Ya udah mulai skrg biasain aja dipanggil monyet, nanti 10-20 taon lg juga 
terbiasa kok.

Btw kok ga ada yg jawab yah, klo emang bener cina n tionghoa itu sama aja, napa 
juga orba susah2 ganti sebutan secara resmi??? Bukannya sama aja? Btw g seh 
biasanya bilang tong nyin tuh bukan tionghoa. Wekkekekeke
-----Original Message-----
From: jackson_ya...@yahoo.com
Date: Wed, 7 Oct 2009 03:45:19 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?

Untuk pemikiran jaman dulu benar. Untuk pemikiran jaman skrg cina udah bukan 
hinaan lagi. Jadi ga masalah. Jaman dulu punya pemikiran saya rasa hanya cocok 
dimasa itu. Masa kini sudah berubah
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-----Original Message-----
From: "ChanCT" <sa...@netvigator.com>
Date: Wed, 7 Oct 2009 11:30:11 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?

Masalah sejak kapan penggunaan sebutan Tiongkok/Tionghoa boleh saja diusut 
sejarahnya, tapi menurut saya, yang lebih penting dan patut kita perhatikan, 
adalah sikap pejuang-pejuang Kemerdekaan RI saat itu. Setelah kemenangan 
Revolusi Xing-Hai, 10 Oktober 1911 Sun Yat Sen berhasil mendirikan Zhong Hua 
Min Guo (= Republik Nasionalis TIongkok), mereka, pejuang-pejuang Kemerdekaan 
RI untuk menghormati kemenangan bangsa Tionghoa itu, sudah gunakan sebutan 
Tiongkok/Tionghoa juga sebagaimana logat Hokkian yang banyak digunakan di 
Indonesia. 

Dan sejak hubungan diplomatik RI-RRT resmi dibuka tahun 1950, Pemerintah 
Indonesia ketika itu juga sudah secara resmi gunakan Republik Rakyat Tiongkok 
dan sebutan Tionghoa untuk bangsa dan orangnya, ... 

Itulah kenyataan yang ada yang patut diperhatikan benar oleh rakyat dan bangsa 
Indonesia untuk meenghormati dan bersahabat dengan bangsa lain yang juga 
mengulurkan tangan persahabatan. Sebutan Tiongkok/Tionghoa itulah yang 
dikehendaki Pemerintah dan rakyat Tiongkok, mereka betul-betul merasa terhina 
dengan sebutan CINA, lebih-lebih kalau CINA menjadi Zhi-na dalam bhs. Tionghoa. 

Kenapa masih juga ada orang yang tetap bertahan gunakan sebutan CINA? 
Bukankah salah satu ayat dalam ajaran Islam yang kalau diterjemahkan artinya 
begini: ''Panggillah seseorang itu dengan panggilan yang mereka sendiri senang 
mendengarnya'' .

Salam,
ChanCT

  ----- Original Message ----- 
  From: ulysee_me2 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, October 07, 2009 8:46 AM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?


  Tambahan:
  Taon 1900 Phoa Keng Hek, salah satu pendiri Tiong Hwa Hwee Koan, menulis  
"Surat Kiriman Kepada Sekalian Bangsa CINA" 

  Baru kemudian, orang yang sama, pada tahun 1907 sudah menulis menggunakan 
kata Tionghoa. 

  Jadi yang perlu di tengok itu antara tahun 1900 - 1907 dimana mulai ada 
pergantian istilah. 

  Ada yang punya copy surat pendirian Tiong Hwa Hwee Kwan? Kata Engkong, di 
akta pendiriannya perkumpulan itu masih pake istilah Cina, belum pakai 
Tionghoa. Betul tidak? 


  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "henyung" <heny...@...> wrote:
  >
  > Sebagai tambahan saja, rekan Suma Mihardja pernah menunjukkan bukti konkrit 
berupa banyak foto spanduk kejadian sebelum 1911 yang mengusung kata Tionghoa. 
Juga foto prasasti sebelum 1911 yang juga menggunakan istilah Tionghoa.
  > 
  > Foto-foto itu ditunjukkan di diskusi istilah Cina vs Tionghua yang pernah 
dilaksanakan dulunya. Sayang sekali yang hadir di diskusi itu berat sebelah 
hanya dari satu pihak saja.
  > 
  > Jadi gagasan bahwa istilah Tionghoa diawali pendirian Republik Tiongkok 
kelihatannya perlu dikaji lebih lanjut. 
  > 
  > Bukti foto ada di rekan Suma Mihardja.
  > 
  > Hormat saya,
  > 
  > Yongde
  > 
  > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Dedi <dedistd@> wrote:
  > >
  > > Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
  > > 
  > > Latar Belakang Sejarah
  > > 
  > > Kata 'Cina' mulanya digunakan secara netral sampai dengan awal abad 
ke-20, namun kemudian karena sering digunakan untuk menghina dan memaki, 
akhirnya kata tersebut mulai ditinggalkan.
  > > 
  > > Seiring dengan itu, gerakan kemerdekaan di Tiongkok mencapai puncaknya 
pada tahun 1911 dengan berdirinya Republik Tiongkok yang dalam bahasa Mandarin 
disebut Zhonghua Minguo. Kata Zhonghua dalam dialek Hokkian menjadi Tionghoa. 
Semangat gerakan ini menyebar ke orang-orang Tionghoa di Indonesia sehingga 
mereka mulai menyebut dirinya dengan kata Tionghoa, menggantikan kata Cina.
  > > 
  > > Semangat kemerdekaan ini kemudian ditularkan kepada para pejuang 
kemerdekaan Indonesia. Karena sama-sama merasa senasib, sama-sama berjuang 
melawan kekuasaan asing (Eropa), maka terciptalah kerja sama dan saling 
pengertian antara orang Tionghoa dan Indonesia.
  > > 
  > > Beberapa bentuk kerja sama tersebut di antaranya:
  > > 1. Lagu kebangsaan kita, Indonesia Raya, pertama kali dipublikasikan 
seara umum oleh harian Sin Po, harian milik golongan Tionghoa yang berorientasi 
ke negeri Tiongkok (Saat itu ada 3 golongan Tionghoa: pro-Tiongkok, 
pro-Indonesia dan pro-Belanda).
  > > 2. Orang Belanda suka menggunakan kata 'Inlander' untuk menghina orang 
Indonesia. Kata ini sama dengan kata 'Cina', awalnya netral tapi kemudian 
berkonotasi negatif. Koran Sin Po-lah yang pertama kali mengambil inisiatif 
untuk mengganti kata 'Inlander' dengan kata 'Boemipoetra' yang lebih positif.
  > > 
  > > Sebagai wujud rasa terima kasih atas kedua hal ini dan terutama atas 
semangat kebangkitan nasional yang ditularkan orang Tionghoa kepada orang 
Indonesia, tokoh-tokoh pergerakan Indonesia juga mulai meninggalkan kata 'Cina' 
dan mulai menggunakan kata Tionghoa.
  > > 
  > > Dengan demikian penghilangan kata Cina dan menggantinya dengan kata 
Tionghoa memiliki makna yang sangat penting, khususnya bagi orang-orang 
Tionghoa di Indonesia. Inilah salah satu bukti bahwa orang Tionghoa ikut 
berjuang untuk Indonesia. Inilah juga yang membuktikan adanya kerja sama dan 
saling pengertian yang harmonis antara orang Tionghoa dan Indonesia di jaman 
pra-kemerdekaan.
  > > 
  > > Pada jaman orde lama, kata yang selalu digunakan adalah Tionghoa, bahkan 
koran dan tokoh yang anti Tionghoapun juga menggunakan kata Tionghoa. 
  > > 
  > > Lalu bagaimana kata Tionghoa berubah kembali menjadi kata Cina?
  > > 
  > > Tanggal 25-31 Agustus 1966 (di awal rejim orde baru) berlangsung seminar 
Angkatan Darat di Bandung yang bertujuan untuk membahas peran Angkatan Darat. 
Entah dari mana, tiba-tiba mereka membahas dan memutuskan untuk mengganti kata 
Tionghoa/Tiongkok dengan kata Cina. Pada tanggal 25 Juni 1967 keluarlah 
keputusan presidium kabinet untuk membuang kata Tionghoa/Tiongkok dan 
menggantinya dengan kata Cina. Dan keputusan ini didukung oleh segelintir 
Tionghoa (yang, maaf, tidak tahu malu) yang tergabung di dalam LPKB (K. 
Shindunata dkk).
  > > 
  > > Sebenarnya ini suatu keganjilan besar. Bagaimana mungkin suatu seminar 
yang tidak ada hubungannya dengan soal Tionghoa mengambil suatu keputusan 
menghilangkan kata Tionghoa?! Bagaimana mungkin penghilangan suatu kata saja 
harus ditetapkan melalui keputusan presidium kabinet?! Jelas sekali bahwa 
keputusan ini rasis dan bermotif politik yang bertujuan mendiskriminasi 
golongan Tionghoa. Dengan demikian jelas bahwa kata Cina
