Uly:

Anda berkata:
"Tapi alasan saya lebih kepada : karena hanya orang Indonesia aja yang 
pake istilah T-I-O-N-G-H-O-A sementara negara lain nggak ada yang 
menggunakan istilah itu. However... alasan apapun, yang ini 
sependapat deh intinya. "

Dengan logika anda, seharusnya kita juga tak cocok memakai istilah "China" atau 
"Chinese"untuk negeri Zhongguo maupun rakyat Hua di Zhonggo disana. Karena di 
negeri mereka juga tidak memakai istilah ini. yang memakai adalah orang asing 
belaka. sedangkan yang memakai "Tiongkok" juga hanya orang hokian, sama seperti 
istilah Tionghoa. mengapa anda bisa menerima istilah Tiongkok ??? logika bahasa 
anda bagaimana?


----- Original Message ----- 
  From: ulysee_me2 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, November 16, 2007 1:38 PM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Lalu bagaimana ...? Tambahan ...-> Bung Benny


  Yang bener sdri. sih sebab saya cewek tulen 100% ; bukan perempuan 
  jadi jadian; hehehehehe (sambil melirik siluman rase dipojokan), 
  heheheheheh.

  Saya setuju sih sama pendapatnya Bung Benny, dan reason Anda cukup 
  bisa saya mengerti/terima. Barangkali kapan kapan akan saya pinjem 
  untuk diskusi dilain tempat/lain waktu, nggak ada copy rightsnya khan 
  ya, hehehe. yaitu bahwa :

  1. Istilah tionghoa cuma untuk WNI saja, 

  Tapi alasan saya lebih kepada : karena hanya orang Indonesia aja yang 
  pake istilah T-I-O-N-G-H-O-A sementara negara lain nggak ada yang 
  menggunakan istilah itu. However... alasan apapun, yang ini 
  sependapat deh intinya. 

  2. Dengan alasan di nomer 1, maka akan jadi aneh untuk 
  menyebut "tionghoa Amerika" atau "tionghoa-Hongkong"
  Tapi saya belum kepikir istilah apa yang pas untuk merujuk WN Amerika 
  yang keturunan Cina. 
  Apakah menggunakan istilah Cina-Amerika? Kok kayaknya nggak pas, 
  walaupun itu terjemahan bebas dari American-chinese.
  Kalau kemarin kemarin istilah apa sih yang digunakan untuk orang 
  amerika keturunan cina ?

  3. Istilah tiongkok (dalam pinyin zhongguo) memang merujuk kepada 
  daratan besar, mainland. Sehingga memang ngga bisa digunakan untuk 
  yang di Taiwan. Kalau Hongkong sih masih kali, khan termasuk RRC?
  Tapi gue masih nggak ngerti, kenapa TIONGKOK???? 
  sungguh enggak ada dasarnya gitu lhoh. 

  Emang kenapa sih kalau disebut RRC? secara kaidah bahasa kayaknya 
  lebih masuk akal gitu lhoh. 

