Ini si agung selalu jadi kompor. Ok kalau begitu kamu saja yang maju jadi 
pemimpin kita di belakangmu. Kayanya ga berani nih.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-----Original Message-----
From: agoeng_...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 15:19:13 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

Hehehe, gampang banget seh langsung cap oknum? Apa seh yg dimaksud oknum? Klo 
dari 10 ada 7 yg seperti itu yg oknum itu yg 3 atau yg 7? Emang ada kebijakan 
khusus untuk program seperti itu atau hanya inisiatif beberapa "oknum" saja??? 
Ada banyak aliran dlm agama yg berbuat begitu mungkin 1-2-3 aliran saja, tp 
jika aliran yg begitu yg terbesar umatnya apakah bisa disebut "hanya oknum" 
saja? 
 Dr tk sampe sma skolah saya katolik kok, bahkan hampir permandian jika saja 
mau ikut 1 kali lagi kursus " belajar agama". Apakah ketika sedang "beraksi" 
mereka ngomong kita aliran ini makanya begini atau cuma sebut agamanya aja? 
Cobalah pahami perasaan  keluarga yg cerai berai karena agama. 
  
-----Original Message-----
From: jackson_ya...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 13:07:53 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

Banyak kasus seperti itu. Tapi ya itu manusianya yang ga bener atau oknum 
"pendetanya" yang ga bener ngajarin yang ga bener. Katolik boleh pegang hio, 
sembayang leluhur dan lain2. Malah di palembang (linggau) masih diperbolehkan 
umat katolik sembayang ke dewi kwan Im.

Tapi tetep aja saya pengikut buddha. Karena berjodoh dengan buddha. Hehehe

Saran: bedakan antara katolik, protestan, protestan kharismatik. Jangan di 
hajar rata semua


Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-----Original Message-----
From: agoeng_...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 12:38:34 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

Mungkin jika mengalami sendiri gimana keluarga pecah, anak n ortu musuhan, adik 
dan kakak ga saling nyapa, hanya gara2 yg sudah " tobat" mengajak yg laennya 
"tobat" dan tidak diikuti bahkan banyak yg sampe meninggalpun masih 
"bermasalah" maka akan tau kenapa org antipati terhadap kiprah kristen n budaya 
tionghoa. 
-----Original Message-----
From: jackson_ya...@yahoo.com
Date: Wed, 16 Dec 2009 12:13:35 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).

Saya dari lahir kristen dan baru 5 tahun ini jadi buddhist. Sejak kecil selama 
24 tahun sudah beberapa kali pindah gereja. 

Dari smua gereja hanya katolik yang ajarannya murni dan sesuai firman ( kasih 
yang terutama  )

Kalau kristen non kharismatik juga bagus hampir mirip katolik mengutamakan 
kasih juga hanya sedikit "fanatik"

Kristen kharismatik (berbahasa roh) wahhh tiap gereja kharismatik ajarannya 
beda2 tergantung pendetanya. Kasih nomor 2 hanya iman yang menyelamatkan
 (tujuannya cari selamat aja) 

Tapi yang saya lihat dari ketiganya yang paling di berkati oleh tuhan gereja 
kharismatik (berbahasa roh) para pendetanya benar2 di beri kelimpahan berkat, 
mobil dan rumah nya mewah2.


Semua tulisan saya ini hanya pendapat pribadi belum tentu benar.
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-----Original Message-----
From: "Erik" <rsn...@yahoo.com>
Date: Wed, 16 Dec 2009 10:34:43 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).


Selamat sore koh Beng, senang sekali jumpa lagi di milis ini!

Saya rasa anda salah menangkap apa yang saya maksud dalam posting saya
terdahulu itu. Memang tidak betul kalau dikatakan salah satu misi
penyebaran agama Kristen pada awal misionaris barat adalah untuk
memberangus budaya lokal setempat yang sudah berakar kuat sebelumnya.

