Uly 

Chinese dan China itu adalah bahasa Inggris. Setujukah?

Apakah kalau berbahasa Indonesia, setiap kita bicara tentang dunia luar dan 
negeri orang harus memakai bahasa Inggris?
Apakah kalau menyebut Tiongkok harus pakai China, atau Chinese. lantas kalau 
menyebut Jepang seharusnya pakai Japan dong?

Kalau harus mempertimbangkan istilah asli yang paling umum dipakai negeri 
bersangkutan, tidak ada pilihan lain, kita harus pakai Zhongguo untuk China, 
dan Huaren untuk Chinese. dan Nippon untuk negeri Jepang dan Niponjin untuk 
orang Jepang. kalau bahasa Jepang Nihon'gongo.

Anda mau pilih mana? 

ZFy

  ----- Original Message ----- 
  From: ulysee_me2 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, November 16, 2007 3:52 PM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Lalu bagaimana ...? Tambahan ...-> Bung Benny


  Zhou-xiong coba dibaca pelan-pelan. 
  Gue ini belon ngerti kenape kok pake istilah Tiongkok, kok tau-tau 
  dibilang bisa menerima, itu pake logika yang mana? Logika maksa? 
  hihihihi.....

  Kenapa seharusnya nggak cocok pake istilah China or Chinese?
  Untuk mandarin aja mereka (orang zhongguo) masih menyebutnya 
  sebagai "chinese language" ketika ditranslate ke bahasa Inggris. 
  Terus paperworks nya juga yang ditranslate ke bahasa Inggris masih 
  pake kop "People Republic of China", di PBB juga nama yang tercantum 
  masih itu, belum diganti. Jadi apanya yang ngga cocok? 

  Saya nggak ngerti jalan pikiran Anda dan logika bahasa Anda, coba 
  dijelaskan, maksudnya bagaimana si? 
  hihihihihi.

