Dan.. agar tiap umat urus agama masing masing. Kalau non Kristen gak usah 
melempari gereja dengan batu dan mau membakarnya, seperti di Bekasi dan 
Temanggung..

Nggak suka agama lain OK OK lahhh.. tapi jangan timpukin dong... mentang 
mentang kita kaya kerikil..


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "M. Huda" <huda...@...> wrote:
>
> Maaf ikutan, tapi saya setuju berat!
> 
> Saya sudah muak segala bentuk ekstrimisme, islam, sunni, shia, kristen, 
> katolik, yahudi, demokrasi, komunis, sosialis, kapitalis, fasis, arab, 
> tionghoa. Beberapa waktu terakhir ini saya berusaha mengenal para ekstrimis 
> dari berbagai agama, etnis, budaya dan ideologi dan hanya satu yang saya 
> dapatkan dari mereka semua, mereka orang gila. Saya setuju pemisahan agama 
> dengan politik.
> God bless you, sir.
> 
> -=   M. Huda    =-
> 
> 
> 
> 
> ________________________________
> From: liang u <lian...@...>
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Sat, 19 December, 2009 19:30:48
> Subject: [budaya_tionghua] Extrimisme dalam agama adalah gerakan yang paling 
> berbahaya. OOT
> 
>   
> Extrimisme bukan saja dalam politik, dalam politik abad lalu kita melihat 
> extrimisme Hitler, Jepang dan Italia dengan fasismenya. Extrimisme zaman 
> Jiang Qing dan kelompok 4 nya di Tiongkok, ekstrimisme di Kamboja zaman Pol 
> Pot, ekstrimisme zaman orda Baru di Indonesia dan lainnya. Berapa puluh juta 
> jiwa melayang akibat ekstrimisme ini. Orang Jerman yang membasmi Jahudi, orng 
> Jepang yang membantai orang Tiongkok, rezim Orba yang membantai jutaan orang 
> yang dituduh komunis dan Tionghoa dsb tidak ada hentinya.  Semua akarnya 
> adalah ekstrimisme, menganggap sesuatu yang mutlak dan tak dapat dibantah.
> Extrimisme bisa juga muncul dalam agama. Mulai abad yang lalu ektrimisme 
> Islam mulai mendapat kekuatan di Indonesia, pasukan DI-TII yang tiap hari 
> membakar kampung membakar manusia dan menyembelih semua yang bisa ditangkap. 
> Jam 4 sore, orang sudah tak ada yang berani meninggalkan Bandung pergi ke 
> Purwakarta, karena pasti nyawa akan hilang di jalan.
> Gerakan ini akhirnya berhasil dipadamkan dengan tertembaknya Kartosuwirjo. 
> Sangat disayangkan, di Indonesia gerakan ekstrimis DI-TII diorganisasi oleh 
> orang-orang fanatik, tapi di Barat banyak diorganisasi oleh orang terkemuka, 
> dengan tujuan membantu menaklukkan negara Timur melalui mental. Tentara masuk 
> misionaris masuk, tentara menaklukkan perlawanan bersenjata, misionaris 
> menalukkan dengan penyebaran agama, mereka melakukan cuci otak, bahwa semua 
> yang dilakukan oleh tentara kolonial adalah kehendak Tuhan. Anda boleh 
> percaya boleh tidak, sebab banyak diantara kita yang sudah melalui brain wash 
> sudah tak dapat berfikir rasional lagi. Lihat saja asal ada seorang yang 
> seiman dapat serangan, maka langsung marah, tidak dilihat dulu apa yang telah 
> diperbuat orang itu. 
> Saya tidak mengatakan semua begitu, tapi yang sudah dibrainwash melalui 
> ekterimisme sudah begitu. Anda boleh cek satu persatu.
> Beberapa tahun lalu, seorang menteri di Singapore sudah memberi peringatan 
> keras, makin banyak orang beragama tak ada salahnya, tapi pergeseran ke arah 
> ekstrimisme harus dicegah. Ekstrimisme akan memaksa pemerintah mengikuti pola 
> mereka, ini bukan agama lagi tapi politik yang ditunggangi agama. Seorang 
> pemuda masih famili saya, dengan napas yang tersengal-sengal karena marah ia 
> bilang, Pemerintah mulai ngaco, Wong Kan Seng ngawur, katanya. Ketika saya 
> tanya, Wong Kan Seng menyatakan, politik harus lepas dari agama, anda boleh 
> percaya agama apa saja, Kristen, Katolik, Buddha, Tao, Jahudi dll. tapi kalau 
> mau bicara politik tanggalkan jubah agama anda. 