Saya kira kalimat dan bahasa saya tidak seperti itulah! Sebagai seorang
Katolik yang pernah mengalami "brain washing' selama bertahun-tahun di
STF Driyarkara, saya pun setuju dan menghayati benar bahwa tujuan utama
para misionaris adalah menyebarkan kasih. Namun sebagaimana saya katakan
sebelumnya, lewat studi perpustakaan (yang amat minim) serta pengamatan
saya (yang amat dangkal pula) saya mendapatkan adanya semacam "Persepsi
Yang Keliru" dari misionaris barat pada awal kedatangan mereka ke ladang
Timur kita ini. Persepsi yang keliru itu adalah bahwa  "keterbelakangnya
bangsa-bangsa Timur disebabkan oleh belenggu budaya yang masih primitip
serta kepercayaan takhyul! " Tentu persepsi keliru itu bukan monopoli
para misionaris, karena itulah pandangan hampir seluruh masyarakat barat
pada zamannya dulu itu!  Namun implikasinya pada misionaris ketika
mereka berkarya di ladang Timur kita ini, berakibat fatal yakni peragaan
"Arogansi Kultural". (Mohon diperhatikan, yang saya maksud AROGANSI
KULTURAL bukan arogansi sikap, tetapi arogansi pendangan walau mereka
tetap tampil dengan sikap yang sopan dan rendah hati).

Saya pun setuju bahwa banyak sekali jasa-jasa yang telah disumbangkan
oleh para misionaris barat bagi kita masyarakat Timur. Salah satu contoh
yang bisa saya sebutkan adalah Matthew Ricci yang berjasa mengajarkan
dan menterjemahkan kitab-kitab ilmu pengetahuan alam dan ilmu pasti dari
barat ke dalam bahasa Mandarin. Tanpa jasa beliau, saya kira bangsa
Tionghoa tak mungkin bisa mencapai kemajuan sepesat hari ini dalam
bidang IPTEK.

Namun demikian, koh Beng! Situasinya kita di Indonesia sekarang sudah
berubah pasca era reformasi.  Banyak sekali sekolah-sekolah yang
dikelola Yayasan Kristen berlomba-lomba menyelenggarakan kursus bahasa
Mandarin, bahkan saya tahu dan saya kenal ketua yayasan beberapa sekolah
Kristen yang mengharuskan siswa berbahasa Mandarin pada hari-hari
tertentu, di samping bahasa Inggris pada hari-hari lain. Bukan cuma itu,
teman kita pak Kukuh dan juga instruktur kaligrafi dan Chinese painting
asal Nanjing Tiongkok pun adalah umat Nasrani yang sangat getol
mendalami dan memperkenalkan budaya Tionghoa ke mana-mana.

Sebagaimana telah saya singgung pada posting terdahulu. Pemberangusan
budaya Tionghoa oleh lembaga-lembaga agama di Indonesia juga
terkondisikan oleh kebijakan rezim rasis Orde Bau yang anti Cina selama
lebih 30 tahun lalu. Saya yakin dan percaya (sebab saya mendapat
pelajaran dan latihan itu di STF Driyarkara) bahwa lembaga agama Kristen
tahu dan paham akan metode inkulturasi dalam misi pengabaran injil.
Namun, dalam situasi yang serba curiga dan anti Cina pelaksanaan metode
inkulturasi yang mengakui eksistensi budaya Tionghoa bukanlah sebuah
pilihan yang menguntungkan waktu itu di Indonesia.

Namun demikian, yang saya sesalkan adalah di samping keterpaksaan untuk
menyesuaikan diri dengan kebijakan anti Cina rezim Orde Bau, ada juga
beberapa lembaga Kristen yang dikelola justru oleh orang Tionghoa (entah
dengan maksud dan tujuan apa?) justru dengan sengaja membentur-benturkan
budaya Tionghoa dengan Injil, dan hal itu tetap berlangsung sampai hari
ini, sebagaimana yang disinyalir oleh beberapa rekan di milis ini.

