- Apakah Suharto anti tionghoa?
jwb: Tidak ada yang tahu, kecuali orang dekatnya.

- Apakah kebijakan Suharto anti Tionghoa Indonesia?
jwb: kalau dilihat dari produk2 hukumnya, jelas YA!
sasarannya adalah tionghoa Indonesia

- Apakah salah satu motifnya anti RRT?
jwb: Ya

- Apakah  anti RRT yang komunis motif satu2nya?
jwb: Jelas Tidak, banyak motif yang bermain. banyak kalangan yang
berkepentingan ikut bermain.
(kalau anti RRT yang komunis, masak budaya klenteng ikut terdesak.
klenteng jelas benteng budaya untuk melawan komunis.)

- Apakah dampaknya negatif bagi masayarakat Tionghoa.
jwb: Jelas sekali!


Cattan:

Pak ABS, anda bisa saja anti Suharto pada masa dia dipuncak kekuasaannya.
Tapi anda juga yang mendukung dia pada awal berdirinya orde baru.
kebijakan2 anti Tionghoanya justru dikeluarkan pada masa  awal dia
berkuasa.

Dan karena anda bersama teman2 anda seperti Sofyan Wanadi Cs memotori
gerakan penyerbuan ke kedutaan RRT dan penutupan sekolah2 Tionghoa, anda
jelas tidak berdiri di pihak yang netral. Anda jelas termasuk pendukung
utama semua produk suharto yang berkaitan dng masalah Tionghoa.

Sebaliknya, saya sendiri secara pribadi tak ada masalah dng Suharto, saya
juga kenal baik dng anggota keluarga besarnya. dan masih behubungan
intensif sampai hari ini, tapi sya toh tak menutup mata thd kejahatan dia
thd komunitas saya.


Salam,
ZFy





>
> Diskusi kita bukan membahas Soeharto, tetapi membahas apakah kebijakannya
> itu anti Tionghoa WNI ataukah mengisolasi/mem-pasifikasi pengaruh RRT ke
> Indonesia.
>
> Sedangkan kalau membahas Soeharto-nya sendiri, bukannya menyombongkan
> diri,
> tetapi di milis ini tidak ada yang lebih anti Soeharto daripada saya. Alm.
> ayah saya Ketua Petisi-50, satu-satunya kelompok yang di jaman jayanya
> Soeharto secara terbuka menentang Soeharto, dan kami sekeluarga sangat
> menderita karenanya. Saya sendiri sempat ditahan dengan tuduhan makar
> terhadap Soeharto, surat tuduhannya masih saya simpan terlaminasi sebagai
> 'sweet memento'.
> Tetapi membahas kebusukan Soeharto tidak relevan dengan budaya tionghoa,
> jadi bukan di sini tempatnya, dan hare geneee berterak-teriak adu keras
> menghujatnya, seperti yang dilakukan si Pianhoa Pithoe, itu cuma teriakan
> pahlawan kesiangan yang memamah bangkai!
>
> Tetapi, sesuai judul diskusi ini, jangan kita melencengkan pembahasannya
> dari koridor apakah kebijakan itu anti Tionghoa WNI ataukah membendung
> pengaruh rejim Mao Tse Tung di Indonesia ke dalam negeri kita.
> Terserah mau dibilang: "Koq koridor-koridor-an?". Tapi kalau mau keluar
> koridor, perlu mulai diskusi baru, dengan judul baru pula.
>
>
> Kembali ke judul diskusi yang ini, saya lihat sampai hari ini, tidak ada
> di
> milis ini yang menyanggah bahwa kebijakan itu bukan anti Tionghoa WNI,
> melainkan kebijakan membendung / mengisolasi / mempasifikasi pengaruh RRT
> ke
> dalam negeri kita.
>
> Salah satu yang sulit disanggah adalah kalau mencermati unsur motifnya.
> Setiap tindakan tentu ada motivasinya.
> Kalau itu kebijakan untuk anti Tionghoa WNI, samasekali tidak bisa dicari
> apa motivasinya, apa kepentingannya, apa untungnya bagi Soeharto untuk
> anti-Tionghoa. Yang nampak justru kebalikannya, dia punya motivasi, punya
> kepentingan, punya keuntungan untuk berbaik-baik kepada Tionghoa WNI.
> Sedangkan kalau itu kebijakan untuk membendung RRT, walau pun di milis ini
> ada yang membela sikap RRT kepada RI waktu itu, tetapi nampak jelas ada
> motivasi, ada kepentingan, ada keuntungan Soeharto yang sangat valid waktu
> itu untuk mengisolasi pengaruh RRT masuk ke Indonesia.
>
>
> Ada yang mau melebarkan diskusi kepada penderitaan sebagian kaum Tionghoa
> WNI sebagai side effect dari kebijakan Soeharto membendung pengaruh RRT.
> Ini tentu bisa-bisa saja, tetapi merupakan diskusi yang lain. Silahkan
> mulai
> dari awalnya, dengan judul yang khusus untuknya.
>
> Mencegah melebarnya diskusi keluar dari koridor, kepada aspek penderitaan
> sebagian Tionghoa WNI karena kebijakan anti RRT itu, dan mempergunakan
> istilah "side effect", bukan berarti saya tidak peduli pada penderitaan
> itu.
> Justru karena kepedulian terhadapnya sejak awal, maka saya menguraikan
> mengenai side effect dari kebijakan pemerintah USA terhadap turunan Jepang
> di awal Perang Pasifik, dan pada side effect dari kebijakan pemerintah RRT
> sekarang terhadap warganegara RRT anggota Falun-gong. Yang sifatnya
> 'apa-boleh-buat'.
>
> Mengenai penggunaan istilah "sebagian kaum Tionghoa", saya ingin
> menekankan
> agar kalau kita pindah jurusan diskusi, menjadi membahas side-effect
> kebijakan Soeharto membendung RRT bagi penderitaan kaum Tionghoa WNI,
> perlu
> diskusi itu diawali dengan analisis, sebetulnya seberapa banyak sih yang
> menderita.
> Nyatanya di milis ini pun banyak yang menyanggah adanya penderitaan yang
> tersebab oleh sensor terhadap aksara tionghoa dan oleh adanya pembatasan
> keterbukaan acara-acara ketionghoaan di waktu itu.
>
> Karena, di lain segi, mau tidak mau, harus diakui bahwa peningkatan
> kekuatan
> pengaruh kaum Tionghoa Indonesia di dalam strata kemasyarakatan bangsa
> Indonesia sepanjang sejarah bangsa ini, justru terjadi di kurun masa
> pemerintahan Soeharto!!
> Walaupun saya yakin bukan itu maunya Soeharto...
>
>
> Wasalam.
>
>

Kirim email ke