  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Benny Lin" <[EMAIL PROTECTED]> 
  wrote:
  >
  > hehehe, lha wong saya yang mulai kok, saya juga harus konsisten sama
  > topik saya sendiri. jadi ndak enak pertanyaan saya sampai bercabang
  > sedemikian rupa. Moga-moga yang di topik satunya bisa saling 
  mengalah. 
  > 
  > Trus, karena kita di forum tidak harus berbahasa baku, jadi saya 
  rasa
  > ndak perlu **** kita bisa pakai China/Chinese untuk kalimat yang 
  netral. 
  > 
  > 1. menurut saya, ya, ini cuma untuk WNI saja, walau semuanya juga
  > asalnya orang Tiongkok, tapi karena sejarah migrasinya udah lama
  > banget, ditambah interaksi dengan penduduk lokal, maka orang
  > Tiongkok-Indonesia sudah hidup secara berbeda dari orang Tiongkok.
  > 
  > 2. ini saya tidak setuju. Dari sudut pandang kita orang Indonesia 
  yang
  > berbahasa Indonesia yang baik dan benar, maka hanya ada dua cabang
  > suku Tionghoa, yaitu:
  > a. orang Tionghoa (totok, babah, Gek, Tiociu, Hokkian, dll) termasuk
  > di dalamnya Tionghoa-Amerika, Tionghoa-Australia, Tionghoa-
  Singapura 
  > b. orang Tiongkok (Han, Tibet, Mongol, Manchu, dll) termasuk di
  > dalamnya Tiongkok-Amerika, Tiongkok-Australia, Tiongkok-Singapura, 
  dll
  > #. orang Hong Kong, Macau, Taiwan tidak kita bahas karena sejarahnya
  > beda. Untuk mereka pendapat saya tidak perlu disebut orang
  > Tiongkok-Hong Kong, dll, karena disebut orang Hong Kong sudah benar,
  > walaupun Hong Kong masuk Tiongkok. 
  > 
  > 3. seperti yang saya sebutkan di atas dan di balasan-balasan
  > sebelumnya, saya bukan mengusulkan tapi mendukung penggunaan istilah
  > Tiongkok untuk menyebut negara Tiongkok, warga negara Tiongkok 
  (orang
  > Tiongkok), imigran Tiongkok, masakan Tiongkok secara keseluruhan,
  > budaya Tiongkok secara keseluruhan, sejarah Tiongkok, daratan
  > Tiongkok, entitas politik Tiongkok, kepercayaan Tiongkok, dan masih
  > banyak lagi, dan saya juga percaya bahwa jika masing-masing kata
  > Tiongkok yang saya sebutkan tersebut diganti dengan Tionghoa, maka
  > maknanya tidak akan sama.
  > 
  > NB: yang bener sdr atau sdri ulysee?
  > 
  > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ulysee_me2" <ulysee_me2@>
  > wrote:
  > >
  > > Setuju banget Bung Benny, 
  > > kiranya Bung Benny ini lebih mampu melihat persoalan yang 
  > > sesungguhnya lebih penting untuk kita diskusikan secara serius. 
  > > 
  > > Gimana kalau kita aja mulai duluan, 
  > > 
  > > menurut Bung Benny, sebaiknya gimana donk, 
  > > 
  > > 1) istilah tionghoa dipakai untuk merujuk kepada WNI keturunan 
  **** 
  > > saja, (pake bintang bintang, ntar kalau cina disebut ada yang 
  protes 
  > > lagi, hihihi)
  > > 
  > > 2) istilah tionghoa dipakai untuk merujuk pada keturunan **** 
  > > dimanapun dan apapun Kewarganegaraannya
  > > 
  > > 3) usulan sebutan apa donk untuk merujuk warga negara RRC supaya 
  beda 
  > > dengan yang WNI ? 
  > > 
  > > segitu dulu kali ya,
  > > salam, 
  > > *UL
  > > 
  > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Benny Lin" <bknliem@> 
  > > wrote:
  > > >
  > > > Saat ini saya lebih tertarik kepada penggunaannya di media-media
  > > > informasi yang berbahasa Indonesia (yang baik dan benar), bukan
  > > > penggunaanya di lapangan. Jika saja semua koran mau memakai 
  istilah
  > > > non-Cina, maka lambat-laun yang di lapangan juga mengikuti. Toh 
  > > tidak
  > > > ada peraturan yang menyuruh mereka HARUS mengikuti ketetapan 
  maupun
  > > > TIDAK BOLEH melanggar ketetapan bukan? Jadi juga ada segi
  > > > linguistiknya dari pembahasan yang saya angkat ini. Tapi mari 
  tidak
  > > > melenceng ke sana. 
  > > > 
  > > > Menurut Bung Chan (yang saya anggap mewakili kelompok #1 dalam 
  > > > balasan saya #28483) saya adalah salah satu penggagas pembedaan
  > > > istilah ini, wah, saya jadi tersan'd'ung... Sebenarnya saya 
  malah
  > > > tidak setuju Cina digunakan, tapi saya setuju orang Tionghoa dan
  > > > Tiongkok perlu dibedakan, karena mau tidak mau perlu diakui 