Beda halnya dengan Katolik. Agama Katolik yang pernah masuk ke daratan
Tiongkok jauh sebelum zaman Yuan pernah menelan pil pahit gara-gara
tidak menghargai budaya lokal. Agama Nasrani yang pada zaman itu dikenal
dengan nama Jing Jiao pernah mengalami masa-masa kejayaan di Tiongkok
berkat keberhasilan mereka mendekati para bangsawan dan inner-circle
kerajaan. Tetapi naasnya, hanya gara-gara melarang umatnya memelihara
meja abu leluhur dan melaksanakan beberapa upacara
tradisional, agama Jing Jiao pun dilarang oleh raja yang merasa
tersinggung, para pastur bule harus minggat dari Tiongkok diusir oleh
kerajaan dan pastur lokal pun dipaksa lepas jubah.

Nah, berkaca pada pengalaman masa lampau itu, pastur-pastur Katolik yang
datang ke daratan Tiongkok di kemudian
hari (Matthew Ricci dkk) lebih pandai beradaptasi dengan budaya lokal.
Dengan berjubah pendeta Taois mereka memberi kotbah dalam bahasa
Mandarin, bangunan gereja pun ditata dalam arsitektur dan ornamen
ketionghoaan. Bahkan sembahyang leluhur dengan hio pun tidak diharamkan,
asal tidak dilakukan di paroki.  Hal serupa juga dipraktekkan di
Indonesia, walau masih dalam cekaman rezim rasis Orde Bau dulu, misalnya
paroki Santa Maria de Fatima (Toa Se Bio)  yang di Petak sembilan serta
yang di Mg Besar Jakarta tidak pernah putus menyelenggarakan misa Sincia
setiap tahun sepanjang masa kekuasaan rezim Orde Bau. Dalam terminologi
antropologi budaya, apa yang dilakukan Matthew Ricci dkk iktulah yang
saya maksud "metode Inkulturasi", masuk dan meleburkan diri ke dalam
lingkup budaya lokal, dan menjadi bagian dari budaya itu. Ini pula yang
pernah dilakukan oleh rahib-rahib Buddhis  di Tiongkok yang asalnya dari
India, sampai-sampai hari ini orang sudah lupa lagi tanah asal agama
Buddha adalah di India.

Mengapa rekan-rekan pendeta anti budaya Tionghoa yang disinyalir oleh
beberapa rekan di milis ini tidak mau berkaca dan bercontoh pada
saudara-saudara Katolik untuk berinkulturasi pada budaya Tionghoa dalam
karya mereka?

Oh ya, mohon jangan salah mengerti lagi, pendeta yang saya maksud adalah
yang disinyalir anti budaya Tionghoa oleh rekan-rekan. Bukan
keseluruhan!! Jangan nanti saya disalahi lagi.



Salam,



Erik


In budaya_tionghua@yahoogroups.com, beng mazmuri <beng...@...> wrote:
Dear all members,..

Saya baru brapa bulan mengikuti milis BT,  Senang sekali bisa
mendapatkan banyak pengetahuan tentang hal2 yg berhubungan dng
kebudayaan Tionghoa, baik dari sisi sejarah, sosial ,,filosophi ,mitos
dan implikasi untk kehidupan sehari2
------------------------------------------------------------------------\
------------------------------------------------------------------------\
------------------------------------------------------------------------\
-----
> 6. Saya ingin menyanggah sedikit pernyataan Sdr Eric, adalah tidak
betul bhw misi penyebaran agama kristen pd awal2 misionaris yg di
pelopori oleh orang2 barat , salah satunya adalah untk memberangus
kebudayaan lokal, setempat yg sudah berakar kuat sebelumnya. Misi mrk yg
terutama dalah pendidikan dan kesehatan, siapa yg mau memperhatikan
mrk..? ( suku2 atau masyarakat yg dianggap terbelakang, bahkan kanibal
). Saya sedih ktk ada pihak2 yg menyerang mrk, dng alasan , mendirikan
sekolah2 atau rumah sakit, hanya kedok belaka , semata mata untk
menyebarkan agama kristen atau "brain washing ", Prinsip utama dlm ke
kristen an adalah "KASIH ".

Salam....


Kirim email ke