Saya baru bergabung dengan mailing list ini beberapa hari yang lalu. Saya seorang yang lebih banyak bekerja dalam hal yang berhubungan dengan ilmu dan teknologi, tetapi saya juga tertarik dalam hal spiritual meski tentunya saya bukanlah seorang yang tahu banyak dalam hal ini ( karena semakin saya mempelajari agama dan spiritual semakin saya merasa tambah menjadi lebih tak mengerti, disaat yang sama semuanya menjadi semakin hampa untuk mempelajari agama hanya untuk memenuhi keegoan intelektualitas saja ). Namun sepanjang yang saya renungkan tak ada satupun agama yang menjanjikan sesuatu keselamatan, apa yang tertulis seperti suatu janji pada dasarnya adalah sesuatu alat untuk membangkitkan iman, dan dengan iman itu lahirlah ketenangan ( a gama= tidak bimbang ). namun kata kata, sabda, ayat, sutra atau apapun namanya tanpa adanya tindakan untuk sesama manusia tidaklah berarti apa apa, tidak ada selamat yang diberikan. Kenyataan yang terjadi dalam kehidupan kita baik pahit maupun senang akan tetap terjadi, di sinilah peran agama bagi manusia yaitu untuk mempersiapkan diri kita untuk menerima kenyataan hidup seperti apa adanya. Namun saya tidak mengatakan bahwa agama ( pengertian formil ) adalah jalan satu satunya untuk memberikan ketenangan, tetapi sikap mental untuk menerima keadaan yang terjadi seperti apa adanya itulah yang membuat manusia menjadi lebih tenang misalnya dalam menghadapi permasalahan yang pelik dalam hidupnya ( dalam hal ini saya harus belajar banyaaaak sekali ). Segala ritual dimasudkan untuk mengingatkan manusia akan ajaran agamanya ataupun untuk secara psikologi mengembangkan ketenangan jiwa, dan mengembangakan harapan baru dalam hidup. Menurut saya sendiri agama merupakan sesuatu hubungan pribadi antara Tuhan dan saya pribadi, saya tidak bisa membaginya dengan orang lain. Tetapi perwujudan dari hubungan itu haruslah tercermin dalam tindakan untuk orang lain dan diri sendiri. Mengenai kebenaran suatu ajaran, adalah sulit ditarik garis yang jelas. Karena sebagai manusia yang mempunyai nafsu ( dosa asal atau apapun namanya ), badan, hati, perasaan dan pikiran semuanya bisa menyesatkan dan mempengaruhi intepretasi terhadap sesuatu hal.Selain itu untuk mengatakan suatu ajaran benar atau salah bukankah tanpa sadar (dengan sadar? ) kita membutuhkan ajaran/ paham lain sebagai bahan referensi atau perbandingan? jikalau kita telah memiliki ajaran tertentu dan telah mengakar dalam hidup kita alangkah tidak fair bagi ajaran lain yang ingin kita nilai kebenarannya? oleh karena itu dibutuhkan keterbukaan pikiran dan kejernihan berfikir, kalu tidak akhirnya kita mungkin terjebak dalam kebingungan. Bagi saya selama sesuatu ajaran itu tidak menyebabkan penderitaan bagi saya, bagi pihak kedua, dan pihak ketiga, maka itu adalah baik bagi saya. Pendapat saya bukan berarti ingin mengecilkan makna agama itu sendiri, tetapi saya berharap agar kita kita tidak terjebak dalam kebodohan dan kefanatikan tanpa makna yang berarti bagi orang lain dan diri sendiri. Jika kita adalah orang yang beriman, jagalah iman kita karena itu adalah harapan dan harapan itulah yang melahirkan kekuatan dan ketenangan.
Terima kasih Iwan Leiden The Netherlands > > Bukankah dalam agama "x" dikatakan "selamat dunia akhirat" > Bukankah dalam agama "y" dikatakan "carilah dulu kerajaan surga maka > semua nya akan ditambahkan bagi mu" > Bukankah dalam agama "z" dikatakan "...berilah kami rejeki pada hari ini ' > Bukan kah Sesungguhnya agama itu "tuntunan" dalam menyikapi hidup > dunia sekarang dan yang akan datang? > Ada "buku" pegangan, ada "hadis", ada "dogma", ada "surat", ada > "sutra" Semuanya untuk mencapai keseimbangan bukan?? > > Benar atau sesat , mungkin lebih banyak kepada "interpertasi" yang > tergantung dari waktu dan ruang. >