bukankah itu yang saya maksud ,koh fuyen hehehe

2009/12/19 <zho...@yahoo.com>

>
>
> Setelah manusia menjadi bermartabat, agama ternyata malah menjadi beban
> masalah. Bgmn ini?
>
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> ------------------------------
> *From: * shinmen takezo <hisashi.mits...@gmail.com>
> *Date: *Sat, 19 Dec 2009 21:20:29 +0700
> *To: *<budaya_tionghua@yahoogroups.com>
> *Subject: *Re: [budaya_tionghua] Re: Extrimisme dalam agama adalah gerakan
> yang paling berbahaya. OOT
>
>
>
> Agama telah sukses membawa manusia lebih bermartabat di antara seluruh
> primata yang  ke arah survival for the fittest ,
>
>
>>
>> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com<budaya_tionghua%40yahoogroups.com>,
>> "M. Huda" <huda...@...> wrote:
>> >
>> > Maaf ikutan, tapi saya setuju berat!
>> >
>> > Saya sudah muak segala bentuk ekstrimisme, islam, sunni, shia, kristen,
>> katolik, yahudi, demokrasi, komunis, sosialis, kapitalis, fasis, arab,
>> tionghoa. Beberapa waktu terakhir ini saya berusaha mengenal para ekstrimis
>> dari berbagai agama, etnis, budaya dan ideologi dan hanya satu yang saya
>> dapatkan dari mereka semua, mereka orang gila. Saya setuju pemisahan agama
>> dengan politik.
>> > God bless you, sir.
>> >
>> > -= M. Huda =-
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >________________________________
>> > From: liang u <lian...@...>
>>
>> > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com <budaya_tionghua%40yahoogroups.com>
>> > Sent: Sat, 19 December, 2009 19:30:48
>> > Subject: [budaya_tionghua] Extrimisme dalam agama adalah gerakan yang
>> paling berbahaya. OOT
>> >
>> >
>> > Extrimisme bukan saja dalam politik, dalam politik abad lalu kita
>> melihat extrimisme Hitler, Jepang dan Italia dengan fasismenya. Extrimisme
>> zaman Jiang Qing dan kelompok 4 nya di Tiongkok, ekstrimisme di Kamboja
>> zaman Pol Pot, ekstrimisme zaman orda Baru di Indonesia dan lainnya. Berapa
>> puluh juta jiwa melayang akibat ekstrimisme ini. Orang Jerman yang membasmi
>> Jahudi, orng Jepang yang membantai orang Tiongkok, rezim Orba yang membantai
>> jutaan orang yang dituduh komunis dan Tionghoa dsb tidak ada hentinya. Semua
>> akarnya adalah ekstrimisme, menganggap sesuatu yang mutlak dan tak dapat
>> dibantah.
>> > Extrimisme bisa juga muncul dalam agama. Mulai abad yang lalu ektrimisme
>> Islam mulai mendapat kekuatan di Indonesia, pasukan DI-TII yang tiap hari
>> membakar kampung membakar manusia dan menyembelih semua yang bisa ditangkap.
>> Jam 4 sore, orang sudah tak ada yang berani meninggalkan Bandung pergi ke
>> Purwakarta, karena pasti nyawa akan hilang di jalan.
>> > Gerakan ini akhirnya berhasil dipadamkan dengan tertembaknya
>> Kartosuwirjo.
>> > Sangat disayangkan, di Indonesia gerakan ekstrimis DI-TII diorganisasi
>> oleh orang-orang fanatik, tapi di Barat banyak diorganisasi oleh orang
>> terkemuka, dengan tujuan membantu menaklukkan negara Timur melalui mental.
>> Tentara masuk misionaris masuk, tentara menaklukkan perlawanan bersenjata,
>> misionaris menalukkan dengan penyebaran agama, mereka melakukan cuci otak,
>> bahwa semua yang dilakukan oleh tentara kolonial adalah kehendak Tuhan. Anda
>> boleh percaya boleh tidak, sebab banyak diantara kita yang sudah melalui
>> brain wash sudah tak dapat berfikir rasional lagi. Lihat saja asal ada
>> seorang yang seiman dapat serangan, maka langsung marah, tidak dilihat dulu
>> apa yang telah diperbuat orang itu.
>> > Saya tidak mengatakan semua begitu, tapi yang sudah dibrainwash melalui
>> ekterimisme sudah begitu. Anda boleh cek satu persatu.
>> > Beberapa tahun lalu, seorang menteri di Singapore sudah memberi
>> peringatan keras, makin banyak orang beragama tak ada salahnya, tapi
>> pergeseran ke arah ekstrimisme harus dicegah. Ekstrimisme akan memaksa
>> pemerintah mengikuti pola mereka, ini bukan agama lagi tapi politik yang
>> ditunggangi agama. Seorang pemuda masih famili saya, dengan napas yang
>> tersengal-sengal karena marah ia bilang, Pemerintah mulai ngaco, Wong Kan
>> Seng ngawur, katanya. Ketika saya tanya, Wong Kan Seng menyatakan, politik
>> harus lepas dari agama, anda boleh percaya agama apa saja, Kristen, Katolik,
>> Buddha, Tao, Jahudi dll. tapi kalau mau bicara politik tanggalkan jubah
>> agama anda.
>> > Dengan tenang saya katakan, lalu apa salahnya? Mereka mau menekan
>> Kristen? Menekannya bagaimana? Mengapa politik tidak boleh ditinjau dari
>> agama?
>> > Saya bilang tenang, anda katanya menyenangi sistem demokrasi, dalam
>> agama, apalagi yang ekstrim tak ada demokrasi. Apa kata pendeta (karena anak
>> itu Kristen) itulah yang harus dilakukan, tak ada tanya jawab, tak ada
>> bantahan, siapa yang meragukan ia adalah penghianat dan akan dimusuhi. Tak
>> percaya, anda ajukan pertanyaan saat khotbah, apa jawabnya, akan berbeda
>> sekali dengan mimbar ilmu, mimbar di sekolah. Anda diharap banyak bertanya
>> bahkan membantah sang dosen. Di gereja (saya ambil contoh gereja karena anak
>> itu Kristen dan saya sendiri Kristen) anda tak boleh membantah sama sekali,
>> karena pendeta adalah pembawa suara Tuhan.
>> > Sayang gerakan ini sekarang meluas, orang yang tak tutup mata pasti
>> melihat dan merasakan. Hasilnya semua yang diperbuat orang Timur, terutama
>> pemerintahnya di 'setan'kan. Jangan harap orang barat dan orang yang sudah
>> dibrainwas melalui agama berani menyebut, Tiongkok berbuat benar. Semua
>> salah. Pembangunan berhasil baik, dianggap salah karena masih ada yang
>> miskin, apa di USA sana tak ada yang miskin? Jalan-jalan di Wall Street
>> tentu saja tidak bisa melihat yang miskin. Gempa bumi mereka gembira, itu
>> hukuman Tuhan! Aceh tsunami gembira hukuman Tuhan, waktu Nias tsunami baru
>> bungkam kenapa yah yang percaya Tuhan kena Tsunami. Hasil cuci otak, otakpun
>> sudah tak dapat berfikir! Bush menyerang Irak karena mendapat perintah
>> langsung dari "Tuhan", setelah hasilnya murat marit, baru ngomong lagi
>> "Rupanya Tuhan belum mengizinkan" Lalu dulu mengapa ngomong begitu? Bukan
>> Tuhan, Bush sendiri mengaku Tuhan. Di Gereja pendeta mengaku perintah Tuhan,
>> makin
>> > menggebu ia berkhotbah, makin banyak pengikutnya, sudah watak manusia
>> yang mudah dihasut, hasilnya jemaat makin banyak, uang makin banyak masuk
>> kantong. Akhirnya UUD.
>> > Memang sayang, orang sering tak dapat membedakan yang ekstrim (hanya
>> mengaku perintah Tuhan) dan yang tidak, celakanya kebanyakan penganut lebih
>> senang yang ektrim karena sambil mengejek orang, sedang yang tulus akan
>> berkhotbah dengan halus bukan dengan makian.
>> > Apakah ini bukan ejekan kepada orang yang benar=benar saleh kepada
>> agamanya? Lihat ketika rakyat masih tidur di bawah jembatan para pengkhotbah
>> sudah mempunyai rumah gedung, villa , mobil pribadi dll. di mana letaknya
>> kasih? Contoh pastor Mangunwijaya yang berani tidur di bawah jembatan
>> bersama gelandangan, lihat ibu Teresia yang berani menampung anak yang kena
>> penyakit menular dan hidup dalam kemiskinan?
>> > Lihat pastor Sediawan (maaf kalau salah ejaannya) yang menolong korban
>> perkosaan saat peristiwa Mei, perbuatan yang mungkin bisa melenyapkan jiwa
>> sendiri. Sadarlah, budaya kita yang menganggap semua orang didunia
>> bersaudara jauh lebih baik daripada membagi dua manusia penganut Tuhan dan
>> penganut setan. Kakak isteri saya, lewat depan kelenteng tak mau, harus
>> berputar jauh, karena tak mau melihat rumah"setan" . Ia tak tahu yang dipuja
>> di sana patung Kwan Kong, seorang jenderal yang bijaksna dan bermoral
>> tinggi. Sedang turis barat berbondong bondong masuk ke kelenteng.
>> > Di Tiongkok, orang Tibet, orang Uygur bisa memprotes, karena mereka
>> masih diberi hak, jumlahnya bertambah terus. Di USA, di Australia mana
>> mungkin penduduk asli bersuara, sudah dibantai hampir habis, orang putih
>> diperbolehkan membunuh orang asli Amerika dan orang Negero karena mereka
>> dinyatakan bukan manusia. Syarat manusia adalah percaya Tuhan, dan Tuhannya
>> adalah Tuhan mereka, yang sudah didefinisikan olleh mereka dan sudah
>> diwakili oleh mereka.
>> > Ektrimisme hanya akan menimbulkan kerusukan besar dalam dunia, bukan
>> kedamaian. Sudah ada para ahli yang meramalkan, kalau perang dulu adalah
>> perang politik dan ideologi, abad kini adalah abad bentrokan ekstrimisme
>> dalam bentuk teror dan agama.
>> > Tentu saja kita masih harus mengharapkan pempimpin negara yang mencegah
>> ke arah sana. Kalau Tuhan hanya satu, Ia tak akan memerintahkan sesuatu yang
>> bertentangan kepada manusia, tak akan mengadu domba dengan memberi perintah
>> yang bertentanan satu sama lain.
>> > Semoga tak ada yang tersinggung, saya tidak berniat berdebat, tolong
>> renungkan dengan akal sehat. Akibatnya seluruh umat manusia yang akan
>> menderita bukan satu dua orang. Sekali lagi saya tegaskan, saya seorang
>> Kristen, tapi tak percaya kalau ada pengkhotbah yang ngaco belo dan
>> menghasut orang memusuhi sesama manusia, itu bukan perintah suci tapi
>> perintah kriminal.
>> > Salam
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >
>> >________________________________
>> > From: "agoeng_set@ yahoo.com" <agoeng_...@yahoo. com>
>> > To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
>> > Sent: Wed, December 16, 2009 8:38:34 PM
>> > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
>> >
>> >
>> > Mungkin jika mengalami sendiri gimana keluarga pecah, anak n ortu
>> musuhan, adik dan kakak ga saling nyapa, hanya gara2 yg sudah " tobat"
>> mengajak yg laennya "tobat" dan tidak diikuti bahkan banyak yg sampe
>> meninggalpun masih "bermasalah" maka akan tau kenapa org antipati terhadap
>> kiprah kristen n budaya tionghoa.
>> >________________________________
>> >
>> > From: jackson_yahya@ yahoo.com
>> > Date: Wed, 16 Dec 2009 12:13:35 +0000
>> > To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com>
>> > Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
>> >
>> > Saya dari lahir kristen dan baru 5 tahun ini jadi buddhist. Sejak kecil
>> selama 24 tahun sudah beberapa kali pindah gereja.
>> >
>> > Dari smua gereja hanya katolik yang ajarannya murni dan sesuai firman (
>> kasih yang terutama )
>> >
>> > Kalau kristen non kharismatik juga bagus hampir mirip katolik
>> mengutamakan kasih juga hanya sedikit "fanatik"
>> >
>> > Kristen kharismatik (berbahasa roh) wahhh tiap gereja kharismatik
>> ajarannya beda2 tergantung pendetanya. Kasih nomor 2 hanya iman yang
>> menyelamatkan
>> > (tujuannya cari selamat aja)
>> >
>> > Tapi yang saya lihat dari ketiganya yang paling di berkati oleh tuhan
>> gereja kharismatik (berbahasa roh) para pendetanya benar2 di beri kelimpahan
>> berkat, mobil dan rumah nya mewah2.
>> >
>> >
>> > Semua tulisan saya ini hanya pendapat pribadi belum tentu benar.
>> > Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
>> Teruuusss... !
>>
>> >________________________________
>> >
>> > From: "Erik" <rsn...@yahoo. com>
>> > Date: Wed, 16 Dec 2009 10:34:43 -0000
>> > To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com>
>> > Subject: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
>> >
>> > Selamat sore koh Beng, senang sekali jumpa lagi di milis ini!
