Jika kita pasrah sama org tua, kita tinggal dengerin dia punya mau; jika kita 
pasrah sama alam, kita hrs memahami dulu hukum alam, ini membutuhkan pengamatan 
dan pengembangan ilmu alam; jika kita hendak pasrah sama Tuhan, ini yg repot, 
mau dengerin, dia tak bicara langsung, mau mempelajari, nanti dibilang 
pengetahuan merusak akhlak. Terpaksa ya mendekati dng hati masing2. Akhirnya, 
pasrah dng Tuhan sama saja pasrah dng hati masing2. Bukankah begitu? 


Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-----Original Message-----
From: "ardian_c" <ardia...@yahoo.co.id>

Date: Wed, 08 Apr 2009 03:56:07 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: [budaya_tionghua] Re: Gong'an Chan: Bakar Patung


3 racun dalam kehidupan manusia yg didengungkan ama taoisme plus buddhisme , yg 
rasanya seh itu taoisme dapet pengaruh dari buddhisme.
1.LOBHA/TAMAK/tan, Hawa merasa tamak 
2.MOHA/bodoh, ntuh 2an bego, mau aja dibegoin , lha kadang org bisa dibegoin 
gara2 tamak khan hehehehehe
3.DOSA/KELUAR ALUR/kebencian, nah loe abis getu aja akhirnya keluar alur.

dalam konteks yg pernah owe pelajarin, namanya pasrah itu belon tentu bisa 
membuat org harmoni, tapi pikiran dan batin yg seimbang itulah kunci harmoni.
pasrah tidak selalu akan menghasilkan hal2 yg positif. Wu Wei dalam satu terms 
bisa kita artikan pasrah, non action, but pengertiannya itu gak sesimple hal2 
itu. Nah para taoist yg filsafat mah gak mikirin itu namanya pasrah ama 
pencipta huehehehehe tapi tetep bisa tuh. So nurut mantan mentor owe, pasrah 
thdp pencipta itu bukanlah satu2nya kunci keharmonisan.

ya kita lage diskusi cari benang merahnya tapi owe gak mau model pendeta ST yg 
puji2 tapi nti ngebanting kayak misalnya kongtainya itu ST KHC bagus bla bla 
bla TAPI...... walah itu mah sama aja AROGAN alias sombong, mana bisa jadi 
junzi alias kuncu !!!!!