  bahwa
  > > > budaya kita sudah berbeda, kalau ketemu juga 'ndak gathuk' 
  istilah
  > > > Jawanya. Pembedaan ini saya dapat dari berbagai media cetak yang
  > > > menggunakan istilah ini (seperti Jawa Pos dsb), dan dalam hal
  > > > jurnalisme serta karya cetak lainnya yang memakai &#9472; 
  sekali 
  > > lagi saya
  > > > tekankan &#9472; bahasa Indonesia yang baik dan benar, hal ini 
  > > diperlukan
  > > > sekali. Kemungkinan besar pendukung kelompok #1 belum pernah 
  > > menjumpai
  > > > kalimat yang membingungkan/ambigu mengenai Tionghoa/Tiongkok 
  ini. 
  > > > 
  > > > Baiklah kita lihat sebuah kalimat (buatan saya): 
  > > > *Puluhan juta orang Tionghoa merasa sedih dengan kematian Deng 
  > > Xiaobing. 
  > > > 
  > > > Itu apa tidak membingungkan, orang Tionghoa-Indonesia apa orang 
  dari
  > > > Tiongkok sana? Walaupun orang Tionghoa Indonesia mungkin ada 
  puluhan
  > > > juta (yang pasti tidak ratusan), apa mungkin sebanyak itu yang
  > > > bersedih? Kalau orang dari Tiongkok yang berdukacita, apa 
  kalimat
  > > > tersebut juga menggabungkan orang Tionghoa lainnya di seluruh 
  dunia?
  > > > 
  > > > Lain halnya jika kalimat tersebut diganti menjadi
  > > > *Ratusan juta orang Tionghoa merasa sedih...
  > > > 
  > > > Nah ini jelas tidak mungkin orang Indonesia semua
  > > > 
  > > > atau:
  > > > *Puluhan juta orang Tiongkok merasa sedih...
  > > > *Puluhan juta orang Tiongkok di seluruh dunia, termasuk 
  Indonesia,
  > > > merasa sedih...
  > > > 
  > > > Namun kalimat terakhir tidak mungkin dicetak karena memboroskan 
  kata
  > > > yang berharga dalam jurnalisme. Jadi pilihannya tinggal 
  Tiongkok 
  > > atau
  > > > Tionghoa?
  > > > 
  > > > =========
  > > > Lalu mengenai istilah suku Tionghoa yang universal, saya rasa
  > > > tanggapan KenKen #28393 menjadi jawaban saya, juga saya 
  mengaminkan
  > > > tulisan Bp. Danardono #28382 (yang juga mengambil contoh 
  Suriname,
  > > > selain Tionghoa) bahwa suku Tionghoa di Indonesia (saya tidak 
  bicara
  > > > tentang mereka yang di Jakarta) sudah melebur menjadi sub-suku 
  > > tempat
  > > > mereka tinggal, entah suku Tionghoa-Jawa, Tionghoa-Minahasa, 
  dll, 
  > > yang
  > > > berbeda satu dengan yang lain (tapi secara kesatuan Tionghoa) 
  dan
  > > > sebagai orang Tionghoa berbeda dari orang Tiongkok.
  > > > 
  > > > Chan CT:
  > > > "Saya tetap berpendapat, kecuali ada orang yang bisa 
  menyangkal, 
  > > bahwa
  > > > sebutan pada satu bangsa, satu komunitas bahkan pribadi orang, 
  itu
  > > > sepenuhnya adalah hak bangsa, komunis dan pribadi seseorang, 
  kita
  > > > hanya bisa nurut keinginan mereka ingin disebut apa baiknya."
  > > > 
  > > > Ini rasionalisasi yang sama yang saya gunakan untuk membela 
  > > penggunaan
  > > > istilah Tionghoa, karena memang nyatanya ada orang Indonesia 
  > > Tionghoa
  > > > yang menuntutnya. Tapi tidak serta-merta hal yang sama berlaku 
  untuk
  > > > negara Tiongkok. Saya tidak dapat bilang bahwa mereka 
  tersinggung,
  > > > soalnya bahasanya saja beda, mereka (mayoritas orang Tiongkok) 
  yang
  > > > berbahasa Mandarin mana paham bahasa Indonesia. Saya juga tidak 
  > > dapat
  > > > menunjukkan bukti-bukti yang menunjukkan ada orang Tiongkok 
  (bukan
  > > > Tionghoa, harap diperhatikan) yang saya tahu (karena saya tidak 
  > > banyak
  > > > kenalan orang Tiongkok yang tahu bahasa Indo) tidak setuju 
  dengan
  > > > istilah Cina dan menuntut penggunaan istilah Tiongkok. Jadi bagi
  > > > pendukung istilah Cina atas Tiongkok, mereka bilang "Lho, ini 
  kan
  > > > bahasa Indonesia, kenapa yang bahasa Mandarin ikut-ikutan?" Lalu
  > > > jikalau pun ada orang Tiongkok yang menuntut hal itu, atas 
  dasar 
  > > apa?
  > > > itu alasan mereka, saya hanya meneruskannya.
  > > > 
  > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ChanCT" <SADAR@> wrote:
  > > > >
  > > > > Lha iya, hanya masalah penyebutan Tiongkok/Tionghoa atau Cina 
  saja
  > > > sudah berkepanjangan beberapa tahun, nggak juga ada habis-
  habisnya,
  > > > ... lalu bagaimana?
  > > > > 
  > > > > Bagi saya sederhana saja, masalahnya terjadi karena pada 
  > > Pemerintah
  > > > RI belum ada keberanian untuk mengakui kesalahan pemerintah 
  > > terdahulu
  > > > yang menetapkan perubahan sebutan Tiongkok/Tionghoa menjadi 
  CINA 
  > > itu!
  > > > Satu keputusan Presidium Kabinet yang tidak bersahabat terdorong
  > > > politik anti-Tiongkok Amerika dan sekaligus melecehkan Tionghoa 
  di
  > > > Indonesia. Padahal, setelah Soeharto lengser, Presiden Habiebi,
  > > > Presiden Wahid, Presiden Megawati dan juga Presiden Susilo dalam
  > > > pertemuan resmi sudah kembali menggunakan sebutan 
  Tiongkok/Tionghoa,
  > > > tapi keputusan Presidium Kabinet belum juga dicabut, masih 
  tetap 
  > > berlaku.
  > > > > 
  > > > > Sedang didalam pergaulan sehari-hari dalam masyarakat, 
  terserah
  > > > sajalah. Tak perlu kita paksakan harus kembali gunakan
  > > > Tiongkok/Tionghoa atau tetap gunakan Cina. Hanya saja saya 
  ingatkan,
  > > > bagi seorang yang beradab dan berpendidikan, tentu begitu 
  mengetahui
  > > > lawan bicara ada sebagian orang tersinggung atau merasa 
  dilecehkan
  > > > dengan sebutan Cina, ya gunakanlah sebutan Tiongkok/Tionghoa. 
  Tidak
  > > > seharusnya ngotot gunakan sebutan Cina apapun alasannya, kecuali
  > > > memang sengaja mau bikin ribut dan adu jotos. Heheheheee, ... 
  Saya
  > > > tetap berpendapat, kecuali ada orang yang bisa menyangkal, bahwa
  > > > sebutan pada satu bangsa, satu komunitas bahkan pribadi orang, 
  itu
  > > > sepenuhnya adalah hak bangsa, komunis dan pribadi seseorang, 
  kita
  > > > hanya bisa nurut keinginan mereka ingin disebut apa baiknya. 
  Saya
  > > > tetap menganggap adalah seorang yang tidak beradab, seandainya 
  > > mereka
  > > > tidak senang dengan sebutan Cina, kita tetap ngotot menggunakan
  > > > sebutan Cina pada mereka.
  > > > > 
  > > > > Mengenai usul Bung Benny, kita gunakan Cina untuk membedakan 
  > > dengan
  > > > Tionghoa di Tiongkok juga tidak masuk akal. Yang membedakan 
  mereka 
  > > itu
  > > > hanyalah warganegara, sedang sebutan suku ya mestinya sama dan 
  tidak
  > > > perlu dibedakan sebutan. Itu namanya mengada-ada saja. Sama 
  halnya,
  > > > dengan orang Jawa yang jadi Warganegara asing, mereka tetap 
  saja 
  > > bisa
  > > > disebut orang Jawa. Jawa Suriname, misalnya. Dan tidak usah 
  > > mencarikan
  > > > sebutan lain untuk membedakan Jawa Indonesia dan Jawa Suriname, 
  kan!
  > > > Jadi, betul sebutan Tionghoa itu pada orang yang berdarah 
  Tionghoa,
  > > > etnis Tionghoa dimana pun mereka berada dan apapun 
  warganegaranya.
  > > > Untuk membedakan warganegara, ya harus ada tambahan jadi 
  Tionghoa
  > > > Indonesia, Malaysia, Singapore dsb., ...
  > > > > 
  > > > > Yang menjadi masalah sekarang, benar sebutan Tionghoa untuk 
  orang
  > > > itu sepertinya hanya terjadi kebiasaan di Indonesia, entah 
  gimana
  > > > asal-usulnya. Di Tiongkok sendiri, Tionghoa (Zhong Hua) biasa 
  untuk
  > > > sebutan bangsa, Zhong Hua Minzhu, kebudayaan Tionghoa, Zhonghua
  > > > Wenhua, sedang untuk orang biasa menggunakan orang Tiongkok 
  (Zhong 
  > > Guo
  > > > Ren), atau orang Hua (Hua Ren) dan tidak biasa disebut orang 
  > > Tionghoa
  > > > (Zhong Hua Ren). Dan yang pasti, kita harus diingat betul-betul,
  > > > rakyat Tiongkok tidak pernah mau menyebutkan dirinya dan paling 
  anti
  > > > disebut orang CINA (zhi-na Ren)! Karena itu memang dirasakan 
  sebutan
  > > > untuk menghina dan melecehkan! Begitu juga berlaku bagi 
  penduduk 
  > > Hong
  > > > Kong, dalam hal ini neng Uli keliru, penduduk HK dalam 
  menyebutkan
  > > > dirinya juga tidak hendak disebut Cina yang Zhi-na Ren dalam 
  bhs.
  > > > Tionghoa itu. Tentu lain kalau menggunakan sebutan China dalam 
  bhs.
  > > > Inggris, ya. 
  > > > > 
  > > > > Salam,
  > > > > ChanCT
  > > >
  > >
  >



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to