>> > Saya rasa anda salah menangkap apa yang saya maksud dalam posting saya
>> terdahulu itu. Memang tidak betul kalau dikatakan salah satu misi penyebaran
>> agama Kristen pada awal misionaris barat adalah untuk memberangus budaya
>> lokal setempat yang sudah berakar kuat sebelumnya.
>> > Saya kira kalimat dan bahasa saya tidak seperti itulah! Sebagai seorang
>> Katolik yang pernah mengalami "brain washing' selama bertahun-tahun di STF
>> Driyarkara, saya pun setuju dan menghayati benar bahwa tujuan utama para
>> misionaris adalah menyebarkan kasih. Namun sebagaimana saya katakan
>> sebelumnya, lewat studi perpustakaan (yang amat minim) serta pengamatan saya
>> (yang amat dangkal pula) saya mendapatkan adanya semacam "Persepsi Yang
>> Keliru" dari misionaris barat pada awal kedatangan mereka ke ladang Timur
>> kita ini. Persepsi yang keliru itu adalah bahwa "keterbelakangnya
>> bangsa-bangsa Timur disebabkan oleh belenggu budaya yang masih primitip
>> serta kepercayaan takhyul! " Tentu persepsi keliru itu bukan monopoli para
>> misionaris, karena itulah pandangan hampir seluruh masyarakat barat pada
>> zamannya dulu itu! Namun implikasinya pada misionaris ketika mereka berkarya
>> di ladang Timur kita ini, berakibat fatal yakni peragaan "Arogansi
>> Kultural". (Mohon
>> > diperhatikan, yang saya maksud AROGANSI KULTURAL bukan arogansi sikap,
>> tetapi arogansi pendangan walau mereka tetap tampil dengan sikap yang sopan
>> dan rendah hati).
>> > Saya pun setuju bahwa banyak sekali jasa-jasa yang telah disumbangkan
>> oleh para misionaris barat bagi kita masyarakat Timur. Salah satu contoh
>> yang bisa saya sebutkan adalah Matthew Ricci yang berjasa mengajarkan dan
>> menterjemahkan kitab-kitab ilmu pengetahuan alam dan ilmu pasti dari barat
>> ke dalam bahasa Mandarin. Tanpa jasa beliau, saya kira bangsa Tionghoa tak
>> mungkin bisa mencapai kemajuan sepesat hari ini dalam bidang IPTEK.
>> > Namun demikian, koh Beng! Situasinya kita di Indonesia sekarang sudah
>> berubah pasca era reformasi. Banyak sekali sekolah-sekolah yang dikelola
>> Yayasan Kristen berlomba-lomba menyelenggarakan kursus bahasa Mandarin,
>> bahkan saya tahu dan saya kenal ketua yayasan beberapa sekolah Kristen yang
>> mengharuskan siswa berbahasa Mandarin pada hari-hari tertentu, di samping
>> bahasa Inggris pada hari-hari lain. Bukan cuma itu, teman kita pak Kukuh dan
>> juga instruktur kaligrafi dan Chinese painting asal Nanjing Tiongkok pun
>> adalah umat Nasrani yang sangat getol mendalami dan memperkenalkan budaya
>> Tionghoa ke mana-mana.
>> > Sebagaimana telah saya singgung pada posting terdahulu. Pemberangusan
>> budaya Tionghoa oleh lembaga-lembaga agama di Indonesia juga terkondisikan
>> oleh kebijakan rezim rasis Orde Bau yang anti Cina selama lebih 30 tahun
>> lalu. Saya yakin dan percaya (sebab saya mendapat pelajaran dan latihan itu
>> di STF Driyarkara) bahwa lembaga agama Kristen tahu dan paham akan metode
>> inkulturasi dalam misi pengabaran injil. Namun, dalam situasi yang serba
>> curiga dan anti Cina pelaksanaan metode inkulturasi yang mengakui eksistensi
>> budaya Tionghoa bukanlah sebuah pilihan yang menguntungkan waktu itu di
>> Indonesia.
>> > Namun demikian, yang saya sesalkan adalah di samping keterpaksaan untuk
>> menyesuaikan diri dengan kebijakan anti Cina rezim Orde Bau, ada juga
>> beberapa lembaga Kristen yang dikelola justru oleh orang Tionghoa (entah
>> dengan maksud dan tujuan apa?) justru dengan sengaja membentur-benturkan
>> budaya Tionghoa dengan Injil, dan hal itu tetap berlangsung sampai hari ini,
>> sebagaimana yang disinyalir oleh beberapa rekan di milis ini.
