sebenernya itu emang fenomena, tapi dunia dah berubah, so status mrk
jadi imigran ilegal getu lho.

kalu dulu kita punya leluhur dateng berbondong2 , ada yg atas undangan
atau jg karena keperluan tenaga kerja.
atau jg yg kabur hehehehehehehehehe

sekarang ini ada UU kewarganegaraan yg baru tuh, coba ada yg tau gak
isinya gimana ?

mendingan kita liat dari sudut UU aje dulu, selama itu UU gak
diskriminatif ya mesti dipatuhi khan.

sebenernye etos kerja pendatang yg rajin itu ada dimana2 hehehehehe
liat aje didaerah sy, banyak pendatang yg dari luar kota dan luar
pulau, mrk lebih rajin sampe geser penduduk aslinya :D
kalu diliat tipikalnya ya yg dagang jadi lebih pelit ehehehehehe

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:
>
> Yah Pak ABS,
> 
> Ini fenomena baru yang tak hanya ada di Indonesia, ini sudah menjadi
geala
> yang mendunia. gelombang Huakiauw yang baru ini telah mlanda seluruh
> dunia. saat di Eropa, di mana2 saya pasti ketemu imigran RRT yang baru
> datang mengadu nasib. dari yang kalangan pedagang hingga yang kalangan
> buruh.
> 
> Di indonesia mereka juga dari berbagai kalangan, dari pedagang kaki lima
> yang berani melanglang hingga ke kota2 kecil hingga pedagang intelek(eks
> guru) yang buka toko buku di pancoran. dari pelacur2 di klub malam
jakarta
> hingga guru2 di sekolah2 3bahasa di seluruh Indonesia. dari mereka, saya
> sebenarnya bisa melihat potret leluhur saya sendiri. sebagai pendatang
> baru, mereka terlihat lebih rajin dan ulet dibanding kita2 yang sudah
> mapan di sini, mereka juga sangat berani menempuh segala resiko hidup.
> yang sangat saya kagumi, mereka dng cepat beradaptasi, belum setahun,
> bahasa Indonesianya sudah sangat fasih.
> 
> Seperti yng pernah saya tulis dlm essay "Hotel", saya selalu memandang
> mereka secara positif. mereka adalah darah baru yang akan membuat negri
> ini lebih hidup. karena etos kerjanya, para pendatang ini akan menjadi
> tantangan berat bagi penduduk asli. bisa saja suatu saat Huakiauw2 baru
> ini akan mengalahkan huakiaw lama, ini adlah siklus alami, jika tak mau
> dikalahkan, kita justru harus cepat2 mengubah mental kita yang sudah
> merasa mapan.
> 
> Salam perantau
> ZFy
> 
> 
> 
> > Liatwie sianseng kouwnio,
> >
> > Daripada ngomongin yang jauh-jauh, diskriminasi muslim di Tiongkok
> > lah, perbudakan di Tibet lah, imigran Tionghoa di Eropa lah,
> > diskriminasi Tionghoa di Amerika lah, ini ada sesuatu yang terjadi di
> > depan
> > mata kita dan menyangkut kita langsung!
> >
> > Selama ini, di milis budaya tionghoa ini, dan barangkali juga di milis
> > ketionghoaan lainnya yang members-nya orang Indonesia, kalau
> > disebut-sebut tentang WN RRT di Indonesia, tentu yang dimaksudkan
> > adalah etnis Tionghoa yang walau pun asalnya imigran dari Tiongkok
> > Selatan tetapi sebetulnya sudah orang Indonesia.
> >
> > Sudah turun-temurun di Indonesia, paling-paling sisa disebut totok
saja,
> > walaupun sudah peranakan juga.
> > Sudah tidak punya nama tionghoa, paling-paling sisa punya she
saja, itu
> > pun
> > Hokkian punya.
> > Sudah tidak bisa berbahasa tionghoa, baik Hokkian apalagi Mandarin,
> > paling-paling sisa bisa ngomong gocap dan ceban saja, itu pun dengan
> > dialek
> > daerah menjadi "nggocap" dan "cemban".
> > Sudah tidak beragama Konghucu lagi, paling-paling sisa ikut ramai
kalau
> > Imlek saja, itu pun sebetulnya cuma mengharap angpau-nya.
> >
> > Sudah punya KTP sebagai benar-benar penduduk kota-kota atau
