Itu antara lain karena orang Tionghoa lah yang mampu ke airport dan lari ke 
luarnegeri, Zhou-heng.
Ribuan non-tionghoa yang mati tertambus itu yang tidak bisa lari ke mana-mana...

Dan jangan lupa Zhou-heng, dari pemetaan team UI itu kita juga bisa melihat 
data jumlah korban kematian, dan dari situ bisa memetakan profil etnisnya.

Pengemukaan data-data faktual ini samasekali tidak berarti saya mendorong 
dilupakannya peristiwa ini, etnis apa pun korbannya!
Makanya saya bilang di posting sebelum ini bahwa Wiranto, Prabowo maupun SBY 
sama saja, tangan-tangan mereka semuanya berlumuran darah korban kerusuhan Mei 
'98.

Wasalam.

---------------------------------------------------------

  ----- Original Message ----- 
  From: zho...@yahoo.com 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Saturday, May 16, 2009 9:29 AM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Refleksi Tragedi 13-15 Mei 1998 - Kapan Ada 
Keadilan untuk Korban?


  Bagaimana menjelaskaskan kalau wilayah kerusuhan mayoritas di kawasan 
pecinan? Ingat! Bukan hanya di centra2 ekonomi, tapi juga kawasan perumahan 
milik tionghoa, terutama yg agak minor, krn kawasan elite sanggup bayar 
keamanan. 
  Untuk pemetaan wilayah kerusuhan,tim Ui bahkan telah membuat analogi wilayah 
kerusuhan dng data agama penduduknya!
  Pak Abs melihat tidak wajah2 cina yg berjibun di airport untuk siap ngungsi 
keluar negeri? Apa mereka semua paranoid?
  Mengapa tionghoa2 hrs dikawal pribumi untuk keluar rumah? Apakah mereka 
paranoid?
  Aksi kerusuhan berbau rasialis tdk hanya sekali ini terjadi, semasa saya 
hidup di solo saja telah terjadi 4x. Termasuk Mei itu. Salah satunya adalah 
kerusuhan anti arab, di kawasan arab, saat itu orang tionghoanya tenang2 
sajakok, ini membuktikan, org tionghoa bisa membedakan mereka sasaran atau 
tidak.


  Sent from my BlackBerry®
  powered by Sinyal Kuat INDOSAT



------------------------------------------------------------------------------
  From: "Akhmad Bukhari Saleh" 
  Date: Sat, 16 May 2009 02:11:42 +0700
  To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
  Subject: Re: [budaya_tionghua] Refleksi Tragedi 13-15 Mei 1998 - Kapan Ada 
Keadilan untuk Korban?


   

  Sebetulnya Wiranto dan Prabowo bukan penanggungjawab pengamanan ibukota. Itu 
adalah Syafrie Syamsudin.

  Kedua jenderal terdahulu itu pejabat di tingkat pusat. Tetapi memang jabatan 
mereka, Pangab dan Pangkostrad, bisa punya pengaruh kalau mereka mau ikut 
'main' di level ibukota.
  Namun jangan lupa, ada pejabat lain di tingkat pusat waktu itu yang juga 
punya posisi untuk ikut 'bermain' di level ibukota, yaitu Kasospol, yang tidak 
lain adalah SBY!

  Sekarang mereka bertiga maju dalam pilpres!!
  Jadi, sekali lagi, bisa dicerna dan dipahami bahwa kerusuhan Mei 1998 
samasekali bukan soal rasial! Melainkan soal pergulatan kekuasaan di tingkat 
elit!
  Yang masih terus berlanjut sampai sekarang...

  Wasalam.

  --------------------------------------------


    ----- Original Message ----- 
    From: zho...@yahoo.com 
    To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
    Sent: Friday, May 15, 2009 11:25 PM
    Subject: Re: [budaya_tionghua] Refleksi Tragedi 13-15 Mei 1998 - Kapan Ada 
Keadilan untuk Korban?


    Saat itu, Dua jenderal ini adalah pejabat yg paling berwewenang dlm 
pengamanan ibukota. Tapi tak berbuat apa2. Kemungkinannya hanya 2: tidak mampu 
atau sengaja membiarkannya. 
    Adakah kemungkinan lain???


    Sent from my BlackBerry®
    powered by Sinyal Kuat INDOSAT



----------------------------------------------------------------------------
    From: "Akhmad Bukhari Saleh" 
    Date: Fri, 15 May 2009 21:05:06 +0700
    To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
    Subject: Re: [budaya_tionghua] Refleksi Tragedi 13-15 Mei 1998 - Kapan Ada 
Keadilan untuk Korban?



    Untuk klarifikasi mendampingi kata "gublokkkkk" itu, bisakah Budi-heng 
menyebut satu nama, satu saja, tidak perlu 10, apalagi 100, nama mereka yang 
keluarganya KENA jadi korban perkosaan??