> Dengan tenang saya katakan, lalu apa salahnya? Mereka mau menekan Kristen?  
> Menekannya bagaimana? Mengapa politik tidak boleh ditinjau dari agama?
>  Saya bilang tenang, anda katanya menyenangi sistem demokrasi, dalam agama, 
> apalagi yang ekstrim tak ada demokrasi. Apa kata pendeta (karena anak itu 
> Kristen) itulah yang harus dilakukan, tak ada tanya jawab, tak ada bantahan, 
> siapa yang meragukan ia adalah penghianat dan akan dimusuhi. Tak percaya, 
> anda ajukan pertanyaan saat khotbah, apa jawabnya, akan berbeda sekali dengan 
> mimbar ilmu, mimbar di sekolah. Anda diharap banyak bertanya bahkan membantah 
> sang dosen. Di gereja (saya ambil contoh gereja karena anak itu Kristen dan 
> saya sendiri Kristen) anda tak boleh membantah sama sekali, karena pendeta 
> adalah pembawa suara Tuhan. 
>  Sayang gerakan ini sekarang meluas, orang yang tak tutup mata pasti melihat 
> dan merasakan. Hasilnya semua yang diperbuat orang Timur, terutama 
> pemerintahnya di 'setan'kan. Jangan harap orang barat dan orang yang sudah 
> dibrainwas melalui agama berani menyebut, Tiongkok berbuat benar. Semua 
> salah. Pembangunan berhasil baik, dianggap salah karena masih ada yang 
> miskin, apa di USA sana tak ada yang miskin? Jalan-jalan di Wall Street tentu 
> saja tidak bisa melihat yang miskin. Gempa bumi mereka gembira, itu hukuman 
> Tuhan! Aceh tsunami gembira hukuman Tuhan, waktu Nias tsunami baru bungkam 
> kenapa yah yang percaya Tuhan kena Tsunami.  Hasil cuci otak, otakpun sudah 
> tak dapat berfikir!  Bush menyerang Irak karena mendapat perintah langsung 
> dari "Tuhan",  setelah hasilnya murat marit, baru ngomong lagi "Rupanya Tuhan 
> belum mengizinkan"  Lalu dulu mengapa ngomong begitu? Bukan Tuhan, Bush 
> sendiri mengaku Tuhan. Di Gereja pendeta mengaku perintah Tuhan, makin
>  menggebu ia berkhotbah, makin banyak pengikutnya, sudah watak manusia yang 
> mudah dihasut, hasilnya jemaat makin banyak, uang makin banyak masuk kantong. 
> Akhirnya UUD.
>   Memang sayang, orang sering tak dapat membedakan yang ekstrim (hanya 
> mengaku perintah Tuhan) dan yang tidak, celakanya kebanyakan penganut lebih 
> senang yang ektrim karena sambil mengejek orang, sedang yang tulus akan 
> berkhotbah dengan halus bukan dengan makian.  
> Apakah ini bukan ejekan kepada orang yang benar=benar saleh kepada agamanya? 
> Lihat ketika rakyat masih tidur di bawah jembatan para pengkhotbah sudah 
> mempunyai rumah gedung, villa , mobil pribadi dll. di mana letaknya kasih?  
> Contoh pastor Mangunwijaya yang berani tidur di bawah jembatan bersama 
> gelandangan, lihat ibu Teresia yang berani menampung anak yang kena penyakit 
> menular dan hidup dalam kemiskinan?
>   Lihat pastor Sediawan (maaf kalau salah ejaannya) yang menolong korban 
> perkosaan saat peristiwa Mei, perbuatan yang mungkin bisa melenyapkan jiwa 
> sendiri. Sadarlah, budaya kita yang menganggap semua orang didunia bersaudara 
> jauh lebih baik daripada membagi dua manusia penganut Tuhan dan penganut 
> setan. Kakak isteri saya, lewat depan kelenteng tak mau, harus berputar jauh, 
> karena tak mau melihat rumah"setan" . Ia tak tahu yang dipuja di sana patung 
> Kwan Kong, seorang jenderal yang bijaksna dan bermoral tinggi.  Sedang turis 
> barat berbondong bondong masuk ke kelenteng. 
