang > sebenarnya tidak perlu, > ada berapa banyak orang Indonesia lain yang masih > hidup miskin; jika saya > menjadi mereka, tidakkah akan muncul rasa iri dan > pikiran bahwa orang Cina > kaya-kaya. Pernyataan semacam ini akan selalu disetujui oleh kebanyakaan orang sebagai suatu kebaikan yang perlu dijunjung tinggi. Tapi masalah benar atau tidaknya pernyataan ini adalah hal lain. Saya setuju untuk tidak melakukan perayaan yang berlebih-lebihan yang mencolok dan menimbulkan kecemburuan sosial. Tapi saya tidak setuju bahwa merayakan sesuatu dengan besar-besaran atau mewah itu terkesan buruk untuk dilakukan. Kalau kita memang punya sedikit keberuntungan tidak ada salahnya untuk menikmati hidup. Mengenai berapa banyak orang Indonesia lain yang masih miskin, kita harus prihatin dan berusaha membantu, tapi bukan berarti karena hal ini kita harus menindas kebahagiaan kita sendiri. Selain kemisikinan di Indonesia, di dunia ini masih ada berjuta-juta penderitaan dan masalah lain yang perlu dibantu, mulai dari penyakit, kelaparan, peperangan, pelanggaran kemanusiaan dan sebagainya, tetapi apakah karena adanya hal ini kita harus menjadi martir? Berapa banyak kah orang yang tidak jadi menonton film di bioskop dan mendermakan uangnya kepada orang cacat yang meminta-minta di pintu bioskop karena nilai uang tersebut 100 X lipat lebih berharga untuk orang cacat tersebut daripada kesenangan mereka menonton film yang bisa mereka nikmati secara gratis di Televisi tanpa batas? Selain itu ada satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam situasi ini, yaitu yang Anda sebutkan sebagai muncul perasaan iri. Dalam beberapa kasus mungkin memang ada rangsangan berlebihan dari luar yang memungkinkan munculnya perasaan iri ini dalam diri seseorang atau masyarakat. Tapi seringkali perasaan iri ini sudah lebih dahulu bercokol dalam diri seseorang atau masyarakat tersebut. Hal ini disebabkan keterbatasan pemahaman, yang sebelumnya didahului oleh kurangnya pendidikan, dan kurangnya pendidikan ini sebelumnya didahului oleh kemiskinan. Saya bukan ingin membahas topik ini, tapi yang ingin saya tekankan adalah bahwa, selain dari pihak tertentu harus berusaha untuk tidak memunculkan rasa iri pada orang lain, tapi dari pihak orang lain tersebut juga harus berusaha belajar memahami dan membedakan apakah perasaan iri mereka ini rasional atau tidak. Ini adalah faktor yang penting. Contoh lain, dengan kita mengimpor > barang-barang murah dari Cina; > makanan, buah, baju, dsb; ada berapa petani dan > pengusaha pribumi yang > bangkrut karena tidak mampu bersaing dan akhirnya > menyalahkan semua orang > Cina termasuk yang di Indonesia. Hal-hal seperti > jika tertimbun selama > bertahun-tahun, dengan sedikit provokasi saja, > tidakkah akan mengulangi > tragedi Mei 98? > Saya rasa hal mengimpor barang murah dari China tidak ada hubungan erat dengan masalah etnis China di Indonesia. Yang perlu diingat adalah bisnis bukanlah kegiatan sosial. Ada kode etik tertentu dalam bisnis yang harus kita pegang, tapi kalau dalam berbisnis kita selalu memikirkan berapa banyak orang yang tidak mampu bersaing dengan kita, jangan heran kalau bisnis kita tidak pernah maju, dan mungkin ini ciri-ciri bahwa kita lebih berbakat menjadi pekerja sosial daripada businessman. Seperti yang saya sebut di atas mengenai rasa iri, dalam kasus ini juga selain dari satu pihak memang harus berusaha menerapkan bisnis yang saling menguntungkan, tapi dari pihak lain juga perlu adanya peningkatan pemahaman apakah menyalahkan orang yang mengalahkan kita dalam berbisnis adalah rasionil? > Teman-teman, sebelumnya saya mohon maaf, tolong > jangan salah paham terhadap > apa yang