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tantono Subagyo <tant...@...> wrote:
>
> Mohon maaf tidak bermaksud mengajari, hanya bertukar pikiran. Sedikit
> tentang pandangan Kristen yang Lookay ada pelajari sebenarnya yang membuat
> Adam dan Hawa berdosa itu adalah keinginan/keakuan mereka sehingga mereka
> makan buah pengetahuan baik/jahat untuk menentukan baik/jahat sesuai dengan
> keinginan mereka sendiri dan tidak selaras dengan Sang Pencipta. Jadi
> kondisi mental bathin yang tidak bertentangan adalah yang pasrah kepada Sang
> Pencipta atau Yang Disembah itu sendiri. Kepaserahan atau kemanunggalan
> dengan Sang Pencipta akan endatangkan harmoni karena dengan kepaserahan itu
> timbul rasa rendah hati yang tidak menyalahkan orang lain dan merasa benar
> sendiri, bahkan menghakimi orang lain.  Sojah en banyak tabik. Auw Ban
> Lookay.
> 
> 2009/4/8 ardian_c <ardia...@...>
> 
> >
> >
> > kalu pake termsnya tenglang itu artinya dah diatas yin yang alias bisa
> > mengatasi dualisme, berada ditengah sempurna zhongyong, tengah selaras zhong
> > he.
> >
> > nah kalu pake terms kristen, manusia terjebak kedalam dosa setelah mrk
> > terjebak dalam dualisme yaitu yin yang yg digambarkan dgn pohon pengetahuan
> > baik dan jahat.
> > so kondisi mental dan batin adam dan hawa saat berada dalam taman eden
> > adalah kondisi yg tdk tercemar oleh pertentangan.
> > TAPI sayangnya terms baik dan buruk itu langsung oleh banyak org ditarik
> > garis tebal yg jelas dan lurus seolah2 tidak bisa bersinergi
> > hehehehehehehehehehehe
> >
> > kasarnya gini, LU bukan termasuk grup GUA !!!! Gua yg paling BENER , lu mah
> > SALAH !!!!!!!
> > Cara LU SALAH neh cara GUA BENER !!!!!
> >
> > mampuslah dunia ini kapan ada TAMAN EDENNYA ????????????????????
> >
> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com <budaya_tionghua%40yahoogroups.com>,
> > Tantono Subagyo <tantono@> wrote:
> > >
> > > Dalam filsafat Jawa ada istilah : Mangerti Dununging Panembah (Mengerti
> > arah
> > > dan siapa yang disembah). Dan Xia fashi tidak terikat, dia bisa
> > menganggap
> > > patung sebagai kayu bakar dan di saat lain ia memakai patung untuk
> > > memfokuskan penyembahan-nya. Bila sudah sampai kepada taraf demikian maka
> > > perbedaan ritual penyembahan menjadi tidak berarti, bahkan antara atheis
> > dan
> > > theis-pun tidak ada bedanya. Pertengkaran yang ada ternyata hanya untuk
> > > memuaskan keinginan lahiriah yang tidak akan berarti. Lookay yang auwban
> > > jadi sangat tersentuh dan merasa makin kecil saja. Sojah, Tan Lookay
> > >
> > > 2009/4/6 Hendri Irawan <henyung@>
> >
> > >
> > > > Setahu saya kisah membakar patung itu adalah salah satu gong'an yang
> > > > dipakai dalam chan. Yang jelas bukan Hui Neng.
> > > >
> > > > ----------------------------------------------------------
> > > > Gongan nya secara lengkap begini:
> > > >
> > > > PERINGATAN: Gong'an chan bukanlah untuk dimengerti secara literal, ada
> > > > konsep dan pemahaman filosofi yang mendalam di dalamnya. Setiap Gong'an
> > > > biasanya selalu menjadi studi kasus pendalaman filfasat dan berguna
> > untuk
> > > > memicu kemajuan bathin setiap orang yang mendalami chan.
> > > >
> > > > Jaman dinasti Tang (tidak ingat persis apakah Tang atau Song), Dan Xia
> > > > fashi dulunya adalah seorang pelajar yang hendak lulus ujian kekaisaran
> > dan
> > > > menjadi pejabat. Namun karena panggilan nurani, melepaskan keinginannya
> > dan
> > > > menjadi seorang biksu.
> > > >
> > > > Pada suatu malam musim dingin, terjadi badai salju di kota dan kuil
> > tempat
> > > > Dan Xia mengabdi sebagai biksu, salju sampai masuk ke dalam kuil.
> > Karena
> > > > badai, tukang antar batu bara (ya, di jaman dulu tiongkok sudah memakai
> > batu
> > > > bara sebagai pemanas) tidak bisa datang ke kuil. Setelah beberapa hari
> > > > (badai salju di Tiongkok bisa berlangsung berhari-hari) kuil itu
> > kehabisan
> > > > bahan bakar untuk pemanas dan semua orang menggigil kedinginan. Para
> > biksu
> > > > bahkan tidak bisa memasak makanan. Dan Xia lalu memindahkan
> > patung-patung
> > > > budha (terbuat dari kayu) dari altar dan menggunakannya untuk perapian.
> > > > Biksu-biksu yang lain bertanya "Apa yang kamu lakukan ?" terkejut
> > karena
> > > > melihat patung-patung budha yang suci dibakar di dalam perapian. "Kamu
> > > > membakar benda suci agama kami ! Kamu menghina sang budha !"
> > > >
> > > > "Apakah patung-patung ini berjiwa dan apakah mereka memiliki bodhicitta
> > > > ?(nurani budha, di dalam budhisme setiap makhluk memiliki nurani budha
> > dan
> > > > berpotensi menjadi budha sendiri)" tanya Dan Xia fashi.
> > > >
> > > > "Tentu saja tidak," jawab para biksu. "Mereka terbuat dari kayu. Mereka
> > > > tidak mungkin memiliki bodhicitta/"
> > > >
> > > > "Baiklah, kalau begitu mereka cuma potongan kayu bakar dan bisa dipakai
> > > > sebagai bahan bakar untuk pemanasan," kata Dan Xia fashi. "Bisakah
> > kalian
> > > > tolong bawakan lagi potongan kayu bakar yang lain ? Saya membutuhkan
> > sedikit
> > > > kehangatan."
> > > >
> > > > Hari berikutnya, badai salju berhenti. Dan Xia fashi pergi ke kota dan
> > > > membawa pulang beberapa patung budha sebagai pengganti yang telah
> > dibakar.
> > > > Setelah meletakkannya di altar, dia mulai berlutut dan membakar dupa
> > untuk
> > > > patung-patung itu.
> > > >
> > > > "Apakah anda menyembahyangi kayu bakar ?" tanya biksu-biksu lain yang
> > > > bingung melihat apa yang Dan Xia lakukan.
> > > >
> > > > "Tidak. Saya memperlakukan patung-patung ini sebagai benda suci dan
> > > > menghormati sang budha." jawab Dan Xia.
> > > > ----------------------------------------------------------
> > > >
> > > > Dan Xia fashi adalah seorang maha biksu chan aliran selatan, dan
> > > > silsilahnya bisa dirunut ke Hui Neng melalui salah satu dari para murid
> > > > utama Hui Neng.
> > > >
> > > > Hormat saya,
> > > >
> > > > Yongde
> > > >
> > > > --- In 
> > > > budaya_tionghua@yahoogroups.com<budaya_tionghua%40yahoogroups.com><budaya_tionghua%
> > 40yahoogroups.com>,
> > > > "Ning M. Widjaja" <nmwhtt@> wrote:
> > > > >
> > > > > Iya benar, itu cerita ttg Patriach Mahayanya Tiongkok YM Hui Neng (
> > > > patriach
> > > > > setelah beberapa generasi dari Bodhidharma / Tat Mo Cho Su yg diangap
> > sbg
> > > > > Patriach Pertama). Ini kisah ketika beliau dalam perjalanan dan
> > diserang
> > > > > badai salju lalu berteduh di vihara tua dan membakar patung Buddha
> > untuk
> > > > > menghangatkan diri Beliau dan Muridnya agar tidak mati kedinginan.
> > > > >
> > > >
> > > >
> > > >
> > >
> > >
> > >
> > > --
> > > Best regards, Tantono Subagyo
> > >
> >
> >  
> >
> 
> 
> 
> -- 
> Best regards, Tantono Subagyo
>



Kirim email ke