Menurut saya - restant dari Ming chiao masih dapat diketemukan di Fukian di 
Huabiaoshan
----------- menurut sejarah adalah sisa2 dari Ming chiao.
Ini agama setelah mulai dibasmi memang menjadi secret society  dan utk survive 
mereka membaur dgn dao dan buddhism.  Mungkin diantara member ada yg pernah ke 
Quanzhou diFukien. 
 
Manichiao yg diPersia meskipun jaman dictator islam - mungkintetap pasti masih 
ada di Iran sebagai agama. [????]
Agama zoroastren yg asal dari Persia dan yg harus kabur keMumbai saja masih 
ada. 
Kita sekarang oleh karena keadaan diIran tidak jelas tidak mendapat berita dari 
negara ini.
Iran juga adalah negara Baha'i dan ini juga dilarang disana.  Bahai sebetulnya 
originnya adalah islam yg dibaur dgn christianity [mungkin karena penjajah 
ingeris seperti ahmadiyah muslim dan arya dewaker hindu]
Meskipun Iran pemerintahnya shia tetapi agama non shia dpt berkembang.
Didaerah ini juga ada aliran Mandaeism religion - perpecahan dari Paulus sect 
christian yg katanya murid dari Johannes. Tetapi ajarannya ada Imyang dan 
reincarnatie typical Mani chiao. Patung Manichiao diIran seperti sakyamuni 
modelnya
 
Andreas 
 
 

--- On Sun, 1/3/10, David Kwa <david_kwa2...@yahoo.com> wrote:


From: David Kwa <david_kwa2...@yahoo.com>
Subject: [budaya_tionghua] Re: Manichaenisme di China
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Sunday, January 3, 2010, 3:54 AM


Apakah di era modern sekarang ini ajaran Beng Kau 明教 dan Peklian Kau 白蓮教 sudah 
benar-hilang hilang dari panggung sejarah Tiongkok dan dunia, atau masih ada 
manifestasinya dalam bentuk suatu ajaran tertentu? Yiguan Dao 一貫道, misalnya, 
dengan Mingming Shangdi 明明上帝-nya.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Erik" <rsn...@...> wrote:

Sebenarnya bagi teman-teman pencinta cerita silat, “Manicheanism” sudah sangat 
tidak asing! Lewat cerita “To Liong To” atau “Pedang Pembunuh Naga” kita kenal 
tokoh Thio Bu Ki yang dikisahkan sebagai seorang Jiaozhu (ketua) dari sebuah 
aliran bernama “Beng Kauw”. “Beng Kauw” inilah yang dimaksud dengan 
Manicheanism.

Lafal Mandarin untuk “Beng Kauw” adalah “Ming Jiao (明教)”, sebutan lain untuknya 
dalam bahasa Mandarin adalah pula Moni Jiao (牟尼教), merupakan sebuah aliran 
kepercayaan yang didirikan oleh seorang Persia bernama Mani pada pertengahan 
abad ke-3 dengan memperpadukan ajaran Kristiani dengan kepercayaan lokal di 
Iran ketika itu. Awalnya Mani bercita-cita mengembangkan ajarannya sebagai 
sebuah agama trans-nasional yang mampu mengatasi segala perbedaan yang ada pada 
pelbagai tradisi kepercayaan di zamannya. Bermula dari Babilonia pada tahun 242 
masehi, lalu menyebar ke Persia di bawah dukungan kerajaan Sassanian, namun 
kemudian terpaksa harus “mati dalam kandungan” gara-gara berbenturan dengan 
para penganut “Zoroastrianism” dengan terbunuhnya Mani yang disalib pada tahun 
277 masehi. Sisa-sisa penganut Manicheanism kemudian berpencar ke seantero 
penjuru dunia, sebagian biarawan pengikut Mani yang melarikan diri ke Roma pun 
dibunuh atas
 perintah raja yang berkuasa ketika itu, hanya mereka yang berhasil tiba di 
daerah yang sekarang dikenal dengan Uzbekistan dan Khazakstan tenggara yang 
mampu bertahan dan mengembangkan ajaran Manicheanism.

Adapun inti ajaran Manicheanism antara lain adalah “Pertentangan Abadi antara 
Terang dan Gelap”’serta “Pertentangan Abadi antara Yang Baik dan Yang Jahat”. 
Tuhan adalah kebaikan Abadi, oleh karena itu segala yang tidak memiliki 
kualifikasi yang baik adalah musuh Tuhan
dan harus diperangi.

Ming Jiao (Manicheanism) di Tiongkok

Manicheanism masuk ke Tiongkok di zaman Tang lewat jalan sutra dan kemudian 
dikembangkan oleh Zhang Jiao (张角) dengan nama Ming Jiao lewat proses 
sinkretisasi dengan agama dan kepercayaan setempat antara lain Daoism, Buddhism 
dan juga Teratai Putih (Bailian Jiao/白莲教).

Adapun doktrin dasar mereka masih tetap yakni “Pertentangan Abadi antara Terang 
dan Gelap”; “Pertentangan Abadi antara Yang Baik dan yang Jahat”, hanya saja 
tokoh Mani telah didewakan dan disembah sebagai “Dewa Terang” lambang Kebenaran 
dan Kebaikan, di samping mereka juga menyembah Dewa Bulan dan Dewa Matahari.

