Maap numpang tanya, 
Anda bertanya point SINGKAT dan JELAS yang mana? kalau kelewat saya
jawab sekarang deh.
Maap aje, kemaren kaga keliatan kali. 
 
Usul: 
Lain kali pake istilahnya "Pelarangan Budaya di tempat Umum" aja, 
jangan disingkat "Pelarangan Budaya Tionghoa", bisa bikin rancu
lhooohhhh!
Apalagi untuk generasi Muda yang masih balita di masa-masa tersebut.  Ya
khan? 
 
Jadi setuju yah, lain kali nyingkatnya "Pelarangan Budaya di tempat
umum" aja.  (minjem jurusnya Kurniawan neh, maksa, huehuehue) 
Lagipula orang akan langsung ngeh budaya yang mana tanpa harus
mengembel-embeli dengan TIONGHOA disana. 
 

-----Original Message-----
From: budaya_tionghua@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of
[EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, February 05, 2008 11:33 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: Soeharto dan Kebijakan Anti-Tionghoa



Uli, belang kamu sudah kelihatan kok!

ketika ditanya dng point singkat dan jelas, selalu berkelit tak mau
menjawab. Tapi begitu di pembahasan selanjutnya tak lagi mengulang
point2
lama, segeralah anda bertanya dng gagah berani : " Yang Mana????"

Apa anda bisanya cuman berkelit-kelit seperti ini?

Jika anda bisa membaca dng benar, anda sudah seharusnya tahu, semua
orang
disini sedari awal membicarakan "Pelarangan Bahasa dan budaya Tionghoa
di
tempat Umum di masa Orde Baru", setelah pembicaraan berkelanjutan,
kebanyakan orang akan menyingkat menjadi "pelarang budaya dan bahasa
tionghoa". Sungguh heran jika anda tiba2 nleletuk: " pelarangan yang
mana?
tak ada tuh pelarangan di rumah," Jika diteruskan, anda juga akan
bertanya
kembali :" pelarangan yang mana? tak ada tuh di zaman Belanda" . Selama
ini anda Tidur ya?

Kalau maunya hanya bersilat lidah, atau ber genit2an, Bukan di sini
tempatnya!