    Pasangan capres-cawapres JK-Boediono yang menjadi lawan dua jenderal yang 
disebut Zhou-heng, sanggup bayar tinggi, tinggi sekali, untuk info Budi-heng 
itu!!

    Kalau Budi-heng tidak berani terbuka, saya siap mengantarkan Budi-heng 
menyampaikan diam-diam info berharga tinggi itu kepada mereka! Ha ha ha...

    Wasalam.

    -----------------------------------------------

      ----- Original Message ----- 
      From: budi anto 
      To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
      Sent: Friday, May 15, 2009 8:12 PM
      Subject: Re: [budaya_tionghua] Refleksi Tragedi 13-15 Mei 1998 - Kapan 
Ada Keadilan untuk Korban?



      wah itu cine gublokkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk ,nga tau sejarah ya 
mereka mentang2 keluarganya nga ada yang kena jadi korban perkosaan jadinya 
mendukung mereka,





--------------------------------------------------------------------------
      From: "agoeng_...@yahoo.com" <agoeng_...@yahoo.com>
      To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
      Sent: Friday, May 15, 2009 8:08:54 PM
      Subject: Re: [budaya_tionghua] Refleksi Tragedi 13-15 Mei 1998 - Kapan 
Ada Keadilan untuk Korban?


      Lebih ironis lg, banyak para " tokoh" tenglang berlomba2 dukung mendukung 
mereka bahkan dengan bangganya ikut promosi n cari dukungan dr tenglang 
laennya. Td di detik ada forum pemuda indo yg dukung JK-win, salah satu 
unsurnya disebut pemuda tionghoa. 



--------------------------------------------------------------------------
      From: zho...@yahoo. com
      Date: Fri, 15 May 2009 10:52:24 +0000
      To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com>
      Subject: Re: [budaya_tionghua] Refleksi Tragedi 13-15 Mei 1998 - Kapan 
Ada Keadilan untuk Korban?


      Dua jendral yg seharusnya paling bertanggung jawab sekarang telah menjadi 
cawapres! 
      Ironi demokrasi..


      Sent from my BlackBerry®
      powered by Sinyal Kuat INDOSAT



--------------------------------------------------------------------------
      From: "sunny" 
      Date: Fri, 15 May 2009 11:13:31 +0200
      To: <Undisclosed- Recipient: ;><Invalid address>
      Subject: [budaya_tionghua] Refleksi Tragedi 13-15 Mei 1998 - Kapan Ada 
Keadilan untuk Korban?



      Jawa Pos

       Rabu, 13 Mei 2009 ] 


      Refleksi Tragedi 13-15 Mei 1998 
      Kapan Ada Keadilan untuk Korban? 

      Oleh : Mustofa Liem

      Para korban dan keluarganya pasti belum bisa melupakan Tragedi 13-15 Mei 
1998 di Jakarta. Meski sudah 11 tahun berlalu, tragedi itu tetap menjadi 
misteri yang menyisakan elegi bagi para korbannya.

      Memang keberadaan negeri ini sudah lama kehilangan makna. Bagi para 
korban HAM, negara sudah lama absen. Ketika tragedi kelabu itu terjadi, 
tangisan, teriakan, dan jeritan frustrasi para korban tidak pernah didengar 
oleh negara, oleh pemerintah waktu itu, pemerintah yang menyusulnya kemudian 
sampai pemerintah di era sekarang. 

      Memang sudah dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia berdasarkan UU No 
39/1999 tentang HAM dan UU No 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Menurut 
Komnas HAM, telah terjadi perkosaan secara masal, sistematis, biadab, dan keji 
terhadap para wanita etnis Tionghoa di tengah kerusuhan 13-15 Mei 1998 di 
Jakarta. Pemerintah Habibie juga sudah membentuk Tim Perlindungan Wanita 
terhadap Kekerasan, juga ada Tim Gabungan Pencari Fakta yang dibentuk pada 23 
Juli 1998. Rekomendasi kedua tim tersebut tidak pernah ditindaklanjuti. Jadi, 
sampai sekarang para pelaku Tragedi Mei itu tak satu pun yang ditangkap atau 
diadili.

      Komnas HAM Tak Berdaya 

      Komnas HAM yang dulu atau sekarang telah berupaya memanggil para mantan 
jenderal yang dianggap mengetahui atau bertanggung jawab atas beberapa kasus 
pelanggaran HAM masa lalu, tapi pemanggilan itu selalu gagal. Polemik antara 
para mantan jenderal dan Komnas HAM pun tak terelakkan. Semisal Menhan Juwono 
Sudarsono malah balik "menggugat" kewenangan hukum Komnas HAM.

      Pernyataan Menhan (yang mewakili pemerintah) menunjukkan bahwa 
sesungguhnya komitmen pemerintah menegakkan HAM masih kecil, sementara iklim 
politik masih didominasi spirit anti-HAM. Padahal, pengungkapan kasus 
pelanggaran berat HAM yang terjadi di tanah air seperti "Tragedi Mei 1998" 
memerlukan komitmen dari pemerintah. Tanpa ada komitmen dan good will langsung 
dari presiden ,kasus tersebut bakal terkubur.

