Pak ABS, dalam berdiskusi, saya tak pernah suka berkutat dng kata perkata, saya hanya mau tahu esensi masalah yang dibicarakan. karena saya tahu di millis ini semua bicara dng cepat, tdak selalu sesuai dng "bahasa Indonesia yang baik dan benar". tak perlu menghabiskan energi utuk ini. memang diperlukan kepekaan bahasa menangkap apa yang tersirat, "banyak motif yang bermain" adalah bhs oral dari " orang2 dng berbagai motif ikut bermain"
Mengenai alasan penyerbuan kedutaan RRT dan penutupan sekolah Tionghoa sah atau tidak, patriotik atau tidak, saya tak hendak diskusi disini, saya mengungkap hal ini hanya dalam rangka menunjukkan keterlibatan Pak ABS dalam gerakan yang membidani kelahiran Orba. yang mengakibatkan lahirnya serangkaian kebijakan yang menyudutkan Tionghoa Indonesia, seperti pelarangan bahasa dan budaya, ganti nama dll. Saya maklum, jika orang2 seperti Pak ABS mengakui kesalahan kebijakan tsb, berarti ikut menyalahkan keterlibatan diri sendiri dalam memberi dukungan. Dalam hal ini, saya terpaksa salut thd Arief Budiman yang berani mengkoreksi tindakan sendiri di masa silam. Walau dia ikut gerakan, sekarang dia tetap mendapat tempat di kalangan Tionghoa yang anti Orba. ----- Original Message ----- From: Akhmad Bukhari Saleh To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, February 04, 2008 2:11 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Soeharto dan Kebijakan Anti-Tionghoa ----- Original Message ----- From: [EMAIL PROTECTED] To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Sunday, February 03, 2008 7:57 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Soeharto dan Kebijakan Anti-Tionghoa > - Apakah kebijakan Suharto anti Tionghoa Indonesia? > jwb: kalau dilihat dari produk2 hukumnya, jelas YA! > sasarannya adalah tionghoa Indonesia Dari artikel yang ditulis Benny Setiono yang mengawali thread diskusi ini, jelas disebutkannya bahwa yang terkena kebijakan itu komponen-komponen Tionghoa WNA. - - - - - - - > - Apakah anti RRT yang komunis motif satu2nya? > jwb: Jelas Tidak, banyak motif yang bermain. > banyak kalangan yang berkepentingan ikut bermain. Jelas bahwa tidak satu-satunya itu bagaimana? Justru jelas bagi pemerintah RI, itulah hanya satu-satunya motif. Anak kalimat: "... motif yang bermain." itu tidak betul. Motif tidak main. Adanya pihak ikut berkepentingan dan/atau ikut bermain, bukanlah motif dari suatu kebijakan. Melainkan side-effect, pada pelaksanaan kebijakan. Mau kebijakan kiri ataukah kebijakan kanan, side effect ini bisa saja muncul. - - - - - - - - > Dan karena anda bersama teman2 anda seperti Sofyan Wanadi Cs > memotori gerakan penyerbuan ke kedutaan RRT dan penutupan sekolah2 > Tionghoa, > anda jelas tidak berdiri di pihak yang netral. Soal kedutaan, kondisi bermusuhan antara pihak-pihak yang bertentangan di jaman itu (jaman sekarang juga masih sering terjadi) memang antara lain direfleksikan dengan demonstrasi, penyerbuan dan penutupan kedubes-kedubes masing-masing pihak. Tentu saja saya tidak berdiri di pihak netral dalam membela negara saya terhadap ancaman negara lain. Warganegara Indonesia, siapa pun dia, termasuk teman-teman suku Tionghoa, yang tidak ikut bersikap menentang ancaman negara asing, patut dipertanyakan loyalitasnya pada negara dan bangsanya. Soal sekolah, semua sekolah asing di Indonesia memang eventually ditutup, sejalan dengan nasionalisasi pendidikan. Tadinya ada banyak sekolah Belanda, sekolah India, sekolah Arab, sekolah Tionghoa, yang merupakan peninggalan sistem pendidikan kolonial yang memecah-mecah masyarakat Indonesia, yang sempat tetap eksis sampai sekian tahun setelah kemerdekaan RI, tetapi semua toh akhirnya ditutup. Kalau kita lihat di jaman sekarang ini, di mana tidak ada lagi restriksi apa pun terhadap kegiatan ketionghoaan, main barongsay di mana saja silahkan, merayakan bukan saja Imlek tetapi Pehcun, Capgomeh dsb. semeriah-meriahnya silahkan, bikin kontes nyanyi Mandarin di TV tanpa liriknya dikasih teks terjemahan bahasa Indonesia juga silahkan, tetapi tetap saja sekolah Tionghoa tidak akan bisa/boleh dibuka kembali (seperti halnya juga tidak akan dibuka sekolah India, Arab, Belanda, Australia, Amerika, atau asing apa pun)! Jelas saya mendukung kebijakan nasionalisasi pendidikan ini. Wasalam. [Non-text portions of this message have been removed]