>    Di Tiongkok, orang Tibet, orang Uygur bisa memprotes, karena mereka masih 
> diberi hak, jumlahnya bertambah terus. Di USA, di Australia mana mungkin 
> penduduk asli bersuara, sudah dibantai hampir habis, orang putih 
> diperbolehkan membunuh orang asli Amerika dan orang Negero karena mereka 
> dinyatakan bukan manusia. Syarat manusia adalah percaya Tuhan, dan Tuhannya 
> adalah Tuhan mereka, yang sudah didefinisikan olleh mereka dan sudah diwakili 
> oleh mereka. 
>   Ektrimisme hanya akan menimbulkan kerusukan besar dalam dunia, bukan 
> kedamaian. Sudah ada para ahli yang meramalkan, kalau perang dulu adalah 
> perang politik dan ideologi, abad kini adalah abad bentrokan ekstrimisme 
> dalam bentuk teror dan agama. 
>   Tentu saja kita masih harus mengharapkan pempimpin negara yang mencegah ke 
> arah sana. Kalau Tuhan hanya satu, Ia tak akan memerintahkan sesuatu yang 
> bertentangan kepada manusia, tak akan mengadu domba dengan memberi perintah 
> yang bertentanan satu sama lain. 
>   Semoga tak ada yang tersinggung, saya tidak berniat berdebat, tolong 
> renungkan dengan akal sehat. Akibatnya seluruh umat manusia yang akan 
> menderita bukan satu dua orang. Sekali lagi saya tegaskan, saya seorang 
> Kristen, tapi tak percaya kalau ada pengkhotbah yang ngaco belo dan menghasut 
> orang memusuhi sesama manusia, itu bukan perintah suci tapi perintah kriminal.
>    Salam
> 
>   
> 
> 
> 
> 
> 
> ________________________________
> From: "agoeng_set@ yahoo.com" <agoeng_...@yahoo. com>
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Sent: Wed, December 16, 2009 8:38:34 PM
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
> 
>   
> Mungkin jika mengalami sendiri gimana keluarga pecah, anak n ortu musuhan, 
> adik dan kakak ga saling nyapa, hanya gara2 yg sudah " tobat" mengajak yg 
> laennya "tobat" dan tidak diikuti bahkan banyak yg sampe meninggalpun masih 
> "bermasalah" maka akan tau kenapa org antipati terhadap kiprah kristen n 
> budaya tionghoa. 
> ________________________________
> 
> From:  jackson_yahya@ yahoo.com 
> Date: Wed, 16 Dec 2009 12:13:35 +0000
> To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com>
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
>   
> Saya dari lahir kristen dan baru 5 tahun ini jadi buddhist. Sejak kecil 
> selama 24 tahun sudah beberapa kali pindah gereja. 
> 
> Dari smua gereja hanya katolik yang ajarannya murni dan sesuai firman ( kasih 
> yang terutama  )
> 
> Kalau kristen non kharismatik juga bagus hampir mirip katolik mengutamakan 
> kasih juga hanya sedikit "fanatik"
> 
> Kristen kharismatik (berbahasa roh) wahhh tiap gereja kharismatik ajarannya 
> beda2 tergantung pendetanya. Kasih nomor 2 hanya iman yang menyelamatkan
> (tujuannya cari selamat aja) 
> 
> Tapi yang saya lihat dari ketiganya yang paling di berkati oleh tuhan gereja 
> kharismatik (berbahasa roh) para pendetanya benar2 di beri kelimpahan berkat, 
> mobil dan rumah nya mewah2.
> 
> 
> Semua tulisan saya ini hanya pendapat pribadi belum tentu benar.
> Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung 
> Teruuusss... !
> ________________________________
> 
> From:  "Erik" <rsn...@yahoo. com> 
> Date: Wed, 16 Dec 2009 10:34:43 -0000
> To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com>
> Subject: [budaya_tionghua] Re: nDableg ( ikut nimbrung ).
>   
> Selamat sore koh Beng, senang sekali jumpa lagi di milis ini!
> Saya rasa anda salah menangkap apa yang saya maksud dalam posting saya 
> terdahulu itu. Memang tidak betul kalau dikatakan salah satu misi penyebaran 
> agama Kristen pada awal misionaris barat adalah untuk memberangus budaya 
> lokal setempat yang sudah berakar kuat sebelumnya.
> Saya kira kalimat dan bahasa saya tidak seperti itulah! Sebagai seorang 
> Katolik yang pernah mengalami "brain washing' selama bertahun-tahun di STF 
> Driyarkara, saya pun setuju dan menghayati benar bahwa tujuan utama para 
> misionaris adalah menyebarkan kasih. Namun sebagaimana saya katakan 
> sebelumnya, lewat studi perpustakaan (yang amat minim) serta pengamatan saya 
> (yang amat dangkal pula) saya mendapatkan adanya semacam "Persepsi Yang 
> Keliru" dari misionaris barat pada awal kedatangan mereka ke ladang Timur 
> kita ini. Persepsi yang keliru itu adalah bahwa  "keterbelakangnya 
> bangsa-bangsa Timur disebabkan oleh belenggu budaya yang masih primitip serta 
> kepercayaan takhyul! " Tentu persepsi keliru itu bukan monopoli para 
> misionaris, karena itulah pandangan hampir seluruh masyarakat barat pada 
> zamannya dulu itu!  Namun implikasinya pada misionaris ketika mereka berkarya 
> di ladang Timur kita ini, berakibat fatal yakni peragaan "Arogansi Kultural". 
> (Mohon
>  diperhatikan, yang saya maksud AROGANSI KULTURAL bukan arogansi sikap, 
> tetapi arogansi pendangan walau mereka tetap tampil dengan sikap yang sopan 
> dan rendah hati). 
> Saya pun setuju bahwa banyak sekali jasa-jasa yang telah disumbangkan oleh 
> para misionaris barat bagi kita masyarakat Timur. Salah satu contoh yang bisa 
> saya sebutkan adalah Matthew Ricci yang berjasa mengajarkan dan 
> menterjemahkan kitab-kitab ilmu pengetahuan alam dan ilmu pasti dari barat ke 
> dalam bahasa Mandarin. Tanpa jasa beliau, saya kira bangsa Tionghoa tak 
> mungkin bisa mencapai kemajuan sepesat hari ini dalam bidang IPTEK. 
> Namun demikian, koh Beng! Situasinya kita di Indonesia sekarang sudah berubah 
> pasca era reformasi.  Banyak sekali sekolah-sekolah yang dikelola Yayasan 
> Kristen berlomba-lomba menyelenggarakan kursus bahasa Mandarin, bahkan saya 
> tahu dan saya kenal ketua yayasan beberapa sekolah Kristen yang mengharuskan 
> siswa berbahasa Mandarin pada hari-hari tertentu, di samping bahasa Inggris 
> pada hari-hari lain. Bukan cuma itu, teman kita pak Kukuh dan juga instruktur 
> kaligrafi dan Chinese painting asal Nanjing Tiongkok pun adalah umat Nasrani 
> yang sangat getol mendalami dan memperkenalkan budaya Tionghoa ke mana-mana. 
> Sebagaimana telah saya singgung pada posting terdahulu. Pemberangusan budaya 
> Tionghoa oleh lembaga-lembaga agama di Indonesia juga terkondisikan oleh 
> kebijakan rezim rasis Orde Bau yang anti Cina selama lebih 30 tahun lalu. 
> Saya yakin dan percaya (sebab saya mendapat pelajaran dan latihan itu di STF 
> Driyarkara) bahwa lembaga agama Kristen tahu dan paham akan metode 
> inkulturasi dalam misi pengabaran injil. Namun, dalam situasi yang serba 
> curiga dan anti Cina pelaksanaan metode inkulturasi yang mengakui eksistensi 
> budaya Tionghoa bukanlah sebuah pilihan yang menguntungkan waktu itu di 
> Indonesia. 
> Namun demikian, yang saya sesalkan adalah di samping keterpaksaan untuk 
> menyesuaikan diri dengan kebijakan anti Cina rezim Orde Bau, ada juga 
> beberapa lembaga Kristen yang dikelola justru oleh orang Tionghoa (entah 
> dengan maksud dan tujuan apa?) justru dengan sengaja membentur-benturkan 
> budaya Tionghoa dengan Injil, dan hal itu tetap berlangsung sampai hari ini, 
> sebagaimana yang disinyalir oleh beberapa rekan di milis ini.
