Pak ABS, sayangnya waktu tahun 66 itu saya tidak mungkin lagi tenang2 duduk di 
belakang meja tulis . Wong sekolah saya dirampas paksa kok. 

Di hari yang " Sangat Bersejarah" itu saya hanya bisa mengintip lewat lubang 
jendela, menyaksikan barisan "Patriotik" teman2 Pak ABS berdemontasi, sembari 
ber-teriak2 lantang mereka berduyun2 menuju ke arah sekolah saya yang tak jauh 
dari rumah. Sementara di belakangnya, saya melihat ada beberapa seragam tentara 
yang ikut mengiringi dan mengawal pawai gempita ini. 

Hari itu juga, sekolah saya telah habis diserbu, kaca2 di pecah, seluruh 
perabot dihancurkan dan dibakar,  setelah puas menduduki sekolah saya, sebelum 
meninggalkannya,  mereka sempat menyerah terimakan bangunan Sekolah saya kepada 
pihak tentara yang sangat disiplin menjagai demo mereka. Sampai hari ini, 
bangunan sekolah saya,  yang satu dijadikan sekolah negeri, yang satu masih 
menjadi markas tentara,. 

Salam,
ZFy



  ----- Original Message ----- 
  From: Akhmad Bukhari Saleh 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Sunday, September 09, 2007 2:22 PM
  Subject: Kumis (Re: [budaya_tionghua] Re: Makna Imlek)


  ----- Original Message ----- 
  From: [EMAIL PROTECTED]
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Sent: Saturday, September 08, 2007 11:40 PM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Makna Imlek

  > OOT : Dan rasanya tak perlu dibanggakan, wong demonya
  > dibackingi tentara kok.
  > lain dng Yunhap CS yang sampai kena tembak,,,

  -------------------------------------

  Ini bisa dibahas panjang-lebar tentang ketidak-betulannya.
  Saya di jaman itu ditembaki pasukan rezim penguasa, saya di jaman
  Yun Hap ditangkap aparat rezim penguasa, jadi bisa cerita panjang dan 
  rinci tentang keadaan sebenarnya 'di lapangan', pada Zhou-heng yang
  duduk di belakang meja tulis.
  Tetapi... Zhou-heng betul sekali, ini OOT. Karenanya nggak usah
  diomongin di milis ini lah.

  Jadi ... mari kita kembali ke laptop ... eh sorry ... ke budaya tionghoa
  saja!
  Ada satu aspek ketionghoaan yang sudah puluhan tahun mengusik
  pikiran saya, barangkali liatwie kuncu di milis ini bisa memberikan
  penjelasan.
  Yaitu soal kumis!!

  Saya sudah 50-an tahun membaca berbagai buku ketionghoaan,
  terutama cersil (walau hanya terjemahannya, karena saya buta bahasa
  Tionghoa). Dan sekarang ini hampir tiap hari saya nonton film Cina,
  baik di channel TV Mandarin (Celestial) maupun DVD.
  Dan di buku-buku ketionghoaan selalu ada kalimat "mengurut
  kumisnya" atau "mengelus jenggotnya". Dan di film Mandarin, baik
  yang merupakan cerita jaman dinasti-dinasti mapun yang kontemporer,
  selalu saja terlihat adanya orang yang berkumis dan yang berjenggot.
  Baik yang pendek rapih maupun yang panjang menjurai.
  Apalagi di kelenteng, semua tokoh laki-laki yang dipuja, 
  divisualisasikan sebagai berkumis dan berjenggot panjang!

  Tetapi dalam dunia nyata bagaimana?
  Saya pernah (beberapa kali) ke RRT, Hongkong, Taiwan, dan
  Singapore. Saya pernah datang ke pecinan (chinatowns) di berbagai
  kota di Amerika, Eropa dan Australia. Saya punya banyak kegiatan
  berinteraksi dengan teman-teman Tionghoa di Indonesia, termasuk
  berceramah di Glodok.
  Tetapi, he he he..., boleh dikata belum pernah sejak dulu sampai
  sekarang saya melihat laki-laki Tionghoa yang berkumis!! Apalagi yang
  berjenggot!!!

  Mengapa begitu ya?
  Apakah ini soal budaya yang falsafi? Atau ini soal fashion yang cyclical
  (musiman)?
  Ataukah saya saja yang kebetulan kurang luas dan cermat menyimak?
  Entah, kalau kita survey di milis ini, kira-kira siapa ya di antara
  members milis ini yang bisa mengacungkan jari sambil bilang: "Saya
  memelihara kumis lho, ABS-heng!!"...

  Wasalam.



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to