> Hihihihi, ini udah nggak ada argumennya, ini udah khayalan semua nih,
> udah nggak ada fakta
>
> 1. "Jika hanya untuk membendung pengaruh RRT, Suharto tak akan
> mengeluarkan peraturan2 sejauh itu!"
> UL: peraturan yang mana, dan menurut Anda sejauh apa sih?
> Soal jauh jauhan itu relatif deh, menurut anda efektif nggak?
>
> 2. "Suharto merestui kebijakan2 Anti tionghoa yang didorong beberapa
> kelompok
> ini karena dia menganggap ini menguntungkan dia dalam mengukuhkan
> kekuasaannya.-"
>
> UL: begitu dihilangkan kata "Anti tionghoa" maka kalimat ini menjadi
> ungkapan klise yang biasa diobrolin di pasar.
> Mana argumennyaaaaaaa.-......... mana faktanyaaa..-. dibahas satu satu
> donk, ini mah bombardir dengan pemaksaan opini namanya.
>
> 3. "Sekarang saya ingin penjelasan bapak, apakah kebijakan "anti RRT"
> yang
> bapak setujui dan banggakan ini termasuk kebijakan pelarangan budaya
> Tionghoa, pelarangan bahasa tionghoa, ganti nama, pemaksaan masuk
'agama
> resmi", tanda2 khusus di KTP, persyaratan SKBRI bagi semua Tionghoa,
> pembatasan2 khusus di perguruan tinggi negeri..... ?"
>
> UL: coba ya, emangnya siapa yang "menyetujui" dan siapa yang
> "membanggakan"-? dari kemaren dibaca bolak balik kaga ada yang sok
setuju
> atau sok bangga deh, itu khayalan Anda aje kali ah.
>
> * kebijakan pelarangan budaya tionghoa -> enggak ada pelarangan, kalau
> pembatasan ada, batasan di ruang publik, kalau di lingkungan masing
> masing boleh.(nah yang ini baru fakta)
> jadi jangan membesar besarkan.
>
> * pelarangan bahasa tionghoa -> juga nggak ada. Pelarangan ama
> pembatasan khan beda.
> Kalau cetakan berhuruf mandarin dari luar, ada.
>
> * pemaksaan masuk agama resmi -> ini sebetulnya menarik untuk dibahas,
> sejarahnya seru, bagaimana sebuah agama diperdebatkan fungsi
> keagamaannya. Tapi kalau dipaksa masuk agama resmi.... yang merasa
> terpaksa banyak, yang memaksa.... (kok jadi kayak iklan HIT, hehehe)
>
> * persyaratan SBKRI bagi SEMUA Tionghoa => hati-hati pake kata SEMUA,
> SBKRI itu untuk yang naturalisasi. Ada ketentuan Tionghoa2 yang tidak
> perlu SBKRI, terutama yang enggak kena sengketa dwikewarganegaraan
> RI-RRT.
>
> * Pembatasan khusus di perguruan tinggi negeri -> sudah pernah
dibahas,
> perguruan tinggi negeri itu untuk WNI,disubsidi negara Bo! Masa negara
> mensubsidi WNA. Kalau khusus WNA ya mustinya masuk swasta looohhhh.
>
> Mau dibahas atu atu? butir demi butir? Heheheh, tapi judulnya diganti
> yaaaa...... udah jaka sembung sama topik dooonk.
>
>
>
>
>
> -----Original Message-----
> From: HYPERLINK
"mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com"[EMAIL PROTECTED]
com
> [mailto:HYPERLINK
"mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com"[EMAIL PROTECTED]
com] On Behalf Of
> HYPERLINK "mailto:skalaras%40cbn.net.id"[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Tuesday, February 05, 2008 3:30 AM
> To: HYPERLINK
"mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com"[EMAIL PROTECTED]
com
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Soeharto dan Kebijakan
Anti-Tionghoa
>
>
> Bukan Side Efek pak, tapi "orang2 dng berbagai motif yang ikut
bermain"
> ini ikut mendorong lahirnya segala kebijakan Anti Tionghoa nya
Suharto.
>
> Jika hanya untuk membendung pengaruh RRT, Suharto tak akan
mengeluarkan
> peraturan2 sejauh itu!
>
> Suharto merestui kebijakan2 Anti tionghoa yang didorong beberapa
> kelompok
> ini karena dia menganggap ini menguntungkan dia dalam mengukuhkan
> kekuasaannya.
>
> Sekarang saya ingin penjelasan bapak, apakah kebijakan "anti RRT" yang
> bapak setujui dan banggakan ini termasuk kebijakan pelarangan budaya
> Tionghoa, pelarangan bahasa tionghoa, ganti nama, pemaksaan masuk
'agama
> resmi", tanda2 khusus di KTP, persyaratan SKBRI bagi semua Tionghoa,
> pembatasan2 khusus di perguruan tinggi negeri..... ?
>
> Salam,
> ZFy
>
>> ----- Original Message -----
>> From: Skalaras
>> To: HYPERLINK
"mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com"[EMAIL PROTECTED]
com
>> Sent: Monday, February 04, 2008 9:39 PM
>> Subject: {Disarmed} Re: [budaya_tionghua] Re: Soeharto dan Kebijakan