> Beda halnya dengan Katolik. Agama Katolik yang pernah masuk ke daratan 
> Tiongkok jauh sebelum zaman Yuan pernah menelan pil pahit gara-gara tidak 
> menghargai budaya lokal. Agama Nasrani yang pada zaman itu dikenal dengan 
> nama Jing Jiao pernah mengalami masa-masa kejayaan di Tiongkok berkat 
> keberhasilan mereka mendekati para bangsawan dan inner-circle kerajaan. 
> Tetapi naasnya, hanya gara-gara melarang umatnya memelihara meja abu leluhur 
> dan melaksanakan beberapa upacara
> tradisional, agama Jing Jiao pun dilarang oleh raja yang merasa tersinggung, 
> para pastur bule harus minggat dari Tiongkok diusir oleh kerajaan dan pastur 
> lokal pun dipaksa lepas jubah. 
> Nah, berkaca pada pengalaman masa lampau itu, pastur-pastur Katolik yang 
> datang ke daratan Tiongkok di kemudian
> hari (Matthew Ricci dkk) lebih pandai beradaptasi dengan budaya lokal. Dengan 
> berjubah pendeta Taois mereka memberi kotbah dalam bahasa Mandarin, bangunan 
> gereja pun ditata dalam arsitektur dan ornamen ketionghoaan. Bahkan 
> sembahyang leluhur dengan hio pun tidak diharamkan, asal tidak dilakukan di 
> paroki.  Hal serupa juga dipraktekkan di Indonesia, walau masih dalam cekaman 
> rezim rasis Orde Bau dulu, misalnya paroki Santa Maria de Fatima (Toa Se Bio) 
>  yang di Petak sembilan serta yang di Mg Besar Jakarta tidak pernah putus 
> menyelenggarakan misa Sincia setiap tahun sepanjang masa kekuasaan rezim Orde 
> Bau.. Dalam terminologi antropologi budaya, apa yang dilakukan Matthew Ricci 
> dkk iktulah yang saya maksud "metode Inkulturasi" , masuk dan meleburkan diri 
> ke dalam lingkup budaya lokal, dan menjadi bagian dari budaya itu. Ini pula 
> yang pernah dilakukan oleh rahib-rahib Buddhis  di Tiongkok yang asalnya dari 
> India, sampai-sampai hari ini orang sudah lupa lagi
>  tanah asal agama Buddha adalah di India. 
> Mengapa rekan-rekan pendeta anti budaya Tionghoa yang disinyalir oleh 
> beberapa rekan di milis ini tidak mau berkaca dan bercontoh pada 
> saudara-saudara Katolik untuk berinkulturasi pada budaya Tionghoa dalam karya 
> mereka?
> Oh ya, mohon jangan salah mengerti lagi, pendeta yang saya maksud adalah yang 
> disinyalir anti budaya Tionghoa oleh rekan-rekan. Bukan keseluruhan! ! Jangan 
> nanti saya disalahi lagi.
>  
> Salam, 
>  
> Erik
> 
> In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, beng mazmuri <bengmaz@> wrote:
> Dear all members,..
>  
> Saya baru brapa bulan mengikuti milis BT,  Senang sekali bisa mendapatkan 
> banyak pengetahuan tentang hal2 yg berhubungan dng kebudayaan Tionghoa, baik 
> dari sisi sejarah, sosial ,,filosophi ,mitos dan implikasi untk kehidupan 
> sehari2 ------------ --------- --------- --------- --------- --------- 
> --------- --------- --------- --------- --------- --------- --------- 
> --------- --------- --------- --------- --------- --------- --------- 
> --------- --------- --------- --------- --
> > 6. Saya ingin menyanggah sedikit pernyataan Sdr Eric, adalah tidak betul 
> > bhw misi penyebaran agama kristen pd awal2 misionaris yg di pelopori oleh 
> > orang2 barat , salah satunya adalah untk memberangus kebudayaan lokal, 
> > setempat yg sudah berakar kuat sebelumnya. Misi mrk yg terutama dalah 
> > pendidikan dan kesehatan, siapa yg mau memperhatikan mrk..? ( suku2 atau 
> > masyarakat yg dianggap terbelakang, bahkan kanibal ). Saya sedih ktk ada 
> > pihak2 yg menyerang mrk, dng alasan , mendirikan sekolah2 atau rumah sakit, 
> > hanya kedok belaka , semata mata untk menyebarkan agama kristen atau "brain 
> > washing ", Prinsip utama dlm ke kristen an adalah "KASIH ". 
>   
> Salam....
>


Kirim email ke