Kenapa tidak memakai terjemahan
Republik rakyat Negara Tengah - ini 100% bah Indonesia.

--- On Wed, 10/7/09, Akhmad Bukhari Saleh <absa...@indo.net.id> wrote:


From: Akhmad Bukhari Saleh <absa...@indo.net.id>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Wednesday, October 7, 2009, 4:10 AM






 



----- Original Message ----- 
From: zho...@yahoo.com 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Wednesday, October 07, 2009 5:13 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
 
> Jika tdk ada pro kontra, mengapa kok
> menjadi republik rakyat china? 
> Mengapa bukan republik rakyat tiongkok
> seperti dulu atau republik rakyat cina
> seperti kebiasaan ORBA?
 
- - - - - - - - - - - - - - - - - -
 
Makanya pahami sejarah!
 
Ingat bahwa pemulihan hubuingan RRT-RI terjadi masih di rezim Orba.
 
Yang lebih butuh pemulihan hubungan adalah Indonesia. Buktinya lebih dahulu 
datang delegasi Indonesia ke Tiongkok daripada delegasi Tiongkok ke Indonesia. 
Delegasi Indonesia itu resmi, tetapi pakai nama Kadin. Pertama supaya bisa ada 
keresmian suatu delegasi yang bermandat kenegaraan, walaupun tidak ada hubungan 
diplomatik. Kedua menunjukkan sifat butuhnya Indonesia, yaitu butuh hubungan 
dagang (ekonomi) dengan naga raksasa yang telah menggeliat bangkit, maka 
delegasinya pakai 'bungkus' kamar dagang (walau ada orang Deplu dan Bakin).
 
Mengapa hasil perundingan diplomasinya bukan "republik rakyat tiongkok"?
Karena pihak RI tidak mau. Pihak RRT tentunya maunya "republik rakyat 
tiongkok". Tetapi ketika pihak RI tidak mau, ya tidak memaksa, karena paham 
sejarah.
 
Mengapa bukan "republik rakyat cina"?
Karena pihak RRT tidak mau. Pihak RI, yang waktu itu masih rezim Orba (yang 
beberapa tahun kemudian saya jungkalkan, bukan oleh Zhou-heng cs. yang cuma no 
action menggrundel only), tentunya maunya "republik rakyat cina". Tetapi ketika 
pihak RRT tidak mau, ya tidak memaksa, karena lagi butuh pemulihan hubungan, 
terutama hubungan ekonomi.
 
Mengapa kok menjadi "republik rakyat china", walau ada pro-kontra?
Ya begitulah take and give dalam perundingan diplomasi. Dalam perundingan 
diplomasi, soal remeh bisa dikesampingkan asal tujuan utama tercapai, yang 
penting tidak ada yang kehilangan muka.
 
Tujuan utama perundingan waktu itu adalah pemulihan hubungan RI-RRT.
Sedangkan soal nama negeri RRT adalah soal yang lebih remeh.
 
Dengan dicapainya persetujuan memakai istilah "china", maka kedua pihak tidak 
kehilangan muka.
Pihak RRT tidak kehilangan muka, karena nyatanya RI mau berubah sikap, tidak 
ngotot memakai kata "cina" lagi.
Begitu pula pihak RI tidak kehilangan muka, karena RRT menunjukkan pemahaman 
sejarah mengapa RI tidak mau kata "tiongkok".
 
Dari segi semantik (ilmu bahasa), RI bisa dianggap lebih 'menang' karena anak 
kecil juga bisa lihat bahwa kata "china" lebih dekat ke kata "cina" daripada ke 
kata "tiongkok".
 
Tetapi dari segi politik, RRT bisa dianggap lebih menang karena bisa memaksa 
rezim yang sama untuk berubah sikap soal nama ini (RI masih tetap rezim 
Soeharto, sehingga bisa dikategorikan menjilat ludah sendiri, sedangkan RRT 
sudah berubah rezim, bukan rezim Mao lagi, sehingga bisa dibilang sudah 'ludah' 
yang berbeda).
 
Itulah sejarah!
 
Wasalam.
 
=========================================

 
 

----- Original Message ----- 
From: zho...@yahoo.com 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Wednesday, October 07, 2009 5:13 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?

  

Anda sudah memilih mengucapakan China dlm bhs inggris menjadi cina, seperti 
anak2 kecil dan orang kebanyakan yg pendidikan rendah, terserah!
Kami mau dipanggil apa itu hak kami! Bukan anda yg memutuskan. Jika anda 
memaksakan, saya juga siap panggil anda inlander. 
Dari jawaban anda sdh jelas: krn tdk senang dng rrt, orba sengaja mengganti 
istilah tionghoa yg dinilai terlalu bagus menjadi cina yg lebih jelek! Berarti 
anda mengakui Cina lebih jelek dari tionghoa. Sekarang kami ingin dipanggil 
kembali dng julukan yg lebih bagus, mengapa keberatan? Satu2nya jawaban: anda 
sbg angkatan 66 ikut mendukung rezim orba dlm menekan masyarakat tionghoa! 

Dulu saat memulihkan hubungan dng indonesia, posisi RRT belum sekuat sekarang, 
singapore saja belum menjalin hubungan diplomatik!

Jika tdk ada pro kontra, mengapa kok menjadi republik rakyat china? 
Mengapa bukan republik rakyat tiongkok seperti dulu atau republik rakyat cina 
seperti kebiasaan ORBA?

 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT


From: "Akhmad Bukhari Saleh" <absa...@indo. net.id> 
Date: Wed, 7 Oct 2009 15:57:12 +0700
To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?

  

 

----- Original Message ----- 
From: zho...@yahoo. com 
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Sent: Wednesday, October 07, 2009 11:38 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?
 
> Manusia tanpa sejarah? Kasihan...

 
- - - - - - - - - - - - - - - -
 
Yang belajar sejarah dan tahu sejarah bukan seorang atau sepihak saja, Bung!
 
Di Indonesia sudah puluhan tahun, bahkan seratusan tahun, bukan cuma suku 
tionghoa saja yang dicina-cinain (padahal nama sukunya "tionghoa"), kalau orang 
mau bicara dengan maksud untuk menderogatori.
Suku minang juga dipadang-padangin (walau nama sukunya bukan "padang") kalau 
mau menderogatori sifat kemaruk untung. Suku tapanuli juga dibatak-batakin 
(walau nama sukunya bukan "batak") kalau mau menderogatori sikap prilaku kasar. 
Suku arab juga diarab-arabi kalau mau menderogatori sikap kikir. Suku yang 
tinggal di Jateng dan Jateng juga dijawa-jawain kalau mau menderogatori sikap 
pasrah nrimo. Contohnya tidak ada batasnya di antara ratusan suku di Indonesia.
Bahkan orang yang bukan suku arab pun bisa dibilang "arab lu" kalau dia kikir. 
Orang yang bukan suku tionghoa pun bisa dibilang "cina lu" kalau business-like 
terlalu ditonjolkan. Orang yang bukan suku minang pun bisa dibilang "padang lu" 
kalau terlalu melit menghitung laba. Contohnya juga tidak ada batasnya di 
antara ratusan suku di Indonesia.
Tetapi pada semua suku tidak ada masalah soal disebut "padang", "batak", 
"arab", "jawa" itu.
 
Pada suku tionghoa pun tidak ada masalah, kecuali pada sebagian daripadanya. 
Yaitu generasi terdahulu yang punya dendam sejarah tidak kesampaian pada jaman 
Orba.
 
Sejarahnya adalah ketika Pemerintah RI melibas pemberontakan G-30-S/PKI yang 
didukung secara resmi oleh suatu negara asing, yaitu RRT. Sehingga istilah 
Tiongkok serta bahasa dan huruf Mandarin lalu dilarang, untuk meredam pengaruh 
Kolone-V dari RRT. 
Jadi arahnya ditujukan ke luar, ke negara asing yang mencampuri urusan dalam 
negeri Indonesia dengan mendukung terang-terangan suatu pemberontakan. Tidak 
ditujukan ke dalam, ke salahsatu suku Indonesia yang bersangkutan. 
Ini kalau bicara sejarah, Bung!
 
Bahwa ketika pemulihan diplomatik 20-an tahun kemudiannya pihak RRT setuju 
untuk tidak memakai kata Tiongkok, itu bukti nyata bahwa pemerintah RRT tahu 
dan paham sejarah!
 
Tidak ada tuh pemerintah RRT menuntut tidak mau pakai istilah "cina" karena itu 
penghinaan Jepang terkait Nanking massacre. Ataupun bahwa kata "cina" adalah 
derogatori dengan argumen yang lainnya, tidak ada samasekali.
 
Ataupun pihak RRT mengajukan argumen bahwa "kami suka disebut tiongkok, tidak 
suka disebut cina, maka sebutlah kami dengan sebutan yang kami sukai, jangan 
dengan yang kami tidak sukai", juga tidak ada samasekali.
Karena nyatanya dalam bah. Inggris di seluruh dunia disebut "china" dan dalam 
bah. Melayu di Malaysia, Singapura dan Brunei disebut "cina" juga pemerintah 
RRT suka-suka saja tuh.
 
Alasan bahwa RRT mengalah, dan menerima nama "tiongkok" tidak digunakan, adalah 
supaya missi pemulihan hubungan diplomatik tidak gagal, itu adalah omong kosong 
besar!
Tidak ada keperluannya bagi RRT untuk mengalah, karena yang lebih butuh untuk 
berhubungan kembali adalah Indonesia, ketika ternyata RRT kemudian bangkit 
menjadi super power baru yang harus ditemani, bukan dimusuhi.
Soal hasil perundingannya lalu "cina" menjadi "china", itu adalah kompromi yang 
tercapai. Namanya juga negosiasi diplomatik, pasti ada komprominya. Tetapi anak 
kecil juga tahu, kata "cina" dan kata "china" ya sama saja, cuma yang satu itu 
dalam bahasa Indonesia yang satunya lagi dalam bahasa Inggris.
Ini kalau bicara sejarah, Bung!
 
Dan generasi muda suku tionghoa cukup terdidik untuk tahu dan paham sejarah 
bangsanya...
 
Wasalam.
 
============ ========= =========
  
 

----- Original Message ----- 
From: zho...@yahoo. com 
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Sent: Wednesday, October 07, 2009 11:38 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?  

Manusia tanpa sejarah? Kasihan...

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT


From: jackson_yahya@ yahoo.com 
Date: Wed, 7 Oct 2009 03:45:19 +0000
To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Mengapa Kata 'Cina' Tidak Pantas Digunakan?

  

Untuk pemikiran jaman dulu benar. Untuk pemikiran jaman skrg cina udah bukan 
hinaan lagi. Jadi ga masalah. Jaman dulu punya pemikiran saya rasa hanya cocok 
dimasa itu. Masa kini sudah berubah 
.
. 






-----Inline Attachment Follows-----



No virus found in this outgoing message.
Checked by AVG - www.avg.com 
Version: 8.5.420 / Virus Database: 270.14.5/2418 - Release Date: 10/06/09 
18:34:00

Kirim email ke