> > kabupaten-kabupaten Indonesia, paling-paling ada yang ditandai
> > dengan kode saja yang menunjukkan keturunannya, itu pun sekarang sudah
> > tidak
> > ada lagi.
> > Yang pasti samasekali tidak mempunyai kartu identitas apa pun yang
> > menunjukkan dia WN RRT, misalnya paspor RRT.
> >
> > Karena warisan sistem penggolongan kependudukan kolonial Belanda,
> > perjanjian penghindaran dwi-kewarganegaraan RI-RRT jaman Orla,
> > kebijakan pemerintah untuk diferensiasi ideologis RI-RRT jaman Orba,
> > dll., muncullah masalah WN RRT, stateless, SBKRI, pri & non-pri,
> > diskriminasi, dsb., yang menyangkut mereka yang sebetulnya orang
> > Indonesia.
> >
> > Tetapi bagaimana pun, kalau dalam pembicaraan kita sehari-hari
> > disebut-sebut istilah "WN RRT", tidak pernah terbayang oleh saya
> > wajah, nama dan bahasa penduduk negeri yang namanya Rep. Rakyat
Tiongkok.
> > Bagi orang yang pernah pergi ke RRT, apalagi berinteraksi langsung
> > dengan orang di sana, kelihatan koq beda penampilannya WN RRT
> > yang orang Tiongkok dan WN RRT yang orang Indonesia.
> >
> >
> > Tetapi akhir-akhir ini ada fenomena baru di Indonesia sehubungan
WN RRT
> > ini.
> > Yaitu yang belakangan ini muncul sebagai berita-berita di media
menyangkut
> > apa yang disebut warganegara asing dari RRT.
> >
> > Misalnya berita tujuh WN RRT yang diculik di Gayo Lues, Kabupaten
> > Aceh Tengah bulan April yang lalu.
> > Mereka semuanya mempunyai paspor RRT. Walaupun jelas-jelas
> > bekerja di Indonesia, bahkan sampai di pelosok-pelosok yang jauh
dari kota
> > besar.
> >
> > Kasus-kasus keberadaan WN RRT yang sedemikian ini juga mulai
> > santer terdengar di beberapa tempat lain, misalnya di Kalimantan,
terutama
> > Kalimantan Barat.
> >
> > Kemudian yang heboh kemarin-kemarin ini di Jakarta, kasus seorang
> > bernama Lin Xiaohua, pemegang paspor RRT, yang menculik seorang
> > wanita, lalu karenanya ditembak mati polisi.
> > Ternyata, sudah cukup lama berkerja di Indonesia, punya KTP Jakarta,
> > walau pun kemungkinan palsu, dan sudah punya nama Indonesia yang cukup
> > dikenal lingkungannya, Franky Halim.
> >
> > Saya tidak tertarik mempersoalkan kasus-kasusnya. Yang toh tidak
> > relevan untuk milis ini.
> > Tetapi tertarik mencermati apakah ini suatu fenomena budaya tionghoa
> > baru.
> > Yaitu apakah sudah terjadi gelombang imigran baru dari RRT masuk
> > ke Indonesia?
> >
> > Saya tidak membahas WN RRT yang datang ke Indonesia, dan berkerja
> > untuk suatu pekerjaan (proyek) yang sudah tertentu tempat, waktu
maupun
> > employer(majikan)-nya.
> > Termasuk mereka yang lalu terkenal di pecinan Kota dengan istilah
> > "cungkuo" itu. Suatu kesalah-kaprahan yang mengesalkan bagi kita
yang tahu
> > arti kata 中國 tersebut yang sebenarnya!
> >
> > Tetapi yang saya maksudkan adalah mereka, WN RRT, yang datang
> > untuk menetap. Setidak-tidaknya berkerja tanpa suatu batas waktu dan
> > lokasi
> > yang ditentukan sebelumnya.
> > Serta berkerja langsung di antara dan bersama orang Indonesia, walau
> > mungkin
> > masih memilih mereka yang sesama etnis Tionghoa.
> > Juga berinteraksi dengan bahasa dan budaya setempat.
> > Bahkan juga lalu berusaha memperoleh identitas kependudukan Indonesia.
> > Bukankah ini ciri-ciri klasik fenomena imigran...
> >
> >
> > Barangkali ada teman lain di milis ini yang juga mencermati
fenomena ini,
> > dan bisa menjelaskannya.
> > Ditunggu!
> >
> >
> > Wasalam.
> >
> >
>


Kirim email ke