Salam sejahtera, kebetulan ada beberapa foto tentang Cap Go Meh Singkawang tahun lalu di sini :
http://hakka-singbebas.blogspot.com/2007/03/minggu-4-maret-2007-singkawang-begitu.html Semoga berkenan. Salam, rdt --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "perfect_harmony2000" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Sdri.Julia, > > > > sepanjang yang saya amati tangsin di luarnegri yang belum memiliki > sentuhan dengan budaya lain, tidak ada prosesi yang menggigit binatang > seperti yang ada di Singkawang. > > Walau tidak dipungkiri ada sekte-sekte atau perguruan tertentu yang > menggunakan darah ayam jantan dalam pembuatan jimat mereka, tapi darah > itu diambil dari luka jengger ayam jantan tersebut, yang mana ayam > tersebut tidak dibunuh. > Biasanya darah ayam itu diambil untuk kasus-kasus yang gawat, seperti > melawan ilmu hitam. > > Untuk kasus yang anda ceritakan yang menggigit binatang atau memakan > binatang, mungkin jika anda lihat tatung tersebut memakai bulu burung > enggang ( CMIIW ) sebagai ciri khas tatung yang dirasuki oleh "dewa" > atau sesepuh dari orang Dayak. > Jika anda perhatikan, bahkan ada tatung yang menggunakan simbol > tulisan dari agama tertentu dan konon tatung tersebut dirasuki oleh > "roh" dari penganut agama tersebut. > Jadi anda bisa bertanya, apakah tatung tersebut dirasuki oleh "dewa" > orang Tionghoa atau bukan ? Tapi saya yakin tatung tersebut tidak > dirasuki dewa Tionghoa. > > Mengenai fungsi ke 6 yaitu penyeimbang, kepala desa bisa dipilih oleh > penduduk setempat atau karena sebagai sesepuh, bisa juga ditunjuk oleh > penguasa daerah. Tapi tangsin itu ditunjuk atau dipilih oleh dewa. > Jadi jika kepala desanya macam-macam, tangsin itu yang maju. > Tapi jika tangsin itu juga macam-macam, artinya melanggar moral, > seperti memperkosa orang, memperkaya diri, si kepala desa bisa > menangkap tangsin itu. > > > > Hormat saya, > > > Xuan Tong > >