>> Anti-Tionghoa
>>
>>> memang diperlukan kepekaan bahasa menangkap apa yang tersirat,
>>> "banyak motif yang bermain" adalah bhs oral dari "orang2 dng
berbagai
>>> motif ikut bermain"
>>
>> Betul, ini tentu demikian.
>> Makanya saya juga bilang di posting tersebut bahwa pada pelaksanaan
> setiap
>> kebijakan tentu ada side effect. Saya katakan lagi bahwa mau
kebijakan
>> kiri
>> ataukah kebijakan kanan, side effect berupa berbagai pihak ikut
> bermain
>> ini
>> bisa saja muncul.
>> Tetapi kita kan tidak sedang membahas permainan berbagai pihak yang
> ikut
>> bermain. Tidak membahas side effect-nya.
>> Kita sedang membahas kebijakannya. Membahas main stream-nya.
>>
>> - - - - - - - - - - - - - - - - -
>>
>>> saya mengungkap hal ini hanya dalam rangka menunjukkan keterlibatan
> Pak
>>> ABS
>>> dalam gerakan yang membidani kelahiran Orba. yang mengakibatkan
>>> lahirnya serangkaian kebijakan yang menyudutkan Tionghoa Indonesia,
>>
>> Kalau seorang warganegara AS di jaman dulu itu ikut berjuang untuk
>> negaranya
>> dalam PD-II, apakah dia lalu dibilang terlibat dalam kebijakan
> menyudutkan
>> Jepang Amerika?
>> Kalau seorang warganegara RRT sekarang ini berpartisipasi dalam
> kegiatan
>> mempasifikasi pengaruh sesat dari manuver politik Falun-gong, apakah
> dia
>> lalu dibilang terlibat dalam kebijakan menyudutkan warga Tiongkok
yang
>> ber-ritual meditasi?
>>
>> - - - - - - - - - - - - - - - - -
>>
>>> Saya maklum, jika orang2 seperti Pak ABS mengakui kesalahan
kebijakan
>>> tsb,
>>> berarti ikut menyalahkan keterlibatan diri sendiri dalam memberi
>>> dukungan.
>>
>> Betul, ini tentu demikian.
>> Kalau saya mengakui kebijakan Pemerintah RI waktu itu adalah anti
> orang
>> Tionghoa Indonesia, dan andaikata saya memberikan dukungan pada
> kebijakan
>> semacam itu, tentu saya harus menyalahkan keterlibatan diri saya itu.
>> Tetapi karena saya mengakui kebijakan Pemerintah RI waktu itu adalah
>> membendung, mengisolasi, mempasifikasi pengaruh rejim Mao Tse Tung di
> RRT
>> ke
>> dalam negeri Indonesia, yang (pinjam istilah Danardono sianseng) bagi
> yang
>> mengalaminya sendiri waktu itu merupakan hal nyata, dan saya nyatanya
>> memberikan dukungan pada kebijakan semacam itu, tentu saya tidak
>> menyalahkan
>> keterlibatan diri saya.
>>
>> - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
>>
>>> Dalam hal ini, saya terpaksa salut thd Arief Budiman
>>> yang berani mengkoreksi tindakan sendiri di masa silam.
>>
>> Arief Budiman tidak mengkoreksi tindakannya sendiri yang mendukung
>> kebijakan-kebijakan Tritura, tetapi mengkoreksi/-mengkritisi Soeharto
> yang
>> menyimpang dari kebijakan Tritura itu.
>> Ini jelas. Tetapi bukan hal yang menjadi bahan diskusi ini. Jadi,
> tidak
>> usah
>> kita bahas lebih lanjut. Pinjam istilah lauwheng sendiri: "tak perlu
>> menghabiskan energi utuk ini"...
>>
>>
>> Wasalam.
>>
>>
>>
>
>
>
>
> No virus found in this incoming message.
> Checked by AVG Free Edition.
> Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.19.19/1257 - Release Date:
> 2/3/2008 5:49 PM
>
> No virus found in this outgoing message.
> Checked by AVG Free Edition.
> Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.19.20/1259 - Release Date:
> 2/4/2008 8:42 PM
>
>
>
>
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
>
> .: Website global HYPERLINK
"http://www.budaya-tionghoa.org"http://www.budaya--tionghoa.-org :.
>
> .: Pertanyaan? Ajukan di HYPERLINK
"http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua"http://groups.-yahoo.com/
-group/budaya_-tionghua :.
>
> .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua HYPERLINK
"http://iccsg.wordpress.com"http://iccsg.-wordpress.-com :.
>
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
>



 


No virus found in this incoming message.
Checked by AVG Free Edition.
Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.19.20/1259 - Release Date:
2/4/2008 8:42 PM



No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG Free Edition. 
Version: 7.5.516 / Virus Database: 269.19.20/1259 - Release Date:
2/4/2008 8:42 PM
 


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke