Ah, ini adalah pemikiran yang tidak sesuai dng kenyataan Pak ABS!

Saat ini, pemerintah RRT menerima siapa saja yang mengulurkan tangan, yang
mendatangkan manfaat langsung, menutup sebelah mata thd kelakuan orang2 di
masa lalu. ini bukan karena mereka bodoh, bukan karena mereka telah
memaafkan, ini adalah berkat sikap pragmatis mereka belaka , demi manfaat
ekonomi yang lebih besar, demi pembangunan dalam negeri, yang lain boleh
dikorbankan dulu!

Bahkan dng Amerika yang pernah berperang di Vietnam dan Koreapun sanggup
berjabat tangan, dengan Jepang yang pernah melakukan pembantaian di
Nanjingpun mereka mau berbaikan.

Tapi semua ini bukan menandakan mereka menyetujui kelakuan2 bekas musuhnya
di masa lalu, apalagi sampai mengaku ada di pihak yang salah di masa lalu!
ini tidak sesuai dng fakta!

Contoh yang konkrit: RRT tetap tak dapat memaafkan kejahatan Invasi Jepang
di masa lalu, tapi sejauh Jepang tidak me-ngungkit2 luka lama lewat revisi
buku sejarah atau penghormatan ke altar penjahat perang, mereka tetap
dapat menjalin ubungan normal. Tapi begitu Jepang mulai berulah, mereka
langsung menegur!

Coba sekarang Sofyan Wanadi CS secara terbuka di publik membanggakan diri
sebagai pahlawan yang menyerang kedutaan RRT di waktu itu, apakah
pemerintah RRT akan diam2 saja?


Salam,
ZFy


> ----- Original Message -----
> From: ChanCT
> To: HKSIS-Group
> Sent: Monday, September 10, 2007 10:34 PM
> Subject: Fw: [budaya_tionghua] Re: Makna Imlek
>
>> orang-orang macam ini juga yang paling cepat ganti haluan
>> begitu hubungan baik dengan Tiongkok, lebih dahulu
>> melompat ke depan merebut hati untuk mendapatkan usaha
>> dari Tiongkok.
>> Sungguh luar biasa, ... seolah-olah tidak pernah dia lakukan
>> dirinya sebagai pelopor mengganyang RRT dan
>> merusak hancurkan Kedutaan RRT 41 tahun lebih yl.
>
> ----------------------------------
>
> Koq bisa?? Apa pemerintah RTT bodoh?? Apa tidak punya catatan (arsip)
> sejarah??
> Kenapa tidak di-banned untuk dapat visa masuk RRC, seperti yang disarankan
> Agung Setiawan?? ("RRC" ini singkatan yang dipakai Agung).
>
> Memang tidak begitu! Pemerintah RRT tidak bodoh! Harry Alim dalam
> analisisnya tentang kemajuan sistem transport di Beijing sudah menjelaskan
> betapa kompeten dan cerdasnya pemerintah RRT.
> Karena itu, mereka tahu betul bahwa yang diprotes orang Indonesia,
> termasuk
> warga suku Tionghoa 41 tahun yang lalu, adalah RRT rezim Mao yang terlibat
> membantu pemberontakan di Indonesia. Rezim yang berbeda 180 derajat dengan
> RRT rezim akal sehat sekarang ini.
>
> Sekarang ini, jangankan mereka-mereka itu welcome masuk RRT, Dubes RI
> sekarang pun seorang jenderal dari TNI Angk. Darat (yang katanya
> mendalangi
> demo anti RTT 41 tahun yang lalu), tidak masalah, disambut dengan sangat
> welcome.
>
> Wasalam.
>
>

Reply via email to