Banyak yang mengecilkan arti pendidikan formal bahasa di sekolah. Ada yang beranggapan, kalau di rumah bahasa mandarin tetap diajarkan oleh orang tua, bhs mandarin pasti akan bertahan. jika tak ada larangan ngomong mandarin antar sesama pemakai, bahasanya pasti juga akan bertahan. Orang sering lupa, pemakaian bahasa juga membutuhkan lingkungan yang menunjang, Saya perhatikan, Orang Jawa yang lama tinggal di jakarta, anaknya mungkin masih bisa Jawa, tapi cucunya sudah mulai luntur. Ini menunjukkan, meski diajarkan oleh orang tua, jika lingkungan pergaulan tak menunjang, bahasanya lama kelamaan juga akan pudar. Contoh yang ekstrim adalah anak2 yang besar di luar negeri. berapa yang fasih berbahasa ibunya? Orang Jawa meski tak sekolah resmi, jika dia tinggal di jawa tengah atau jawa timur atau tempat dimana komunitas Jawanya besar, pasti Jawanya fasih. Kondisi inilah yang sulit ditemui oleh pemakai bahasa mandarin! Orang Tionghoa kebanyakan tinggalnya menyebar, dia tak tinggal di komunitasnya sendiri, jika di Jawa Tengah ya tinggal di komunitas bahasa Jawa, Di Jabar ya komunits bhs sunda. (kecuali di luar pulau seperti Medan dan pontianak yang jumlah tionghoanya dominan, dimana bahasa tionghoa dialek bisa tetap bertahan.) Jika tak melalui pendidikan formal dan sarana dengar (lagu, radio, film) dan baca (koran dan buku) yang memadai, jangan diharap bahasa mandarin akan bertahan. apalagi masih ada faktor bahasa dialek yang menjadi pesaing. Maka bhs mandarin lebih membutuhkan pendidikan formal. Salam budaya ZFy
----- Original Message ---- From: melani chia <[EMAIL PROTECTED]> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, September 29, 2008 8:18:19 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI Di tempat ku juga gitu, my sibling belajar bhs mandarin harus malam,gurunya kudu bikin kue dulu jadi terkesan jual kue ya lumayan juga ngajar sambil dagang ,jd doble income Tapi org dulu mah kekeluargaanya kental, kadang ngak usah byr ngeles mah gurunya datang lagi kerumah. ditetangga yg lain juga ngak beda jauh,mau belajar aja mesti bikin janji dulu dirumah siapa hari ini besok dimana? biar susah dilacak,..ada2 aja ya ,dasar mental kerdil,soal bhs harus diurus sama penguasa/maksa lagi. --- On Sun, 28/9/08, ardian_c <[EMAIL PROTECTED] co.id> wrote: From: ardian_c <[EMAIL PROTECTED] co.id> Subject: [budaya_tionghua] Re: Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Sunday, 28 September, 2008, 2:40 PM lha beli buku mandarin aja kayak beli ganja mesti ngumpet2. Pengalaman gw lage kecil getu,mesti ngumpet2 ke daerah kota belinya. Cari buku yg bagus jg gak gampang, belajar mandarin ya diem2 khan, emangnya ada KURSUS TERBUKA kayak jaman sekarang ? Gw bilang kursus terbuka ya bukan jurusan sastra hehehehehe, lagian jg jurusan sastra cina tjoema ada di 2 universitas lho di Indonesia ini. Kalu sekarang mah banyak , kayak temen gw bisa ngajar di Satya Wacana lho, lha jaman doeloe ? Boro2 neng. Pernah naek pesawat dari luar negri gak ? Baca dong custom declare nya sono. Itu kejadian sebelon reformasi neng tuyul alias jaman orba. Lagian ape urusan cina diganti indonesia trus gw mencak2 ? Dasar oon lu ya, gw mah maunya tionghoa itu diakui sebagai salah satu etnis di Indonesia. Dus jg mendukung istilah etnis Tionghoa buat ngebedain ame china2 dari daratan kek, taiwan kek, singapore kek. So istilah tionghoa adalah istilah yg berlaku buat indonesian chinese. Jgn suka kayak yg oon dah kayak temen lu tuh yg bilang istilah tionghoa jurassicccccccccccc banget heuehehehheheehhehe Korban pilem jurassic park seh doi.