  > > sengaja dihidupkan kembali dengan tujuan yang tidak baik.
  > > 
  > > Sejak saat itu, semua media massa mulai menggunakan kembali kata 'Cina' 
dan meninggalkan kata Tionghoa. Hanya ada satu koran yang tetap bertahan 
menggunakan kata Tionghoa, yaitu Indonesia Raya yang dipimpin oleh Mochtar 
Lubis.
  > > 
  > > Akibatnya bisa kita rasakan sampai sekarang terutama di kalangan generasi 
muda Tionghoa. Mereka (atau kita) tidak terlalu peduli lagi, bahkan sama sekali 
tidak mengetahui kenyataan sejarah dan makna yang sangat penting di balik 
penggantian kata Cina menjadi Tionghoa. Bahkan banyak yang tidak tahu menahu 
mengenai kata Tionghoa, yang mereka tahu hanya 'Cina' dan menggunakannya tanpa 
merasa berdosa sama sekali.
  > > 
  > > Jadi mengapa kata Cina tidak pantas digunakan?
  > > 
  > > Sebagian orang mengatakan karena kata itu mengandung unsur penghinaan. 
Memang betul bahwa kata itu mengandung penghinaan. Namun itu tidak berarti 
bahwa kita harus terhina. dan tidak perlu membuat kita terhina/tersinggung. 
Orang yang menyebut kata 'cina' pun biasanya tidak bermaksud menghina.
  > > 
  > > Namun ada 1 alasan yang sangat kuat, yaitu fakta sejarah seperti 
diuraikan di atas tadi. Penghilangan kata Cina dan penggunaan kata Tionghoa 
adalah bukti bahwa orang Tionghoa ikut berjuang untuk Indonesia dan adanya 
kerja sama yang baik dan harmonis antara tokoh pejuang Tionghoa dan Indonesia. 
  > > 
  > > Juga jelas penggunaan kembali kata 'Cina' di jaman orde baru memiliki 
motif diskriminasi dan penghinaan. Dengan demikian apabila kita masih saja 
menggunakan kata 'Cina', sama saja artinya kita mengubur fakta sejarah. Sama 
saja artinya kita tidak menghargai kesepakatan yang diraih oleh para pahlawan 
kita. Sama saja artinya kita menodai perjuangan para tokoh pejuang kemerdekaan 
Indonesia baik itu orang Tionghoa maupun Indonesia. Sama saja artinya kita 
mewarisi kebijakan rejim orde baru yang rasis dan diskriminatif.
  > > 
  > > Bung Karno pernah mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang 
merhargai para pahlawannya. Saya yakin ini termasuk artinya kita meneruskan 
perjuangan mereka dan menghargai segala jerih payah mereka. Penghilangan kata 
Cina adalah hasil jerih payah pejuang Tionghoa dan kesepakatan dengan tokoh 
pejuang Indonesia. Kalau kita tidak bisa menghargainya (atau dengan kata lain 
kalau saja masih memakai kata Cina), berarti kita bukanlah bangsa yang besar. 
Dengan demikian, orang Tionghoa yang sudah mengerti fakta sejarah ini tetapi 
masih saja menggunakan kata 'cina' bukanlah orang yang â?obesarâ??!
  > > 
  > > Penutup
  > > Setelah mengetahui fakta sejarah ini, diharapkan agar kita semua mulai 
meninggalkan kata 'cina'. Perlu diperhatikan juga, masih banyak orang Tionghoa 
yang menggunakan kata-kata yang tidak pantas untuk menyebut orang Indonesia. 
Kebiasaan jelek ini juga harus kita tinggalkan.
  > > 
  > > Pramudya Ananta Tur dalam sebuah wawancara mengungkapkan: "Masalah 
"Cina-Tionghoa" bukan sekedar istilah yang mana yang lebih enak diucap atau 
ditulis, tapi bottom line-nya adalah mengembalikan kebenaran sejarah atas 
perjuangan Tionghoa dalam pembentukan Republik Indonesia yang hampir terhapus 
selama hampir 40 tahun."
  > > 
  > > Saya sangat setuju sekali, masalah utamanya bukanlah soal mengandung 
penghinaan, konotasi, atau enak tidaknya didengar, tetapi makna sejarahnya!
  > > 
  > > Dedi S Lim
  > > 
  > > Referensi:
  > > 1. Leo Suryadinata, "Negara dan Etnis Tionghoa", bab 4, LP3ES
  > > 2. Artikel "Cina atau Tionghoa" karangan Siau Gok Tjhan
  > > 3. Artikel "Cina atau Tionghoa?" karangan Dr Irawan (Sumber: 
www.indonesiamedia.com)
  > > 4. Benny G Setiono, â?oTionghoa dalam Pusaran Politikâ??.
  > >
  >




  ------------------------------------

  .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

  .: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

  .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

  .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

  Yahoo! Groups Links





------------------------------------------------------------------------------



  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG - www.avg.com 
  Version: 8.5.409 / Virus Database: 270.14.3/2411 - Release Date: 10/03/09 
06:20:00

Kirim email ke