kamsia, yg maksud owe ini adalah keheranan kalu emang sepupu kok beda jauh umurnya hehehehe getu lho.
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Akhmad Bukhari Saleh" <absa...@...> wrote: > > ----- Original Message ----- > From: ardian_c > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Sent: Sunday, November 29, 2009 10:50 PM > Subject: [budaya_tionghua] Re: OOT: Percaya ga Percaya: baru ngobrol dengan > cicit Kaisar Guang Xu di Jakarta > > > Lage guangxu mokad taon 1908, > > itu cixi dah umur brp? > > guangxu sendiri rasanya belon sampe > > umur 40 taon, sekitar 30an. > > > - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - > > Tetapi Ardian-heng, kenyataan sejarah memang menunjukkan See Thayhouw Tjoe > Hie meninggal persis sehari setelah meninggalnya Hongtee Kong Sie!! > > Tjoe Hie meninggal 15 November 1908 dalam umur 73 tahun kurang 2 minggu, > sedangkan Kong Sie meninggal sehari sebelumnya, 14 November 1908 dalam umur > 37 tahun lebih 2,5 bulan. > > Jangan lupa bahwa Kong Sie sudah menjadi kaisar sejak umur 3,5 tahun. > Maka keheranan looheng: "... cixi dah umur brp? guangxu sendiri rasanya belon > sampe umur 40 taon ..." menjadi tidak heran lagi, karena ketika dia 'mokad', > Kong Sie jadinya sudah sempat bertahta selama 34 tahun (walau efektif > berkuasa tidak selama itu). > Tentunya 34 tahun itu bukan waktu sebentar. Lebih lama dari 'bertahta'-nya > Soeharto! Hehehe... > > Tetapi memang cerita si cicitnya Kaisar Kong Sie ini banyak ngawurnya. > > Antara lain, pengganti Kong Sie, Kaisar Henry Puyi, bukanlah adik Kong Sie, > melainkan keponakan. > > Antara lain lagi, tidak mungkin nenek si cicit dendam pada Sun Yat Sen > gara-gara coup terhadap Kong Sie. > Karena coup itu tidak dilakukan oleh Sun Yat Sen, melainkan oleh Ibusuri Tjoe > Sie dibantu oleh a.l. Yuan Si Kai. > > Antara lain juga, Henry Puyi tidak pernah kabur dari Tiongkok. > Sejak diturunkan dari tahta tahun 1912, sampai naik tahta lagi untuk 2 minggu > di tahun 1917, dia tetap tinggal di Istana Terlarang, Beijing. > Setelah peristiwa 1917 itu, dia tinggal di istana di Tianjin selama 15 tahun. > Lalu diangkat Jepang di tahun 1932 menjadi raja boneka di Mancuria sampai > 1945. > > Antara lain pula, Henry Puyi juga tidak pernah dengan niatnya sendiri menolak > untuk menjadi kaisar. > Setiap kali dia gagal menjadi kaisar adalah karena diturunkan orang dengan > paksaan. > > Namun, di segi lain, bisa dicatat bahwa memang betul sampai 40-an tahun yang > lalu, daerah Glodok, Jakarta Barat, disebut sebagai "Pancoran". > Yaitu sebelum dikenalnya Pancoran sebagai nama daerah di persimpangan Tugu > Dirgantara, Jakarta Selatan. > > Bagaimana pun juga, bagi mereka yang punya 'modal' pengetahuan tentang > sejarah akhir dinasti Tjeng (Qing), kelihatannya akan menarik untuk bisa > ngobrol dengan si cicitnya Kaisar Kong Sie ini... > > Wasalam. > > ============================= > > ----- Original Message ----- > From: ardian_c > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Sent: Sunday, November 29, 2009 10:50 PM > Subject: [budaya_tionghua] Re: OOT: Percaya ga Percaya: baru ngobrol dengan > cicit Kaisar Guang Xu di Jakarta > > > rasanya si guangxu bukan sdr.sepupu cixi, wong cixi itu ibusuri, dan > guangxu itu anak asuh dari ratu Ci An, bokapnya namanya kaisar Xianfeng getu. > Lage guangxu mokad taon 1908, itu cixi dah umur brp ? guangxu sendiri > rasanya belon sampe umur 40 taon, sekitar 30an. > > trus jg kerajaan dinasti qing itu adalah orang