Aku punya beberapa teman didaerah kuburan Gunung Gadung, pada intinya mereka menolak, sayang mereka rakyat kecil, sehingga terusir dari tanah yang subur nan indah, yang tadinya penuh pohon beneran sekarang berubah menjadi pohon beton, yang tadinya berhawa sejuk, sekarang menjadi panas menyengat. ( luas tanah diatas 100 HA )
Sekali waktu aku kondangan di tengah kuburan ( ada sekian kepala keluarga ogah digusur sehingga perumahan mereka berada ditengah kuburan ), turun dari mobil langsung dikerubuti anak anak kecil yang menyangka aku mau sembahyang, aku bilang kondangan tetap saja diikuti, akhirnya aku bilang aku mau pipis, masih juga diikuti, dan ngumpetlah dibelakang sebuah kuburan en pipis baru deh ntu anak anak pada kabur ( padahal waktu sudah sore ), bisa dibayangkan besarnya nanti anak anak tersebut jadi apa.........peminta minta. Kakek dan Nenek ku dikubur pula disana lahannya 16 M², aku bilang ke paman dan bibiku bahwa bila orang tua ku sudah ndut, maka ntu kuburan tidak akan aku urus, aku menulis ini karena ketika dua orang paman dan bibiku datang dari RRC kaget melihat kuburan dan masyarakat sekitar dimana kaya dan miskin sangat terlihat kontras sekali, sampai akhirnya mereka bicara cas cis cus bagaimana mungkin Tenglang Indonesia tidak dibenci oleh masyarakat non Tenglang, lha kagak tahu diri begitu, dan mereka kecewa dengan situasi dan kondisi yang mereka lihat ( bisa jadi pola pikir Komunisnya sudah merasuk tulang ngkali yah ). Jadi rencana nya nanti akan di kremasi......( sayang ngeh nya nanti ) sur.