  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Skalaras" <[EMAIL PROTECTED]> 
  wrote:
  >
  > Uly:
  > 
  > Anda berkata:
  > "Tapi alasan saya lebih kepada : karena hanya orang Indonesia aja 
  yang 
  > pake istilah T-I-O-N-G-H-O-A sementara negara lain nggak ada yang 
  > menggunakan istilah itu. However... alasan apapun, yang ini 
  > sependapat deh intinya. "
  > 
  > Dengan logika anda, seharusnya kita juga tak cocok memakai 
  istilah "China" atau "Chinese"untuk negeri Zhongguo maupun rakyat Hua 
  di Zhonggo disana. Karena di negeri mereka juga tidak memakai istilah 
  ini. yang memakai adalah orang asing belaka. sedangkan yang 
  memakai "Tiongkok" juga hanya orang hokian, sama seperti istilah 
  Tionghoa. mengapa anda bisa menerima istilah Tiongkok ??? logika 
  bahasa anda bagaimana?
  > 
  > 
  > ----- Original Message ----- 
  > From: ulysee_me2 
  > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  > Sent: Friday, November 16, 2007 1:38 PM
  > Subject: [budaya_tionghua] Re: Lalu bagaimana ...? Tambahan ...-> 
  Bung Benny
  > 
  > 
  > Yang bener sdri. sih sebab saya cewek tulen 100% ; bukan 
  perempuan 
  > jadi jadian; hehehehehe (sambil melirik siluman rase dipojokan), 
  > heheheheheh.
  > 
  > Saya setuju sih sama pendapatnya Bung Benny, dan reason Anda 
  cukup 
  > bisa saya mengerti/terima. Barangkali kapan kapan akan saya 
  pinjem 
  > untuk diskusi dilain tempat/lain waktu, nggak ada copy rightsnya 
  khan 
  > ya, hehehe. yaitu bahwa :
  > 
  > 1. Istilah tionghoa cuma untuk WNI saja, 
  > 
  > Tapi alasan saya lebih kepada : karena hanya orang Indonesia aja 
  yang 
  > pake istilah T-I-O-N-G-H-O-A sementara negara lain nggak ada yang 
  > menggunakan istilah itu. However... alasan apapun, yang ini 
  > sependapat deh intinya. 
  > 
  > 2. Dengan alasan di nomer 1, maka akan jadi aneh untuk 
  > menyebut "tionghoa Amerika" atau "tionghoa-Hongkong"
  > Tapi saya belum kepikir istilah apa yang pas untuk merujuk WN 
  Amerika 
  > yang keturunan Cina. 
  > Apakah menggunakan istilah Cina-Amerika? Kok kayaknya nggak pas, 
  > walaupun itu terjemahan bebas dari American-chinese.
  > Kalau kemarin kemarin istilah apa sih yang digunakan untuk orang 
  > amerika keturunan cina ?
  > 
  > 3. Istilah tiongkok (dalam pinyin zhongguo) memang merujuk kepada 
  > daratan besar, mainland. Sehingga memang ngga bisa digunakan 
  untuk 
  > yang di Taiwan. Kalau Hongkong sih masih kali, khan termasuk RRC?
  > Tapi gue masih nggak ngerti, kenapa TIONGKOK???? 
  > sungguh enggak ada dasarnya gitu lhoh. 
  > 
  > Emang kenapa sih kalau disebut RRC? secara kaidah bahasa kayaknya 
  > lebih masuk akal gitu lhoh. 
  > 
  > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Benny Lin" <bknliem@> 
  > wrote:
  > >
  > > hehehe, lha wong saya yang mulai kok, saya juga harus konsisten 
  sama
  > > topik saya sendiri. jadi ndak enak pertanyaan saya sampai 
  bercabang
  > > sedemikian rupa. Moga-moga yang di topik satunya bisa saling 
  > mengalah. 
  > > 
  > > Trus, karena kita di forum tidak harus berbahasa baku, jadi 
  saya 
  > rasa
  > > ndak perlu **** kita bisa pakai China/Chinese untuk kalimat 
  yang 
  > netral. 
  > > 
  > > 1. menurut saya, ya, ini cuma untuk WNI saja, walau semuanya 
  juga
  > > asalnya orang Tiongkok, tapi karena sejarah migrasinya udah lama
  > > banget, ditambah interaksi dengan penduduk lokal, maka orang
  > > Tiongkok-Indonesia sudah hidup secara berbeda dari orang 
  Tiongkok.
  > > 
  > > 2. ini saya tidak setuju. Dari sudut pandang kita orang 
  Indonesia 
  > yang
  > > berbahasa Indonesia yang baik dan benar, maka hanya ada dua 
  cabang
  > > suku Tionghoa, yaitu:
  > > a. orang Tionghoa (totok, babah, Gek, Tiociu, Hokkian, dll) 
  termasuk
  > > di dalamnya Tionghoa-Amerika, Tionghoa-Australia, Tionghoa-
  > Singapura 
  > > b. orang Tiongkok (Han, Tibet, Mongol, Manchu, dll) termasuk di