      Para pelanggar HAM, apalagi dari kalangan militer, sudah bisa dipastikan 
akan menolak dituduh sebagai penanggung jawab pelanggaran HAM dengan beragam 
argumentasi dan rasionalisasi. Mereka akan mengatakan bahwa kesalahan terletak 
bukan pada diri mereka.

      Yang menyedihkan justru ada rasionalisasi bahwa para korban HAM dalam 
peristiwa 13-15 Mei 1998 itu tidak pernah ada, karena tidak pernah bisa 
dibuktikan. Apalagi, jika dikaitkan dengan perundang-undangan pemerkosaan di 
negeri ini. Bagaimana membuktikan bahwa korban sungguh diperkosa?

      Seperti dikatakan advokat senior Surabaya Trimoelja D. Soerjadi dalam 
beragam kesempatan bahwa setiap kasus yang terindikasi melibatkan militer, 
seperti Tragedi Mei, tidak pernah akan bisa diselesaikan dengan memuaskan. 
Artinya, para pelaku tetap bisa mengirup udara kebebasan. Tak ada keadilan bagi 
para korban. Hal ini juga terjadi pada kasus pelanggaran HAM lain, mulai 
Peristiwa 1965 dan Tragedi Mei 1998.

      Rekonsiliasi Sejati 

      Meski demikian, penulis menganjurkan para korban Tragedi Mei untuk berani 
memaafkan, meskipun memaafkan bukan berarti harus melupakan. Harus selalu 
dicari ruang untuk mengingat peristiwa buruk seperti Tragedi Mei 1998. Dengan 
demikian, usul islah atau rekonsiliasi jangan pernah diabaikan meski ada yang 
bertanya untuk apa rekonsiliasi.

      Tentu ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar rekonsiliasi terwujud. 
Pertama, harus diakui adanya pelanggaran berat HAM dalam Tragedi Mei 1998. Itu 
berarti ada pelaku yang harus bertanggung jawab. Kedua, keadilan harus 
ditegakkan. Artinya, pelaku harus mendapatkan sanksi hukum. Dengan demikian, 
luka hati korban dan keluarganya mendapatkan pemulihan. Setelah proses hukum 
ditegakkan, antara korban dan pelaku harus diupayakan perdamaian, supaya 
kebencian dan dendam tidak hidup terus sepanjang tujuh turunan.

      Uskup Desmond Tutu, ketua Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Afrika 
Selatan, menulis bahwa rekonsiliasi sejati mengekspos kekejaman, kekerasan, 
kepedihan, kebejatan, dan kebenaran, bahkan terkadang dapat memperburuk 
keadaan. Ini adalah perbuatan berisiko. Meski begitu, pada akhirnya akan ada 
pemulihan nyata setelah menyelesaikan situasi yang sebenarnya. Rekonsiliasi 
yang palsu hanya dapat menghasilkan pemulihan palsu (Buku No Future Without 
Forgivenes, 1999).

      Akhirnya untuk negara dan pemerintah, sekali lagi utang-utang pada para 
korban harus dilunasi. Tocqueville (1805-1859) mengingatkan: "Karena masa lalu 
gagal menerangi masa depan, benak manusia mengelana di tengah kabut". Kabut 
dari peristiwa gelap masa lalu itulah yang harus disingkap negara demi keadilan 
pada para korban, termasuk korban Tragedi Mei. 

      Selama orang terus mencari alasan guna lari dari tanggung jawab terhadap 
para korban HAM dan kekuasaan negara memberi perlindungan terhadap sikap 
pengecut ini, sehingga para pelaku terus menikmati impunitas di atas derita 
para korban HAM, negeri ini tetap akan susah mencapai masa depan. Sebab, 
pelanggaran HAM di masa silam selama terus dibiarkan justru menjadi kabut yang 
menghalangi perjalanan bangsa ini ke depan. 

      Kabut itu harus disingkap dan para korban dijamin mendapatkan keadilan 
yang setimpal. Dengan demikian, kita bisa menyongsong masa depan tanpa ada yang 
dikorbankan lagi. 

      *). Mustofa Liem PhD, Dewan Penasihat Jaringan Tionghoa untuk Kesetaraan. 



       







--------------------------------------------------------------------------



      No virus found in this incoming message.
      Checked by AVG - www.avg.com 
      Version: 8.5.329 / Virus Database: 270.12.30/2115 - Release Date: 
05/14/09 17:54:00





----------------------------------------------------------------------------



    No virus found in this incoming message.
    Checked by AVG - www.avg.com 
    Version: 8.5.329 / Virus Database: 270.12.30/2115 - Release Date: 05/14/09 
17:54:00



  


------------------------------------------------------------------------------



  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG - www.avg.com 
  Version: 8.5.329 / Virus Database: 270.12.32/2117 - Release Date: 05/15/09 
17:55:00

Kirim email ke