Pak David Kwa yang rendah hati, 
saya mohon penjelasan tentang istilah Kapiten Cina atau Mayor Baba. Dalam 
tulisan Bapak, ditulis Kapiten Cina Batavia pertama adalah Souw Beng Kong 
(1630-1636). Dalam bedah buku "Putri Cina" di Solo bulan lalu, sejarawan UNS, 
Sudarmono, mengatakan Belanda menggunakan Cina dan Arab sebagai "bumper"  
serangan dari pribumi. Kata Pak Darmono, sejak tahun 1870 --sejak dimulainya 
undang-undang agraria Hindia Belanda--kalau ada 5000 orang Cina, maka 
diangkatlah satu Mayor Baba. Dan kalau ada 5000 orang Arab, maka diangkatlah 
satu Kapiten Arab. 
Yang menarik dari diskusi itu, kata Pak Darmono, dulu kapiten Arab Solo diambil 
dari daerah Pasar Kliwon, yang "ide"nya masih dilanjutkan oleh (alm.) Abdullah 
Sungkar, dan Mohammad Ba'asyir sekarang ini..
 
Pak David Kwa yang budiman, agar tidak terjadi kesimpangsiuran sejarah, mohon 
dijelaskan kapan istilah Kapiten Cina, atau Mayor Baba itu muncul? Apakah di 
setiap daerah di Nusantara ada Kapiten Cina atau Mayor Baba-nya? 
Terima kasih atas penjelasannya.
 
salam hormat,
 
suryasmoro ispandrihari
tiba kemil ethnography research
telp: 085 - 292 -110 - 272
 

--- On Thu, 6/12/08, Narpati Pradana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Narpati Pradana <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Selayang pandang, seminar Rumah Peranakan 
Cina di Jakarta (1)
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Thursday, June 12, 2008, 2:46 PM






Auwyang Peng Koen itu bukannya pendiri Kompas yah?
Memangnya, kuburannya termasuk kategori bersejarah?
(masih bingung)



On Tue, Jun 10, 2008 at 5:57 PM, David Kwa <david_kwa2003@ yahoo.com> 
wrote:






Encoding: Unicode (UTF-8)

Souw Beng Kong 蘇鳴崗―bukan Souw Bing Koen, apalagi Auwyang Peng 
Koen―(ca. 1580-1644) adalah Kapitein der Chineezen (‘Kapitan 
Cina’) pertama di Batavia (1620-1636 dan 1639-1644). 

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Ulysee" <[EMAIL PROTECTED] ..> 
wrote:




> Dari pembicara pertama ini ditutup dengan kalimat inti kurang lebih
> isinya: Di daerah toko 3 dan mesjid Tambora masih ada rumah rumah
> tionghoa yang layak di lestarikan, tetapi semuanya sekarang dalam
> keadaan ruwet. begitupun kuburan Auwyang Peng Koen yang punya nilai
> sejarah juga belum ada yang perhatikan, maka kepada orang tionghoa
> umumnya, dan orang tionghoa yang kaya khususnya, peliharalah 
warisan
> leluhurmu dan nenek moyangmu ini.... 
> 




-- 
help thy brother, just or unjust  














      

Kirim email ke