  > > dalamnya Tiongkok-Amerika, Tiongkok-Australia, Tiongkok-
  Singapura, 
  > dll
  > > #. orang Hong Kong, Macau, Taiwan tidak kita bahas karena 
  sejarahnya
  > > beda. Untuk mereka pendapat saya tidak perlu disebut orang
  > > Tiongkok-Hong Kong, dll, karena disebut orang Hong Kong sudah 
  benar,
  > > walaupun Hong Kong masuk Tiongkok. 
  > > 
  > > 3. seperti yang saya sebutkan di atas dan di balasan-balasan
  > > sebelumnya, saya bukan mengusulkan tapi mendukung penggunaan 
  istilah
  > > Tiongkok untuk menyebut negara Tiongkok, warga negara Tiongkok 
  > (orang
  > > Tiongkok), imigran Tiongkok, masakan Tiongkok secara 
  keseluruhan,
  > > budaya Tiongkok secara keseluruhan, sejarah Tiongkok, daratan
  > > Tiongkok, entitas politik Tiongkok, kepercayaan Tiongkok, dan 
  masih
  > > banyak lagi, dan saya juga percaya bahwa jika masing-masing kata
  > > Tiongkok yang saya sebutkan tersebut diganti dengan Tionghoa, 
  maka
  > > maknanya tidak akan sama.
  > > 
  > > NB: yang bener sdr atau sdri ulysee?
  > > 
  > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ulysee_me2" 
  <ulysee_me2@>
  > > wrote:
  > > >
  > > > Setuju banget Bung Benny, 
  > > > kiranya Bung Benny ini lebih mampu melihat persoalan yang 
  > > > sesungguhnya lebih penting untuk kita diskusikan secara 
  serius. 
  > > > 
  > > > Gimana kalau kita aja mulai duluan, 
  > > > 
  > > > menurut Bung Benny, sebaiknya gimana donk, 
  > > > 
  > > > 1) istilah tionghoa dipakai untuk merujuk kepada WNI 
  keturunan 
  > **** 
  > > > saja, (pake bintang bintang, ntar kalau cina disebut ada yang 
  > protes 
  > > > lagi, hihihi)
  > > > 
  > > > 2) istilah tionghoa dipakai untuk merujuk pada keturunan **** 
  > > > dimanapun dan apapun Kewarganegaraannya
  > > > 
  > > > 3) usulan sebutan apa donk untuk merujuk warga negara RRC 
  supaya 
  > beda 
  > > > dengan yang WNI ? 
  > > > 
  > > > segitu dulu kali ya,
  > > > salam, 
  > > > *UL
  > > > 
  > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Benny Lin" 
  <bknliem@> 
  > > > wrote:
  > > > >
  > > > > Saat ini saya lebih tertarik kepada penggunaannya di media-
  media
  > > > > informasi yang berbahasa Indonesia (yang baik dan benar), 
  bukan
  > > > > penggunaanya di lapangan. Jika saja semua koran mau memakai 
  > istilah
  > > > > non-Cina, maka lambat-laun yang di lapangan juga mengikuti. 
  Toh 
  > > > tidak
  > > > > ada peraturan yang menyuruh mereka HARUS mengikuti 
  ketetapan 
  > maupun
  > > > > TIDAK BOLEH melanggar ketetapan bukan? Jadi juga ada segi
  > > > > linguistiknya dari pembahasan yang saya angkat ini. Tapi 
  mari 
  > tidak
  > > > > melenceng ke sana. 
  > > > > 
  > > > > Menurut Bung Chan (yang saya anggap mewakili kelompok #1 
  dalam 
  > > > > balasan saya #28483) saya adalah salah satu penggagas 
  pembedaan
  > > > > istilah ini, wah, saya jadi tersan'd'ung... Sebenarnya saya 
  > malah
  > > > > tidak setuju Cina digunakan, tapi saya setuju orang 
  Tionghoa dan
  > > > > Tiongkok perlu dibedakan, karena mau tidak mau perlu diakui 
  > bahwa
  > > > > budaya kita sudah berbeda, kalau ketemu juga 'ndak gathuk' 
  > istilah
  > > > > Jawanya. Pembedaan ini saya dapat dari berbagai media cetak 
  yang
  > > > > menggunakan istilah ini (seperti Jawa Pos dsb), dan dalam 
  hal
  > > > > jurnalisme serta karya cetak lainnya yang memakai &#9472; 
  > sekali 
  > > > lagi saya
  > > > > tekankan &#9472; bahasa Indonesia yang baik dan benar, hal 
  ini 
  > > > diperlukan
  > > > > sekali. Kemungkinan besar pendukung kelompok #1 belum 
  pernah 
  > > > menjumpai
  > > > > kalimat yang membingungkan/ambigu mengenai 
  Tionghoa/Tiongkok 
  > ini. 
  > > > > 
  > > > > Baiklah kita lihat sebuah kalimat (buatan saya): 
  > > > > *Puluhan juta orang Tionghoa merasa sedih dengan kematian 
  Deng 
  > > > Xiaobing. 
  > > > > 
  > > > > Itu apa tidak membingungkan, orang Tionghoa-Indonesia apa 
  orang 
  > dari
  > > > > Tiongkok sana? Walaupun orang Tionghoa Indonesia mungkin 
  ada 
  > puluhan
  > > > > juta (yang pasti tidak ratusan), apa mungkin sebanyak itu 
  yang
  > > > > bersedih? Kalau orang dari Tiongkok yang berdukacita, apa 
  > kalimat
  > > > > tersebut juga menggabungkan orang Tionghoa lainnya di 
  seluruh 
  > dunia?
  > > > > 
  > > > > Lain halnya jika kalimat tersebut diganti menjadi
  > > > > *Ratusan juta orang Tionghoa merasa sedih...
  > > > > 
  > > > > Nah ini jelas tidak mungkin orang Indonesia semua
  > > > > 
  > > > > atau:
  > > > > *Puluhan juta orang Tiongkok merasa sedih...
  > > > > *Puluhan juta orang Tiongkok di seluruh dunia, termasuk 
  > Indonesia,
  > > > > merasa sedih...
  > > > > 
  > > > > Namun kalimat terakhir tidak mungkin dicetak karena 
  memboroskan 
  > kata
  > > > > yang berharga dalam jurnalisme. Jadi pilihannya tinggal 
  > Tiongkok 
  > > > atau
  > > > > Tionghoa?
  > > > > 
  > > > > =========
  > > > > Lalu mengenai istilah suku Tionghoa yang universal, saya 
  rasa
  > > > > tanggapan KenKen #28393 menjadi jawaban saya, juga saya 
  > mengaminkan
  > > > > tulisan Bp. Danardono #28382 (yang juga mengambil contoh 
  > Suriname,
  > > > > selain Tionghoa) bahwa suku Tionghoa di Indonesia (saya 
  tidak 
  > bicara
  > > > > tentang mereka yang di Jakarta) sudah melebur menjadi sub-
  suku 
  > > > tempat
  > > > > mereka tinggal, entah suku Tionghoa-Jawa, Tionghoa-
  Minahasa, 
  > dll, 
  > > > yang
  > > > > berbeda satu dengan yang lain (tapi secara kesatuan 
  Tionghoa) 
  > dan
  > > > > sebagai orang Tionghoa berbeda dari orang Tiongkok.
  > > > > 
  > > > > Chan CT:
  > > > > "Saya tetap berpendapat, kecuali ada orang yang bisa 
  > menyangkal, 
  > > > bahwa
  > > > > sebutan pada satu bangsa, satu komunitas bahkan pribadi 
  orang, 
  > itu
  > > > > sepenuhnya adalah hak bangsa, komunis dan pribadi 
  seseorang, 
  > kita
  > > > > hanya bisa nurut keinginan mereka ingin disebut apa 
  baiknya."
  > > > > 
  > > > > Ini rasionalisasi yang sama yang saya gunakan untuk membela 
  > > > penggunaan
  > > > > istilah Tionghoa, karena memang nyatanya ada orang 
  Indonesia 
  > > > Tionghoa
  > > > > yang menuntutnya. Tapi tidak serta-merta hal yang sama 
  berlaku 
  > untuk
  > > > > negara Tiongkok. Saya tidak dapat bilang bahwa mereka 
  > tersinggung,
  > > > > soalnya bahasanya saja beda, mereka (mayoritas orang 
  Tiongkok) 
  > yang
  > > > > berbahasa Mandarin mana paham bahasa Indonesia. Saya juga 
  tidak 
  > > > dapat
  > > > > menunjukkan bukti-bukti yang menunjukkan ada orang Tiongkok 
  > (bukan
  > > > > Tionghoa, harap diperhatikan) yang saya tahu (karena saya 
  tidak 
  > > > banyak
  > > > > kenalan orang Tiongkok yang tahu bahasa Indo) tidak setuju 
  > dengan
  > > > > istilah Cina dan menuntut penggunaan istilah Tiongkok. Jadi 
  bagi
  > > > > pendukung istilah Cina atas Tiongkok, mereka bilang "Lho, 
  ini 
  > kan
  > > > > bahasa Indonesia, kenapa yang bahasa Mandarin ikut-ikutan?" 
  Lalu
  > > > > jikalau pun ada orang Tiongkok yang menuntut hal itu, atas 
  > dasar 
  > > > apa?
  > > > > itu alasan mereka, saya hanya meneruskannya.
  > > > > 
  > > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ChanCT" <SADAR@> 
  wrote:
  > > > > >
  > > > > > Lha iya, hanya masalah penyebutan Tiongkok/Tionghoa atau 
  Cina 
  > saja
  > > > > sudah berkepanjangan beberapa tahun, nggak juga ada habis-
  > habisnya,
  > > > > ... lalu bagaimana?
  > > > > > 
  > > > > > Bagi saya sederhana saja, masalahnya terjadi karena pada 
  > > > Pemerintah
  > > > > RI belum ada keberanian untuk mengakui kesalahan pemerintah 
  > > > terdahulu
  > > > > yang menetapkan perubahan sebutan Tiongkok/Tionghoa menjadi 
  > CINA 
  > > > itu!
  > > > > Satu keputusan Presidium Kabinet yang tidak bersahabat 
