hahaha...saya jadi tertawa membaca tanggapan-tanggapan di topik ini. Kita
jadi meributkan siapa yang baik dan tidak baik dalam memperlakukan keturunan
tionghoa ketika berkuasa. Soeharto atau Soekarno.

Saya tidak tahu tentang hubungan antara Soekarno dengan keturunan Tionghoa
pada masa sebelum 1966, karena saya belum lahir. Saya juga tidak bisa
berteori dengan mengutip kata-kata bijak dari para ahli karena saya hanya
orang biasa yang ga cukup makan sekolahan. Saya hanya sempet mengalami
hal-hal yang nikmat dan menyenangkan di saat Soeharto berkuasa.

Saya menikmati saat ayah saya ditolak saat memohon akte kelahiran saya 30
tahun yang lalu.
Saya senang saat-saat anak-anak memanggil saya "Cino lole buntute abang"
Saya menikmati selama 25 tahun tidak mempunyai akte kelahiran dan
seakan-akan tidak diakui sebagi seorang manusia yang lahir di Indonesia.
Saya menikmati saat-saat saya memohon bapak-bapak PNS agar akte lahir saya
bisa dikeluarkan sehingga saya bisa melanjutkan kuliah.
Saya senang saat mereka tertawa dan mengatakan "wah kok ga bikin dari dulu?
sekarang kalo bikin rumit koh...engkoh punya duit berapa?" dan saya sangat
senang ketika menyadari ternyata uang saya tidak cukup untuk menebus kertas
kehidupan itu.
Saya menikmati saat-saat saya ditolak kuliah karena saya ternyata bukan
manusia yang diakui oleh negara dengan secarik kertas.
Saya sangat-sangat senang ketika mencari "surat tanda setia kepada bangsa"
trus ditanya "ditahun 66 kamu ada dimana?" walaupun tahu saya lahir di tahun
1978. Saya juga sangat senang ketika saya dimaki-maki pewawancara "dasar
cina tak tahu diri!!!" tapi maaf saya Indonesia bukan Cina.

Apakah saya benci Soeharto? tidak, saya tidak punya perasaan apa-apa
terhadap beliau. Tidak benci maupun cinta. Karena saya terbiasa sabar...saya
dilatih sangat-sangat sabar. Setelah 30 tahun bersabar kenapa tiba-tiba saya
harus memaki orang yang bahkan tidak sadar kalau saya ini ada? Lebih-lebih
dia sudah meninggal.

Bukankah kita lebih baik melihat kedepan dan memperbaiki Bangsa kita yang
bahkan tempe-pun sukar didapat sekarang?

Saya mencoba memaafkan tapi tidak melupakan. Saya tidak akan lupa 10 tahun
yang lalu ada manusia dibantai, diperkosa dan dibakar seperti binatang demi
sebuah kebebasan semu.

Maafkanlah tapi jangan dilupakan...



2008/1/30 Gunawan Kurnia <[EMAIL PROTECTED]>:

>   Betul.
> Alangkah baiknya kalo kita nggak menggunakan Ad Hominem dalam diskusi.
>
> From: Ulysee
> Sent: Wednesday, January 30, 2008 11:26 AM
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com <budaya_tionghua%40yahoogroups.com>
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Soeharto dan Kebijakan Anti-Tionghoa
>
> Oh waktu itu saya masih di kahyangan,
>
> Begitupun waktu perang kemerdekaan 1940 an, saya masih di swargaloka,
> tapi bukan berarti sama sekali tidak tahu soal masa-masa tersebut khan.
> Hehehheh.
>
>


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to