----- Original Message ----- 
From: danarhadi2000 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Tuesday, September 30, 2008 9:41 AM
Subject: [budaya_tionghua] Re: VOA sudah tidak menggunakan kata Cina

> Kalau begitu umat Islam sedunia jangan marah 
> donhg, kalau Amerika menekan Palestina 
> memenangkan Israil? 
> Kan hanya beda dalam budaya?
>
> Bagi banyak teman teman Muslim, para Zionist dan 
> pendekar peng-Kristenan (menurut istilah mereka) 
> TAK mungkin menjadi kawan.

----------------------------------

Kelihatannya Nano-heng menyimak masalah Palestina vis-a-vis ummat Islam hanya 
kulitnya saja.

Kalau bicara tentang ummat Islam sedunia, maka mayoritasnya, termasuk 
negara-negara Arab, dan tentunya juga Indonesia, tidak menganggap soal 
Palestina vs. Israel sebagai masalah agama.
Kalau dari cacah negara, hanya negara Iran saja yang menganggap soal Palestina 
sebagai soal Islam, itu pun demi kepentingan positioning Syiah vs Sunni mereka 
saja.
Kalau dari cacah kelompok, hanya kelompok teroris saja yang memposisikannya 
sebagai masalah Islam, itu pun demi kepentingan sektarian mereka saja.

Karena, seperti kita ketahui, orang Palestina tidak semua Islam, banyak yang 
Kristen, dan orang Israel tidak semua Yahudi, yang Kristen bahkan Islam pun ada.

Mayoritas ummat Islam dunia, sebagian menganggap soal Palestina itu sebagai 
masalah perebutan wilayah/tanah warisan jaman ribuan tahun lampau, sebagian 
menganggapnya sebagai masalah perjuangan kemerdekaan, sebagian menganggapnya 
sebagai masalah kekerasan (violence) dalam penyelesaian sengketa, sebagian 
menganggapnya sebagai masalah pelanggaran HAM.

Yang menganggapnya sebagai masalah agama hanya minoritas yang sempit 
pandangannya dan kecil jumlahnya.
Hanya saja, seperti Irak dan Al Qaeda, mereka memang rajin teriak-teriak 
kerasnya.
Sehingga itu lah yang sampai ke telinga Nano-heng...


Begitu pula, di Indonesia, mayoritas ummat Islam tidak menganggap orang Yahudi 
musuh. Hanya kelompok minoritas radikal saja, seperti FPI dan Hisbuth Tahir 
yang menjual sentimen anti Yahudi untuk men-justifikasi aksi kekerasannya.
Kalau tokoh-tokoh NU, Muhammadiyah, apalagi Islam liberal (istilah yang 
sekarang lagi trend), sudah biasa bolak-balik ke Jeruzalem.
Begitu pula dalam suatu pertemuan internasional Islam di Indonesia sekitar 2 
bulan lalu, rabbi Yahudi juga hadir.


Namun demikian, sebagaimana tanda OOT yang saya cantumkan d judul di atas, soal 
ini samasekali tidak ada hubungannya dengan budaya tionghoa. Hanya sekedar 
mengklarifikasikan untuk Nano-heng saja.
Jadi urusan Palestina dan ummat Islam di milis budaya tionghoa ini, sampai di 
sini saja.


Wasalam.

Kirim email ke