  terdorong
  > > > > politik anti-Tiongkok Amerika dan sekaligus melecehkan 
  Tionghoa 
  > di
  > > > > Indonesia. Padahal, setelah Soeharto lengser, Presiden 
  Habiebi,
  > > > > Presiden Wahid, Presiden Megawati dan juga Presiden Susilo 
  dalam
  > > > > pertemuan resmi sudah kembali menggunakan sebutan 
  > Tiongkok/Tionghoa,
  > > > > tapi keputusan Presidium Kabinet belum juga dicabut, masih 
  > tetap 
  > > > berlaku.
  > > > > > 
  > > > > > Sedang didalam pergaulan sehari-hari dalam masyarakat, 
  > terserah
  > > > > sajalah. Tak perlu kita paksakan harus kembali gunakan
  > > > > Tiongkok/Tionghoa atau tetap gunakan Cina. Hanya saja saya 
  > ingatkan,
  > > > > bagi seorang yang beradab dan berpendidikan, tentu begitu 
  > mengetahui
  > > > > lawan bicara ada sebagian orang tersinggung atau merasa 
  > dilecehkan
  > > > > dengan sebutan Cina, ya gunakanlah sebutan 
  Tiongkok/Tionghoa. 
  > Tidak
  > > > > seharusnya ngotot gunakan sebutan Cina apapun alasannya, 
  kecuali
  > > > > memang sengaja mau bikin ribut dan adu jotos. 
  Heheheheee, ... 
  > Saya
  > > > > tetap berpendapat, kecuali ada orang yang bisa menyangkal, 
  bahwa
  > > > > sebutan pada satu bangsa, satu komunitas bahkan pribadi 
  orang, 
  > itu
  > > > > sepenuhnya adalah hak bangsa, komunis dan pribadi 
  seseorang, 
  > kita
  > > > > hanya bisa nurut keinginan mereka ingin disebut apa 
  baiknya. 
  > Saya
  > > > > tetap menganggap adalah seorang yang tidak beradab, 
  seandainya 
  > > > mereka
  > > > > tidak senang dengan sebutan Cina, kita tetap ngotot 
  menggunakan
  > > > > sebutan Cina pada mereka.
  > > > > > 
  > > > > > Mengenai usul Bung Benny, kita gunakan Cina untuk 
  membedakan 
  > > > dengan
  > > > > Tionghoa di Tiongkok juga tidak masuk akal. Yang membedakan 
  > mereka 
  > > > itu
  > > > > hanyalah warganegara, sedang sebutan suku ya mestinya sama 
  dan 
  > tidak
  > > > > perlu dibedakan sebutan. Itu namanya mengada-ada saja. Sama 
  > halnya,
  > > > > dengan orang Jawa yang jadi Warganegara asing, mereka tetap 
  > saja 
  > > > bisa
  > > > > disebut orang Jawa. Jawa Suriname, misalnya. Dan tidak usah 
  > > > mencarikan
  > > > > sebutan lain untuk membedakan Jawa Indonesia dan Jawa 
  Suriname, 
  > kan!
  > > > > Jadi, betul sebutan Tionghoa itu pada orang yang berdarah 
  > Tionghoa,
  > > > > etnis Tionghoa dimana pun mereka berada dan apapun 
  > warganegaranya.
  > > > > Untuk membedakan warganegara, ya harus ada tambahan jadi 
  > Tionghoa
  > > > > Indonesia, Malaysia, Singapore dsb., ...
  > > > > > 
  > > > > > Yang menjadi masalah sekarang, benar sebutan Tionghoa 
  untuk 
  > orang
  > > > > itu sepertinya hanya terjadi kebiasaan di Indonesia, entah 
  > gimana
  > > > > asal-usulnya. Di Tiongkok sendiri, Tionghoa (Zhong Hua) 
  biasa 
  > untuk
  > > > > sebutan bangsa, Zhong Hua Minzhu, kebudayaan Tionghoa, 
  Zhonghua
  > > > > Wenhua, sedang untuk orang biasa menggunakan orang Tiongkok 
  > (Zhong 
  > > > Guo
  > > > > Ren), atau orang Hua (Hua Ren) dan tidak biasa disebut 
  orang 
  > > > Tionghoa
  > > > > (Zhong Hua Ren). Dan yang pasti, kita harus diingat betul-
  betul,
  > > > > rakyat Tiongkok tidak pernah mau menyebutkan dirinya dan 
  paling 
  > anti
  > > > > disebut orang CINA (zhi-na Ren)! Karena itu memang 
  dirasakan 
  > sebutan
  > > > > untuk menghina dan melecehkan! Begitu juga berlaku bagi 
  > penduduk 
  > > > Hong
  > > > > Kong, dalam hal ini neng Uli keliru, penduduk HK dalam 
  > menyebutkan
  > > > > dirinya juga tidak hendak disebut Cina yang Zhi-na Ren 
  dalam 
  > bhs.
  > > > > Tionghoa itu. Tentu lain kalau menggunakan sebutan China 
  dalam 
  > bhs.
  > > > > Inggris, ya. 
  > > > > > 
  > > > > > Salam,
  > > > > > ChanCT
  > > > >
  > > >
  > >
  > 
  > 
  > 
  > 
  > 
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke