Kalau pertimbangannya hanya sekedar pembedaan, istilah Tionghoa sebenarnya juga 
bukan monopoli WNI. bagaimana dng Tionghoa Amerika? Tionghoa Eropa, Tionghoa 
Thailan dll? apa mereka tidak berhak disebut Tionghoa lagi?

Kalau istilah  Tionghoa mau dimonopoli WNI, bagaimana menamai Tionghoa negeri 
Tiongkok dan Tionghoa perantauan di negeri lain, bagaimana menamai orang 
Tionghoa Taiwan dan Hongkong ? Kalau pola berpikirnya hanya asal beda, mungkin 
pilihannya tinggal begini: orang Tionghoa untuk orang Indonesia, orang Tiongkok 
untuk yang dari negeri Tiongkok, yang diluar itu, terpaksa terima sampahnya 
----- orang Cina lagi. absurd bukan? lantas, bagaimana membedakan yang dari 
Taiwan, Hongkong , Belanda dan Amerika? habislah istilahnya....apa semua perlu 
mencipta istilah baru? pasti bingung....

Padahal, dalam dunia Internasional, semua disebut Chinese ( English) dan Huan 
Ren ( mandarin), kok tidak ada yang bingung ya? karena dalam istilah yang 
tunggal itu manusia kan bisa menambahi keterangan tambahan . Chinese bisa 
menjadi Indonesian Chinese, American Chinse, Mainland Chinese dll2, demikian 
juga untuk isatilah Huaren, tinggal ditambah keterangan negara asalnya. mengapa 
pola yang sama tak bisa dipakai untuk istilah tionghoa? mengapa yang sederhana 
ini mau dijadikan rumit? 

Saya kok cenderung beranggapan, Tionghoa yang ngotot mau membuat garis tegas 
Tionghoa sana dan Tionghoa sini agaknya masih terbebani bayangan gelap sejarah 
masa lalu ----- trauma politik zaman orde baru, lewat cara ini, mereka bisa dng 
gagah menunjukkan bahwa meski dia Tionghoa, dia sangat "patriotik" dan 100% 
Indonesia, dia bukan "komunis" Cina lho. pola pikir ini kalau diteruskan, pasti 
ada sebagian yang ngotot mempertahankan "budaya" ganti nama, aagar tetap 
terlihat beda dng nama cina asli! atau... sebagian mengambil jalan berliku : 
setuju nama Tionghoa tapi harus dieja dng dialek Hokian, mengambil romanisasi 
gaya baheula.... waduh, susahnya jadi Cina ya.....

Salam,
ZFy

 
  ----- Original Message ----- 
  From: Benny Lin 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, November 13, 2007 5:54 PM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Lalu bagaimana ...? Tambahan + Jangan 
melenceng dari topik


  Saya melihat bahwa kebanyakan pesan-pesannya sudah melenceng dari
  topik dan malah membahas istilah Tionghoa/Cina, bukannya Tiongkok/Cina
  seperti topik awalnya, bahkan sudah melebar hingga pembahasan istilah
  Indon/Indonesia. Mari kembali ke topik awalnya, perlukah pembedaan
  Tionghoa/Tiongkok tersebut, perlukah kita peduli akan penamaan negara
  Tiongkok, dan adakah sangkut-pautnya dengan kita orang
  Tionghoa/non-Tionghoa di Indonesia? Saya lihat satu-satunya balasan
  yang sesuai topik adalah dari sdr. Hai-hai:

  >Sebenarnya saya tidak setuju untuk mengubah sebutan
  >negara Cina atau China menjadi Tiongkok. Sebab sebutan
  >itu sudah mendunia. Biarlah sebutan itu digunakan
  >untuk membedakan antara orang-orang Tionghua di
  >Indonesia dan negara China. Kalau kita mengubah
  >sebutan negara Cina menjadi Tiongkok, maka akhirnya
  >kita akan menghadapi masalah untuk membedakan orang
  >Tionghua di Indonesia dengan negara Cina. Bahkan,
  >akhirnya kit aakan menghadapi prasangka baru, bahwa
  >orang-orang Tionghua adalah orang-orang yang yang
  >walaupun warga negara Indonesia, namun hatinya ada di
  >negara Tiongkok (Cina).

  >go ho
  >hai hai

  Senada dengan sdr. Hai-hai, saya mau menambahkan sedikit saja, mungkin
  banyak yang masih tidak menyadari bahwa pembedaan ini diperlukan untuk
  menghindari kebingungan antara WNI dan WN "China". Paling tidak ada
  tiga pandangan mengenai hal ini:
  1. Yang WNI disebut orang Tionghoa, dan WN "China" juga orang
  Tionghoa. Ini jelas akan menimbulkan kebingungan, terutama di bidang
  jurnalisme dan surat-surat resmi.
  2. Yang WNI disebut orang Tionghoa, dan WN "China" disebut orang
  Tiongkok. Walaupun berbeda, namun dirasa masih mirip, sehingga bagi
  yang tidak faham perbedaannya juga akan bingung. Namun dengan
  sosialisasi saya rasa masalah ini dapat diselesaikan bersamaan dengan
  waktu. 
  3. Yang WNI disebut orang Tionghoa, dan WN "China" disebut orang Cina.
  Penyebutan orang "China" sebagai orang Cina dirasa tidak akan
  membingungkan sebab sejak Orba sudah digunakan istilah ini. Inilah
  yang menjadi pokok pembahasan yang saya angkat. 
  4. Yang terakhir tapi tidak masuk hitungan adalah kedua-duanya disebut
  orang Cina. Tidak masuk hitungan karena seperti yang saya sebutkan,
  penggunaan sebutan Tionghoa untuk menggantikan Cina sudah tidak
  dipermasalahkan lagi, yang menjadi masalah adalah Tiongkok/Cina.

  Mengenai usulan untuk membahas hal ini di dunia nyata, saya setuju
  sih, mulai dari sekarang kumpulkan saja data-datanya penunjangnya
  dulu. Dari pembahasan yang lampau sih saya berpendapat bahwa tidak
  sulit meyakinkan orang bahwa Tionghoa lebih baik daripada Cina (suku
  di Indonesia), tapi yang sulit adalah meyakinkan bahwa istilah
  Tiongkok adalah lebih baik daripada Cina (negara dan penduduknya).
  Pelajari juga apa saja alasan orang menolak penggantian istilah ini. 

  Sejauh ini saya lihat orang-orang menolak hal ini dikarenakan:
  -Sejarah: lebih dari 30 tahun pakai istilah Cina, jadi terbiasa
  -Sudah terbiasa: karena sejarah
  -Lebih mudah diucapkan: dasar orang males
  -Tidak bermaksud menghina: sudah jadi bahasa sehari-hari, konotasi
  negatifnya sudah memudar
  -Ini berkenaan dengan negara lain, jadi orang Indo tidak perlu tersinggung
  -<ada lagi?>

  Sedangkan penolakan penggunaan istilah ini menggunakan alasan:
  -Sejarah: jaman Soekarno memakai istilah Tiongkok, bukan Cina
  -Konotasi negatif: jaman Soeharto, terutama awal-awal, istilah Cina
  bermakna sangat negatif
  -Digunakan oleh Gus Dur, Megawati, dan SBY
  -Istilah Tiongkok netral: sedangkan Cina mengandung konotasi meskipun
  tidak senyata dulu
  -Negara Tiongkok adalah negara nenek moyang orang Tionghoa
  -Jika setuju menggunakan Tionghoa, seharusnya juga setuju menggunakan
  Tiongkok.
  -<ada lagi?>

  Juga perlu ditanamkan dulu dalam pikiran bahwa tidak semua yang
  menggunakan istilah Cina serta-merta bermaksud buruk (kebanyakan dari
  mereka tidak bermaksud demikian melainkan demi konsistensi saja), dan
  juga tidak semua yang menolak Cina dan mendukung Tiongkok serta-merta
  picik/kolot/buang-buang waktu/<hal-hal negatif lainnya> (kebanyakan
  dari mereka hanya bermaksud menghentikan penggunaan istilah yang salah)

  Jadi mohon sebelum berkomentar kita:
  1. jangan generalisasi
  2. jangan berprasangka buruk/subjektif
  3. jangan diperkeruh
  4. jangan ngotot
  5. berusaha mencari titik temu secara objektif
  6. memaparkan pro-kontra masing-masing pendapat
  7. paling penting: CANTUMKAN OPINI ANDA TERHADAP MASALAH INI sehingga
  orang lain tahu Anda mendukung yang mana. 

  Kalau saya, saya mendukung penggunaan istilah Tiongkok atas Cina
  dengan alasan yang telah saya paparkan di atas.

  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Benny Lin" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > Seperti yang mungkin Anda sudah tahu (atau mungkin belum), pemungutan
  > suara di Wikipedia yang saya utarakan di sini kurang lebih sebulan
  > lalu telah usai. Bung Rinto Jiang kurang lebih seminggu lalu juga
  > sudah memberikan pranala pemungutan suara yang baru (yang sayang
  > sekali tidak boleh diikuti oleh orang yang baru mendaftar untuk
  > menghindari perekrutan sesaat). 
  > 
  >--cut



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to