Bung Zhou,

Menambah sedikit argumen dari tulisan saya di topik sebelah.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
>
> Sdr Jimmy,
> 
> Jika perubahan budaya dan penguasaan bahasa berkembang secara alami,
tentu
> tidak masalah. yang kami masalahkan adalah ini perubahan secara paksa,
> dipaksakan secara politik! apa anda mau merestui hal ini?
 
Pandangan saya, kita masih bisa melawan kok. Perlawanan tersebut tidak
harus terbuka. Misalnya nih, memang tidak lagi ber-cing-cong-a di
luaran rumah; tapi tetap menggunakan bahasa mandarin/dialek daerah
dalam rumah. Tetap mengajarkan adat, tradisi, dan budaya kepada
generasi selanjutnya. CMIIW, larangan 'berbahasa mandarin' itu berlaku
ditempat umum kan? bukan dirumah (ruang private) kan?

Tapi apa perlawanan ini dilakukan? mungkin hanya sebagian (kecil).
Kalo tidak dilakukan, kenapa menyalahkan orang lain?

Lalu, soal faktor eksternal. Sebenarnya bukan cuma politik saya pikir.
Ada juga peran kepercayaan/faith, perbedaan 'taste' antar generasi
(misal MTV's generation), interaksi dengan kultur setempat,
pendidikan, dll. Ini tidak hanya di indonesia lho.

Nah ketidaksetujuan saya itu, kalau suharto dituding sebagai aktor
tunggal yg menyebabkan melemahnya budaya tionghoa.

Saya sedih juga kalau kita cuma bisa menyalahkan orang/faktor lain
tanpa melihat bahwa diri kita sendiri yg sebenarnya berperan (sangat)
besar.


salam,
jimmy

Kirim email ke