>> > Beda halnya dengan Katolik. Agama Katolik yang pernah masuk ke daratan
>> Tiongkok jauh sebelum zaman Yuan pernah menelan pil pahit gara-gara tidak
>> menghargai budaya lokal. Agama Nasrani yang pada zaman itu dikenal dengan
>> nama Jing Jiao pernah mengalami masa-masa kejayaan di Tiongkok berkat
>> keberhasilan mereka mendekati para bangsawan dan inner-circle kerajaan.
>> Tetapi naasnya, hanya gara-gara melarang umatnya memelihara meja abu leluhur
>> dan melaksanakan beberapa upacara
>> > tradisional, agama Jing Jiao pun dilarang oleh raja yang merasa
>> tersinggung, para pastur bule harus minggat dari Tiongkok diusir oleh
>> kerajaan dan pastur lokal pun dipaksa lepas jubah.
>> > Nah, berkaca pada pengalaman masa lampau itu, pastur-pastur Katolik yang
>> datang ke daratan Tiongkok di kemudian
>> > hari (Matthew Ricci dkk) lebih pandai beradaptasi dengan budaya lokal.
>> Dengan berjubah pendeta Taois mereka memberi kotbah dalam bahasa Mandarin,
>> bangunan gereja pun ditata dalam arsitektur dan ornamen ketionghoaan. Bahkan
>> sembahyang leluhur dengan hio pun tidak diharamkan, asal tidak dilakukan di
>> paroki. Hal serupa juga dipraktekkan di Indonesia, walau masih dalam cekaman
>> rezim rasis Orde Bau dulu, misalnya paroki Santa Maria de Fatima (Toa Se
>> Bio) yang di Petak sembilan serta yang di Mg Besar Jakarta tidak pernah
>> putus menyelenggarakan misa Sincia setiap tahun sepanjang masa kekuasaan
>> rezim Orde Bau.. Dalam terminologi antropologi budaya, apa yang dilakukan
>> Matthew Ricci dkk iktulah yang saya maksud "metode Inkulturasi" , masuk dan
>> meleburkan diri ke dalam lingkup budaya lokal, dan menjadi bagian dari
>> budaya itu. Ini pula yang pernah dilakukan oleh rahib-rahib Buddhis di
>> Tiongkok yang asalnya dari India, sampai-sampai hari ini orang sudah lupa
>> lagi
>> > tanah asal agama Buddha adalah di India.
>> > Mengapa rekan-rekan pendeta anti budaya Tionghoa yang disinyalir oleh
>> beberapa rekan di milis ini tidak mau berkaca dan bercontoh pada
>> saudara-saudara Katolik untuk berinkulturasi pada budaya Tionghoa dalam
>> karya mereka?
>> > Oh ya, mohon jangan salah mengerti lagi, pendeta yang saya maksud adalah
>> yang disinyalir anti budaya Tionghoa oleh rekan-rekan. Bukan keseluruhan! !
>> Jangan nanti saya disalahi lagi.
>> >
>> > Salam,
>> >
>> > Erik
>> >
>> > In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, beng mazmuri <bengmaz@> wrote:
>> > Dear all members,..
>> >
>> > Saya baru brapa bulan mengikuti milis BT, Senang sekali bisa
>> mendapatkan banyak pengetahuan tentang hal2 yg berhubungan dng kebudayaan
>> Tionghoa, baik dari sisi sejarah, sosial ,,filosophi ,mitos dan implikasi
>> untk kehidupan sehari2 ------------ --------- --------- --------- ---------
>> --------- --------- --------- --------- --------- --------- ---------
>> --------- --------- --------- --------- --------- --------- ---------
>> --------- --------- --------- --------- --------- --
>>
>> > > 6. Saya ingin menyanggah sedikit pernyataan Sdr Eric, adalah tidak
>> betul bhw misi penyebaran agama kristen pd awal2 misionaris yg di pelopori
>> oleh orang2 barat , salah satunya adalah untk memberangus kebudayaan lokal,
>> setempat yg sudah berakar kuat sebelumnya. Misi mrk yg terutama dalah
>> pendidikan dan kesehatan, siapa yg mau memperhatikan mrk..? ( suku2 atau
>> masyarakat yg dianggap terbelakang, bahkan kanibal ). Saya sedih ktk ada
>> pihak2 yg menyerang mrk, dng alasan , mendirikan sekolah2 atau rumah sakit,
>> hanya kedok belaka , semata mata untk menyebarkan agama kristen atau "brain
>> washing ", Prinsip utama dlm ke kristen an adalah "KASIH ".
>> >
>> > Salam....
>> >
>>
>>
>   
>

Reply via email to