barusan saya katakan. Saya sendiri adalah > etnis Tionghoa dan saya > sangat menghargai budaya tionghoa, saya mengagumi > bangunan Kota Terlarang yg > bisa benar-benar simetris, tembok cina yang begitu > panjang, saya suka minum > teh cina, saya suka nonton F4 dan dengar lagu cina, > dan saya juga mengalami > diskriminasi tapi hal itu tidak merubah kenyataan > bahwa saya adalah orang > Indonesia, yang lahir dan tinggal di Indonesia, dan > karenanya juga harus > peduli dengan kondisi bangsa ini > Saya pikir tidak perlu meminta maaf karena kita semua di sini sama dan sedang berdiskusi. Semua ungkapan Anda ini benar-benar perlu dihargai. Dari saya sendiri, seperti sudah disebutkan di atas, saya merasa bahwa kelihatannya banyak orang yang khawatir kalau-kalau menjadi China di Indonesia adalah sesuatu yang salah, seolah-olah menjadi China berarti kurang nasionalis terhadap Indonesia, dan akan mejadi orang yang lebih "berbudi luhur" jika berusaha untuk menjadi tidak terlalu China. Saya selalu berpikir sebaliknya, di samping saya harus berusaha berbaur dengan pribumi, tapi dari pihak pribumi juga bisa harus bisa belajar dan menghargai ke-China-an saya. Pemahaman dasar ini penting sekali untuk orang pribumi sendiri, bukan hanya hubungannya dengan ke-China-an saya pribadi tapi untuk memperluas cakrawala mereka secara umum. Saya sendiri merasa, selama identitas ke-China-an saya ditekan seperti zaman sebelumnya, saya tidak akan pernah bisa benar-benar berbaur dengan orang pribumi dan dengan negeri ini. Tidak peduli bagaimana pun saya berusaha, tidak mungkin saya bisa bersatu dengan orang yang menolak saya, karena penolakan tersebut ada pada mereka, dan bukan pada saya. Hal ini bukan berarti bahwa saya menganggap etnis China seluruhnya dalam pihak yang benar atau pihak pribumi seluruhnya berada dalam pihak yang salah. Semua hal yang Saudari sarankan perlu dilakukan. Yang ingin saya tekankan adalah selain dari pihak etnis China, usaha-usaha perbaikan juga harus datang dari pihak pribumi. Menyelesaikan masalah etnis China dengan hanya mengandalkan semua inisiatif dari pihak etnis China berarti melakukan pembodohan terhadap pribumi. Kalau etnis China berusaha berbaur, etnis China berusaha tidak menimbulkan kecemburuan sosial, etnis China berusaha tidak menyolok dalam berbisnis, hal ini berarti etnis China hanya membuat orang pribumi tidak antipati terhadap etnis China, tidak iri terhadap orang China, dan tidak marah terhadap orang China. Hal ini hanya menguntungkan bagi keselamatan dan keamanan etnis China sendiri, tetapi membiarkan orang pribumi tetap dalam kegelapan dan ketidakmengertiannya. Tetapi kalau kita meminta orang pribumi juga bertanggung jawab terhadap persepsi dan pemahaman mereka sendiri, hal ini berarti kita membantu pribumi menghindari pembodohan. Tanggung jawab terhadap persepsi ini termasuk, bagaimana mereka menyikapi keanekaragaman etnis, kemungkinan bahwa perasaan cemburu sosial mereka tidak berdasar (selama memang bukan ada penyebab dari pihak etnis China yang keterlaluan), atau kemungkinan bahwa sikap menyalahkan pihak lain dalam berbisnis adalah kurang tepat. Hal ini bisa menjadi awal dari kemajuan pribumi sendiri dan juga kebersatuan negara kita dari segala jenis keanekaragamannya. Kurniawan __________________________________________________________ Expecting? Get great news right away with email Auto-Check. Try the Yahoo! Mail Beta. http://advision.webevents.yahoo.com/mailbeta/newmail_tools.html http://www.friendster.com/feifei2899 --------------------------------- Meet your soulmate! Yahoo! Asia presents Meetic - where millions of singles gather [Non-text portions of this message have been removed]