Tulisan yang bagus pak Ophoeng, halus tapi mendalam, semoga semua 
mengerti maksudnya, mohon pencerahannya lagi, mungkin soal asal muasal kecap 
asin & manis? Karena yang saya dengar kecap asin di ciptakan di TiongKok, 
kecap manis di ciptakan di Indonesia. Juga Tahu & Tempe, katanya Tahu di 
ciptakan di TiongKok, tempe di ciptakan di Indonesia....



----- Original Message ----- 
From: "Ophoeng" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Sent: Wednesday, 17 September, 2008 09:32
Subject: [budaya_tionghua] Mengapa Anak Babi Jalannya Nunduk?


> TTM BT semuah,
>
> Hai, apakabar? Sudah makan (sahur)?
>
> Itu judul sebenernya merupakan teka-teki anak-anak saya waktu
> mereka masih pada SD.
>
> Suatu kali anak-anak pulang sekolah, kami makan siang bersama,
> dan anak saya yang perempuan menanyakan teka-teki itu. Koko-
> nya sudah mau jawab tapi dicegah adiknya.
>
> Saya tentu tidak bisa menjawab pertanyaan "mengapa anak babi
> jalannya nunduk" itu. Sebab memang begitulah pertanyaan teka-
> teki. Cuma yang mengajukan pertanyaan yang tahu jawabnya.Ke-
> cuali teka-teki yang sama anda ajukan lagi berulang-ulang.
>
> Jawabnya: si anak babi malu karena ibunya seekor babi!
>
> Jaman dulu, kalau ada anak yang kurang ajar, berbuat ulah yang
> memalukan dengan perkataan dan perbuatannya, yang malu ada-
> lah orangtuanya. Sebab orangtua merasa sudah gagal mendidik
> anak-anaknya.
>
> Jaman sudah berubah, sekarang anak-anak merasa malu kalau
> orangtuanya berbuat ulah yang memalukan, misal korupsi, atau
> berkata dan berbuat yang memalukan lain-lainnya.
>
> Dari kedua hal ini, orangtua yang malu akan ulah anak-nya yang
> memalukan, atau anak yang malu akan ulah orangtuanya yang me-
> malukan itu, mungkin kita bisa tarik satu pelajaran: ke atas, kita
> mesti menyelamatkan muka orangtua kita. Jangan berbuat ulah
> yang memalukan mereka. Ke bawah, jaga kelakuan kita, supaya
> anak-2 tidak merasa malu punya orangtua seperti kita.
>
> Jagalah perkataan kita, walau di milis kita tidak kelihatan muka.
> Sebab perkataan kita adalah karakter kita, walau kita bisa sem-
> bunyi dengan memilih nama samaran, tapi kita tahu bahwa itulah
> kita. Kita tidak mungkin bisa bersembunyi dari diri sendiri toh?
> Lha, diri kita pan ya ada di dalam diri, ikut kemana-mana saja.
>
> Kita punya orangtua, kita punya anak-anak, juga lingkungan
> pergaulan yang terhubung relasi dengan kita. Kalau kita sudah
> terbiasa berkata kasar, mencaci maki orang tanpa sebab yang je-
> las, sebab kita merasa bahwa kita berhak mengeluarkannya. Men-
> jadikan kekasaran itu sebagai kebiasaan sehari-hari, itu sah-sah
> saja, memang itu hak kita. Kita manusia bebas, jeh!
>
> Tapi, ingatlah, yang menilai kita bukan saja kita sendiri, tapi
> ada anak-anak, orangtua dan lingkungan kita. Mungkin kita
> merasa hebat, merasa selalu menang, tapi apa artinya ya kalau
> anak-anak kita, orangtua kita, lingkungan kita merasa malu
> sebab seumur hidup mesti terhubung relasinya dengan kita?
>
> Bisakah kita hidup tanpa ada hubungan relasi dengan mereka?
>
> Tentang perkataan makian, kita mesti mengutip ujar-ujar sang
> filsuf Confusius (Khong Hu Chu): IT TAKES ONE SECOND TO BE
> BAD (kita tinggal maki orang dengan 'anjing' misalnya, itu di-
> anggap cuma 'one second'-sedetik ajah) , YET ONE WHOLE YEAR
> TO BE GOOD (kita mesti sabar dan baik terus kepada orang lain).
>
> Pilihan tentu di tangan kita: to be the one second or one year?
>
> Kalau ada yang mengatai kita anjing, ayam, kucing, kerbau, ba-
> bi, setan, dan sebagainya itu, usah kita layani dan kecil hati. Se-
> bab pada nyatanya kita toh tetap saja berupa orang. Kalau saja
> sampai ada yang mengatai kita 'orang', nah itu baru harus kita
> sesali dan murkai kalau memang perlu. Sebab kita sudah tidak
> lagi dianggap sebagai orang, jeh! Bener ndak?
>
> Jadi, kalau ada yang bilang " lo anjing deh" - anggap saja kita
> sedang terpapar peribasa: "Anjing menggongong, kafilah tetap
> berlalu". Masak kita mesti berhenti meladeni anjing iseng ya? :D)
>
> Anjing-anjing memang suka iseng, coba anda perhatikan, kalau
> ada orang naik motor lewat, anjing suka menguber-ubernya. Ta-
> pi kalau motor itu berhenti, si anjing bodoh itu lalu diam tak ta-
> hu mau ngapain. Padahal, menguber-uber motor itu bahaya se-
> kali, pernah ada seekor anjing saya yang mati karena terlindas
> motor yang diuber-ubernya. Apalagi di Jakarta yang padat ya!
>
> Begitu ajah sih ya, kira-kira.
> Kalau salah tolong dibetulkan, kalau kurang sila ditambahkan.
>
> Salam kompak selalu,
> Ophoeng
> BSD City,
> Tangerang
>
>
> ------------------------------------
>
> .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.
>
> .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :.
>
> .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.
>
> .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.
>
> Yahoo! Groups Links
>
>
>
> 


Kirim email ke