Bung Kurniawan, ini adalah salah satu tulisan bagus yang pernah saya baca di milis ini. Ijinkanlah saya ikut memberikan sedikit komentar. === Mengenai bahwa sesudah era keterbukaan terlihat ke-euforia-an yang berlebihan dan orang China yang sibuk memamerkan identitas ke-China-annya saya tidak pernah melihat hal ini. Bisakah Anda memberi contoh-contoh yang lebih nyata mengenai hal ini? === Ada lho Pak. Kalau contoh, ya beberapa rekan dan orang lain yang sempat saya liat didalam kehidupan, tetapi memang ngga boleh dijadikan semacam, yah...katakanlah, stereotyping.
Teorinya gini deh, begitu ikatan kuat yang membelenggu sebuah komunitas dilepas dengan tiba-tiba, maka ada semacam tendensi dari komunitas tersebut untuk berekspresi secara "berlebihan" terhadap sesuatu yang dibelenggu tersebut. Ini adalah lumrah secara psikologis massa. Bahwa ada yang masih dapat mengontrol "ledakan ekspresinya", benar. Tetapi ada juga yang merasa "menang hawa" dan mulai sedikit banyak bertingkah yang kemudian dipandang oleh komunitas lain sebagai "over-acting". Contoh lain mungkin adalah masalah "reformasi" politik di Indonesia. Sekarang coba bung liat, ada puluhan (hampir 50) partai yang siap berkompetisi di pemilu nanti. We....Apa ngga puyeng ya? Amerika yang selalu mengaku sebagai "kampiun demokrasi" tetap memakai bipartit, demokrat dan republik. Kalau Tiongkok lebih keren lagi...cuman 1 aje...Hehehe...(ini demokrasi bukan ya??) === Sebaliknya, orang pribumi memusuhi etnis China juga bukan tanpa sebabnya. Sebab utamanya adalah "kebijakan pemerintah" lama yang "menekan dan mengkambinghitamkan" etnis China membuat orang pribumi secara otomatis mengikuti kebijakan ini dan selalu yakin bahwa orang China adalah "penyebab penderitaan mereka dan ancaman bahaya yang perlu diwaspadai". === Hm...saya pikir, kata "memusuhi" kurang tepat ya pak. Mungkin kata "iri" lebih mengena. Atau apakah kata ini lebih dianggap tabu ketimbang "memusuhi" ya? Yang bahaya itu "stereotyping" pak. Dan, menurut saya sih, faktor "iri" atau "memusuhi" itu banyak lho pak. Ngga cuman masalah ekonomi aja. Masalah-masalah sosial juga banyak. Ada beberapa rekan bisnis saya yang ngga begitu suka kerja bakti dan lebih suka "setor duit". Apakah salah? Ya ngga donk. Tetapi hal itu membawa dua kerugian, (1)kita dianggap "kurang suka" bersosialisasi dan (2)kita dianggap punya "kelebihan duit". Kalau yang terakhir sih saya ngga keberatan lho :P Hehehe... Masalah sosial lain yang sering menjadi stereotyping orang "cino" adalah bahwa kita merupakan sebuah komunitas yang tertutup. Hm... Hal ini memang sensitif. Contohnya, masih dianggap tabu bagi komunitas tionghua tertentu bila anak gadisnya menikah dengan lelaki non-tionghua. Sama-sama lelakinya kok situ yang boleh sedang dia ngga boleh? Hal ini menimbulkan semacam "kecemburuan" mengingat gadis tionghua, seperti halnya manusia dari etnis lain, memiliki kelebihan-kelebihan fisik yang merupakan anugrah. Yang aneh, "tuduhan stereotyping" ini sepengetahuan saya hanya diberikan kepada gadis etnis tionghua, sedangkan dari etnis lain seperti India dll tidak pernah saya dengar. Padahal, saya kenal orang India yang kalau menikah dengan orang India juga. Hm...What's so special about these "chinese girls"? Saya jadi heran. Lha, Apakah tidak ada "kawin campur" ini? Ada donk. Meme dari saudara ipar saya menikah dengan lelaki pribumi dan menjadi muslim. Terus, tetangga saya yang lelaki menikah dengan gadis pribumi dan yang gadis bersedia menjadi konghuchu. Trus...mengapa kok masih ada yang "cerewet" dengan berkata "wong cino ra gelem campur?" Soalnya, stereotyping itu masih mengakar kuat dibenak komunitas lain. Itu masalahnya. Mungkin ada baiknya diundang banyak komunitas lain gabung kedalam milis ini sehingga mereka lebih "melek" terhadap komunitas tionghua di Indonesia, dan diharapkan adanya penghapusan stereotyping secara sistematis dalam benak mereka. Mungkin cara ini akan lebih berhasil. Who knows? Sehingga, jika ada provokator yang mengajak berbuat rusuh, maka kita akan secara kompak berkata, "Ra gelem. Wong bolo dhewe..." :P Beautiful dream...isn't it? Just another my two cents...