Bung Ardian dan teman-teman semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Sorry, numpang nimbrung dikit ajah.

BUKU ATURAN PENAMAAN

Kalau ndak salah, katanya penamaan orang-orang Tionghua itu sudah
ada di buku catatan rumah sne masing-masing. Jadi, sudah ada atur-
annya untuk generasi ke berapa harus bagaimana, sesuai kesepakatan
para lo-cian-pwee kita, pendahulu kita yang dituakan. 

Tentu saja yang diatur adalah nama-nama keturuna dari garis lelaki.
Yang dari garis perempuan harus mengikuti sne suaminya, jadi diatur
oleh rumah sne (paguyubannya) si suaminya.

Misal, generasi pertama sne Khoe, anak-anaknya akan dinamai Khoe
Boen .... untuk lelaki, dan Khoe Ang ... untuk perempuan. Jadi,
semua anak-anak generasi pertama dari keluarga Khoe (Khoo) akan
dinamai dengan aturan tsb. Yang berbeda hanya pada suku nama ke-3.
Ini diserahkan kepada orangtua masing-masing.

Lalu generasi ke-2 ini, akan diatur harus menamai anak-anaknya -
generasi ke-3, dengan Khoe .... Bok untuk pria, dan Khoe ... Lan
untuk perempuan. Maka semua anak-anak dari keluarga Khoe yang di-
lahirkan oleh generasi ke-2nya akan dinamai berdasarkan pedoman
penamaan ini.

Penyamaan nama kedua atau nama ketiga ini, tentu saja berdasar-
kan hasil kesepakatan para tetua keluarga tsb yang menjadi gene-
rasi awal. Dicatat dalam buku besar mereka, dan semua anak-anak
mereka harus mencatatkan nama-nama pasangannya, berikut nama-na-
ma anak-anaknya, nama-nama mantunya. 

Dengan cara demikian, sesudah masuk ke generasi ke-5 atau ke-6
dan seterusnya, jumlahnya bisa ratusan (jaman dulu pan setiap
keluarga berlumba-lumba punya banyak anak) atau bahkan ribuan,
bisa diketahui dengan mudah. Misal, kalau anda bernama Khoe Kie
Bok, bertemu dengan seseorang yang baru anda kenal, bernama Khoe
Pek Bok, hampir pasti anda bersaudara dengannya. Tinggal dilacak
asal muasal nenek moyang masing-masing, dicocokkan nama leluhur-
nya. Maka akan dengan mudah ditemukan 'hirarki' bagaimana mereka
berdua saling terkait dalam ikatan 'pohon keluarga'.

NAMA PENGGANTI SNE

Kalau sudah ganti nama, menjadi nama barat, nama India (Sanseker-
ta?), nama Arab, memang lantas susah melacaknya. Sebab, tidak ada
aturan khusus untuk mengatur penggantian nama untuk disesuaikan
bunyinya dengan sne. Misal, orang bersne Liem, bisa saja bergan-
ti nama menjadi Salim, atau Halim, atau Liman. Kecuali, kalau
lantas dicapai suatu kesepakatan di keluarga bersne Liem, untuk
menyeragamkan nama penggantinya, sebagai ganti sne, maka hal ini
bisalah menggantikan fungsi sne sebagaimana lazimnya.

Mumpung sekarang sudah tidak ada aturan yang mengharuskan(?) nama
sne diganti, mengapa tidak kita lanjutkan lagi saja penamaan ber-
dasarkan nama-nama Tionghua secara lama, dengan tiga suku nama,
kecuali yang ber-sne dua suku seperti Shang-kuan (Sang-quan?),
Shu-ma, I-nyo, Auw-yong dan seterusnya, yang lantas jadi 4 suku.

Bagaimana kalau yang sudah terlanjur mendapat nama barat, India
dan Arab (saya setuju sekali dengan Bung Ardian, aslinya memang
itu dari sono, bukan 'asli' Indonesia) itu? Ya, kalau mau, bisa
saja dibalik kembali. Misal yang bernama Halim, aslinya ber sne
Liem, diganti lagi menjadi Lim, dengan dua suku nama yang dicari-
kan berdasarkan perhitungan dari orangtua masing-masing. 

Mumpung orangtua yang tahu nama sne-nya masih ada, mungkin bisa
saja hal ini dilakukan. Back to the basic nature, the root? 

EJAAN PIN-YIN

Penggantian ejaan huruf yang dipakai dalam Pin-yin, saya setuju
dengan Bung Ardian, buat kita membingungkan, sebab kita sudah la-
ma menggunakan bahasa Indonesia yang memakai huruf Latin, dengan
pronounciation yang baku. Sebenarnya, dalam Pin-yin, yang berubah
kayaknya sih ejaan dalam huruf Latin-nya, mereka sudah membuat sa-
tu standar, misal Bo = Po (lama), Zhi = chi (lama), Lin = Lim.
Jadi nama Lin Bo Zhi = Lim Po Chi yang sudah kita kenal sebelum-
nya. Dalam huruf kanji-nya, mestinya sama saja, dibaca juga sama,
hanya saja ejaan dalam huruf Latin-nya yang berubah.

Sejujurnya, saya cuma meraba-raba saja, sebab saya sendiri tidak
begitu faham, belum pernah secara speisifik mempelajari hal ini.
Kayaknya sih ada buku pedoman baca huruf Kan-ji secara Pin-yin?



Begitu saja sih, kira-kira.

Salam,
Ophoeng, BSD City




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ardian_c" <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:

banyak kasus ganti nama sebenernya memudahkan pengucapan tp biasanya
gak perlu sampe ada keputusan dari pemerintah.
 
kalu di Indonesia bisa sebut nama Tan Ceng Bok, Lim Koen Hian begitu
gampang dan gak ada masalah penyebutan rasanya gak masalah.
 
kalu ganti nama bahasa jepang seh gak perlu, kalu nama sy diucapin
pake logat jepang, bacanya cio cie cio getu aje kalu mandarinnye khan
zhang zhichang.
So takenishi kanesiro kalu dibaca ya tetep Jin Cheng Wu gak perlu dari
tulisan kanji dirubah jadi hiragana getu.
 
Sebenernya yg disebut nama bernafaskan Indonesia jg kalu mau jujur ya
nafasnya bau2 barat sama arab banyak kok.
Johanes, anthony, robert, abdul de el el itu khan nama bahasa asing yg
dianggep sebagai nama berbau "indonesia".
 
Kalu Indra, Wisnu, Kresna, itu baunya India lho.
 
So kenapa sih kalu yg bau2nya Tan Ceng Bok, Liem Swie King mesti
dirubah2 ? 
 
Or misalnya org Dayak di Kalimantan namanya Bun Bun, apa itu baunya
bernafaskan Indonesia ?
Banyak lho org Tionghoa yg pake kata Bun buat namanya.
 
Mumet khan soal nama itu :P
 
Yg repot ya nama chinese pake pinyin, soesah tuh nyebutnya.
Kayak Bo Jian ini jg nama alias sy, mestinya kalu pake bunyi abjad
bahasa Indonesia ya dibacanya po cien getu.
 
Nah masalah nama, kadang ada yg kasih nama getu, kayak Bruce Lee itu
khan katanya yg kasih nama itu susternya waktu dia beranak.
Soalnya Lee Jun Fan itu susah buat org2 barat ucapinnya.
Tapi konon diaktenya Bruce Lee tetep namanya itu lho Lee Jun Fan.
 
Saya aja yg kasih nama Ardian itu guru waktu sekolah dulu.


Reply via email to