Begitulah jalannya sejarah, Chan heng! Kalau para pembenci kelompok Tionghoa dan Tiongkok memaksakan istilah Cina, kita mengerti, tetapi kalau putra putri Tionghoa sendiri menganjurkan pemakaian kata Cina, saya belum mampu mengerti. Apa saya yang terlalu bodoh?
Salam sejarah Danardono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ChanCT" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Mbak Edith yb, > > Dunia dengan beragam bangsa dan bahasa memang aneh, dalam menyebutkan nama bangsa dan negara bisa berbeda-beda, ... tapi, bagi bangsa yang waras dan bersahabat tentunya bisa menerima dan menghormati permintaan bangsa dan negara itu ingin disebut apa. Tidak sebagaimana jenderal Soeharto baru berkuasa, ditahun 1967 berkeras kepala menyebutkan Cina pada Tiongkok, padahal sudah diajukan protes berulang kali. > > Bagi Tionghoa di Indodnesia, sebutan Tiongkok dan Tionghoa sudah berlangsung sejak tahun 1900, terbeentuknya Tiong Hoa Hui Kwan (THHK), pejuang-pejuang Kemerdekaan RI, dari Kihajar Dewantoro, sampai Soekarno-Hatta, untuk menghormati kemenangaan Revolusi Nasionalis Sun Yat-Sen tahun 1911, juga sudah gunakan sebutan Tiongkok dan Tionghoa. Begitulah sejak hubungan diplomatik dengan RRT (Republik Rakyat Tiongkok) tahun 1950, RI yang bersahabat secara resmi gunakan sebutan Tiongkok untuk negara, dan Tionghoa untuk bangsa, orang dan bahasa. > > Baru setelah G30S, Soeharto merebut kekuasan dengan mengkarantinakan Presiden Soekarno, mengikuti politik AS yang memusuhi Tiongkok, ditingkatkan aksi anti-Tiongkok, yang dimulai dengan demo-demo di depan kedutaan RRT dan, ... ditahun 67 dibuat keputusan presidium kabinet, mengganti sebutan Tiongkok/Tionghoa menjadi CINA. Pihak Tiongkok berulang kali ajukan protes, tidak dipedulikan, bahkan politik anti-Tiongkok ditingkatkan menjadi hubungan diplomatik dibekukan. > > Disaat perundingan pencairan hubungan diplomatik, akhir tahun 89, pihak Tiongkok tetap menginginan kembali gunakan sebutan Tiongkok/TIonghoa sebagaimana hubungan diplomatik tahun 50. Tapi, pihak Soeharto tetap berkeras ingin gunakan sebutan CINA. Akhirnya pihak pemerintah Tiongkok mengajukan kompromi, menggunakan sebutan China lasimnya bhs. Inggris, tetap tidak hendak disebut CINA. Dan ketika itu pihak pemerintah RI, juga menyetujui sebutan CHINA, dan bukan CINA. > > Setelah begundal Soeharto lengser di tahun 98, presiden berikut, dari Gus Dur, Megawati sampai SBY, dalam pertemuan resmi dan Rapat didepan umum, sudah kembali gunakan sebutan Tiongkok/TIonghoa. Menunjukkan sikap bangsa Indonesia yang waras dan bersahabat, untuk menghormati bangsa Tionghoa yang sudah bersahabat dengan rakyat Indonesia. > > Hanya saja, Presiden sebagai kepala negara tertinggi bisa maju selangkah lebih maju, mencabut dan membatalkan itu keputusan presidium Kabinet yang mengganti sebutan Tiongkok/TIonghoa menjadi CINA. Berani mengakui kesalahan pemerintah lama jaman Soeharto dan kembali secara resmi menggunakan sebutan Tiongkok/TIonghoa sebagaimana kehendak bangsa dan Pemerintah TIongkok. Mudah-mudahan begitu. > > Salam, > ChanCT > > ----- Original Message ----- > From: Edith Koesoemawiria > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Sent: Monday, September 29, 2008 2:05 PM > Subject: Re: [budaya_tionghua] VOA sudah tidak menggunakan kata Cina > > > Dear Dr Irawan, > > kalau kata China dianggap menhina, mengapa China Airlines namanya begitu? > > Apakah rasa "tersinggung" ini hanya muncul pada mereka yang keluar dari China? > > Sedangkan bagi2 orang di negara itu, yang mengalami pengembangan nama itu > bagi mereka sendiri, menggunakan kata China tidak membawa stigma macam2? > > salam, Edith > > > -------- Original-Nachricht -------- > > Datum: Mon, 29 Sep 2008 01:33:55 EDT > > Von: [EMAIL PROTECTED] > > An: budaya_tionghua@yahoogroups.com > > CC: [EMAIL PROTECTED] > > Betreff: [budaya_tionghua] VOA sudah tidak menggunakan kata Cina > > > Rekan2 yb, > > > > Setidaknya sudah hampir sepekan ini VOA siaran text berbahasa Indonesia > > sudah tidak menggunakan istilah Cina lagi, sejauh ini mereka sudah > > menggunakan > > istilah Tiongkok setidaknya sampai dua kali penerbitan. > > > > Saya pribadi sudah mengirim surat e-mail pernyataan terimakasih kepada > > redaktur VOA berbahasa Indonesia sehubungan dengan ini. > > > > Perlu diketahui sejak 10 tahun yang lalu kami pernah melayangkan surat > > kepada VOA berbahasa Indonesia memohon agar tidak menggunakan kata Cina > > pada > > redaksinya, karena itu mungkin bisa menyinggung perasaan sebagian > > pembaca/pendengar. . Berkali saya kirimkan surat email ke VOA mengenai > > masalah ini, sampai > > bosan rasanya tetap tidak ada respon. Namun entah ada angin apa yang > > terjadi > > secara sekonyong-konyong VOA dalam sepekan ini menggunakan kata Tiongkok > > untuk > > istilah negara RRT. > > > > Sekurangnya sudah 8 tahun seluruh publikasi media cetak di Amerika Utara > > telah menggunakan istilah "Tionghoa" untuk etnisnya , budayanya , > > "Tiongkok" > > untuk negaranya (RRT) , dan "Mandarin" untuk bahasanya. Sedangkan > > Indonesia > > Media majalah dwimingguan untuk Amerika Utara sejak penerbitannya 10 > > tahun yang > > lalu sejak awal memang tidak menggunakan kata "Cina" Menurut > > pertimbangan > > kami kalau orang membaca istilah Tionghoa , Tiongkok, RRT atau Mandarin > > tidak > > ada yang merasa tersinggung perasaannya. Tapi kalau menggunakan istilah > > Cina > > ada sebagian orang merasa tidak enak perasaannya. Kenapa kita tidak mau > > bikin > > orang senang kalau kita bisa? > > > > Kemampuan membuat orang senang ini sudah dilakukan jauh sebelumnya oleh > > seorang tokoh media ,Bapak Dahlan Iskan melalui Jawa Pos groupnya ini > > dengan > > segenap koran2 Radar-nya. Istilah Cina ini sudah lama terhapus dari meja > > redaksi > > rupanya. Kemudian diikuti oleh Suara Pembaruan , Sinar Harapan , dan masih > > > > sangat banyak lagi media yang ingin membuat orang2 senang. > > > > Minggu lalu baru saja saya nonton film "Shanghai Than" (Shanghai Bund). > > Dalam salah satu andengannya tampak ada dialog antara orang Jepang dengan > > Xie Wen > > Xiang (jagoannya) . Istilah "Cena" yang berarti Cina yang diucapkan oleh > > si > > Jepang di hardik oleh Xie Wen Xiang yang menentang pemanggilan zhung guo > > ren > > dengan istilah Cena. Jadi ternyata sejak zaman 1920'an perkataan Cina itu > > sudah merupakan istilah yang tidak disukai . Setelah Jepang ditaklukan > > pada > > P.D.II maka terhitung pada tahun 1945 otomatis Dai Nipon, mengganti > > istilah itu > > menjadi "Zhiu Kuo Ku" yang artinya "Zhung Guo". > > > > Terlepas dari masih dipertentangkannya atau tidak istilah Cina tsb. Kami > > patut mengucapkan terimakasih atas niat baik dari VOA siaran Bahasa > > Indonesia , > > walaupun sudah terlambat 10 tahun. > > > > salam, > > Dr.Irawan > > > > > > > > > > > > > > **************Looking for simple solutions to your real-life financial > > challenges? Check out WalletPop for the latest news and information, tips > > and > > calculators. (http://www.walletpop.com/? NCID=emlcntuswall00000001) > > ------------------------------------ > > .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. > > .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. > > .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. > > .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. > > Yahoo! Groups Links > > > > > > -------------------------------------------------------------------- ---------- > > > > Internal Virus Database is out of date. > Checked by AVG. > Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.7.2/1689 - Release Date: 2008/9/24 ¤U¤È 06:51 >