manchu dan semua kaisar qing > marganya aishin gioro aixin jueluo. > > > -------------------------------------------- > > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "save_mynit" <save_mynit@> wrote: > > > > Salam teman2, > > > > Boleh percaya atau tidak. Saya pun separuh percaya separuh tidak. Dalam > minggu ini baru bertemu dan berkenalan dengan seorang Mongol yg lahir di > Indonesia. Ketika dia menceritakan asal-usulnya, dia cerita kalau neneknya > adalah putri tertua Kaisar Guang Xu - kaisar yang memerintah tepat sebelum > the last emperor Pu Yi. > > > > Alkisah, saat Kakek Buyutnya memerintah di Cina, pemerintahan tersebut > katanya dicemburui dan diambil alih lewat kelicikan XiCi saudara sepupunya. > Sang Kakek buyut (Guang Xu) akhirnya tewas diracun. Menurut ceritanya, Kaisar > Guang Xu mempunyai lebih dari satu istri. Dari istri pertama, dia sama sekali > tidak menghasilkan keturunan laki2 (bayi yang dilahirkan berupa ketuban yg > isinya air-tidak ada bayinya). Sedang dari istri ke dua ia memiliki 8 (lupa > kayaknya) putri dan putri tersulung adalah nenek dari si cicit ini. > > > > Karena Kaisar Guang Xu tidak punya penerus laki2 maka secara licik XiCi > menunjuk anak laki2 dari adik kaisar Guang Xu, yakni Puyi yg masih kecil. > Jadilah Guang Xu dilengser diteruskan oleh kaisar kecil Puyi. Cerita > selanjutnya, Puyi pun menderita (ceritanya disiksa oleh Jepang, dituduh > mendalangi pemberontakan, dan seterusnya). Puyi pun sempat kabur dari Cina, > dan pada suatu saat kembali ke Cina tapi menyerahkan stempel kaisar (tanda > menolak menjadi kaisar). Selanjutnya hidup Puyi seperti rakyat jelata, miskin > dan sempat berjualan kembang. > > > > Bagaimana cicit Kaisar Guang Xu bisa sampai di Indonesia? Menurut si > cicit ini, pada masa coup di pemerintahan Guang Xu, seluruh keluarga dan > anak2 Guang Xu dibabat habis. Itu pula yang menurut si cicit ini, neneknya > selalu dendam pada Sun Yat Sen. Menurut kisahnya, 6 dari saudara2 sang nenek > dikejar dan dibunuh. Akhirnya si nenek memutuskan untuk lari sampai ke > Indonesia. > > > > Di Indonesia (ini uniknya) si Nenek turun Jakarta, di tempat yang disebut > "Pasar Pancoran" - katanya ini adalah Glodok jaman dulu. Dan di Indonesia dia > mencari2 orang China yang cukup besar yang bisa jadi tempat perlindungan. > Pada cerita inilah sang cicit menyebut nama seorang mantan orang terkaya Asia > pada jaman itu: Oei Tiong Ham yang juragan gula. Katanya, Oei Tiong Ham > mengirim orang untuk menjemput si Nenek yang masih keluarga Kaisar Guang Xu > itu dengan mobil dan diantar hingga ke Semarang. > > > > Selanjutnya, demi menghilangkan jejak maka sepakatlah si Nenek ini untuk > ganti marga. Kebetulan marga yang dipakai adalah marga Hokkian: Ong. Saya > lupa tanya, bagaimana jelasnya, kalau tidak salah si cicit ini punya ayah > asli dari Mongol (mungkin cucu langsung Kaisar Guang Xu) dan menikah dengan > seorang perempuan Tionghoa yang berasal dari Menado. Si cicit ini pun lahir > di Sana dan sempat kembali ke Mongolia. > > > > Usia si cicit ini masih muda. Beda kira2 2 tahun dengan saya. Do you > believe it? Sekarang kalau saya mau ngobrol dengan si cicit ini, hanya > tinggal jalan kaki sekian puluh meter dari rumah. Dan saya masih penasaran > untuk ngobrol lagi dengan si cicit yang berwajah sangat totok dengan alis > tinggi dan tekstur tulang wajah yang sangat mirip orang Cina daratan (kulit > agak hitam dan sipit). > > > > Percaya gak percaya.... > > > > Salam > > Abdi Christ >