Ciri khas kaum Manicheanis di Tiongkok adalah mereka menjunjung tinggi 
nilai-nilai persatuan, kesatuan, kedisiplinan dan keseragaman dengan selalu 
berjubah putih-putih dan kebiasaan bervegetarian, pantang minuman keras serta 
dikubur dalam keadaan bugil. Doktrin yang menjadi perekat kesatuan mereka 
adalah keyakinan bahwa “Pada akhirnya kekuatan terang yang melambangkan 
kebaikan dan kebenaran pasti akan mengalahkan kekuatan gelap lambang 
kejahatan”. Pada zaman 5 Dinasti (五代), dinasti Song dan juga Yuan komunitas 
Manicheanism merupakan kelompok radikal yang acap memimpin pemberontakan petani 
terhadap penguasa, yang terkenal dalam sejarah antara lain pemberontakan Muyi 
terhadap kaisar Liang Zhenming pada tahun 920, pemberontakan Fang La, 
pemberontakan Wang Nianjing dll yang terjadi pada zaman dinasti Song di wilayah 
sekitar Huainan, Jiangxi, Fujian dll.

Di zaman dinasti Song, nama Manicheanism resmi diterjemahkan sebagai “Ming 
Jiao” dengan doktrin yang diringkas dan dipadatkan ke dalam 8 kata 
“清净、光明、大力、智慧” yang artinya adalah “SUCI, TERANG, KUAT, CERDAS”. Pengikut Ming 
Jiao di zaman ini tersebar dalam segala lapisan masyarakat, ada petani, 
sarjana, pejabat sipil, militer, pendekar, penyamun dll. Untuk menghadapi 
tekanan penguasa, komunitas Ming Jiao menjelmakan diri ke dalam beberapa 
lembaga bawah tanah di pelbagai daerah di Tiongkok dengan nama yang 
berbeda-beda. Selain di Fujian masih dikenal dengan nama Ming Jiao, di Zhejiang 
mereka berganti nama sebagai Moni jiao, serta dikenal sebagai kelompok Er Kui 
Zi di Huainan, Si Guo di Jiangdong dan Jingang Chan di Jiangxi.

Tokoh sejarah Tiongkok yang terlibat dengan gerakan Ming Jiao adalah Zhu 
Yuanzhang (朱元璋 <http://baike.baidu.com/view/1690.htm), sebelum berhasil merebut 
kekuasan dan naik tahta, Zhu Yuanzhang adalah bagian dari kelompok Ming Jiao 
dan sekaligus juga Bailian Jiao. Keterlibatannya yang amat intens dengan Ming 
Jiao menyadarkan ia akan bahayanya organisasi bawah tanah yang ini, sehingga 
secara perlahan dan bertahap ia pun meninggalkan dan akhirnya berseteru dengan 
kelompok Ming Jiao. Setelah berhasil menjadi kaisar, Zhu Yuanzhang menuruti 
saran Li Shanchang memerintahkan pelarangan resmi terhadap kelompok Bailian 
Jiao dan Mingjun Miao (nama lain Ming Jiao) lewat dekrit yang dituangkan dalam 
“Ming Lv” (明律). Semenjak itu, kelompok Ming Jiao masih berupaya bertahan dengan 
bermetafora ke dalam pelbagai bentuk dan nama yang berbeda-beda, sampai 
akhirnya meredup dan hilang dari panggung sejarah Tiongkok.

Salam,

Erik

In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ivan" <ivan_taniputera@> wrote:

Manichaenisme di China 
Ivan Taniputera (1 Januari 2009)

Tulisan singkat ini disarikan dari buku berjudul Chinese Civilization karya 
Werner Eichhorn, halaman 196 ?197. Manichaenisme adalah agama yang kini sudah 
punah dan berasal dari Persia. Inti sari ajarannya adalah fusi antara 
Kekristenan, Zorastrianisme, dan Buddhisme. Agama ini masuk ke Tiongkok semasa 
pemerintahan Dinasti Tang (618 ?906). Yang pembawanya adalah para pedagang yang 
datang ke Tiongkok melalui jalur sutera. Para pengikut Manichaenisme yang 
datang ke Tiongkok memperoleh penghargaan istana karena kemampuan mereka dalam 
astronomi, sehingga dapat menyelesaikan perdebatan yang terjadi antara para 
penyusun almanak kerajaan.

Kaisar Dinasti Tang memberikan toleransi yang besar bagi agama ini dan juga 
agama lainnya. Kemajuan lain yang dicapai agama ini adalah masuknya salah 
seorang khan suku Uighur ke agama Manichaenisme. Saat itu, bangsa Uighur memang 
sedang menanjak pamornya dan bersamaan dengan ini Manichaenisme memperoleh 
peran yang cukup penting, termasuk dalam bidang politik. Meskipun demikian, 
dalam kurun waktu pertengahan abad ke-9, kekuatan imperium Uighur mulai 
menurut, sehingga antara tahun 840-843 berlaku penganiayaan terhadap 
Manichaenisme. Akibatnya, komunitas Manichaenisme mulai punah. Apalagi setelah 
tahun 845, yang merupakan puncak penganiayaan terhadap hampir seluruh agama 
asing di Tiongkok semasa Dinasti Tang.

Kendati demikian, Manichaenisme tidaklah punah sama sekali, karena pada masa 
Dinasti Song (960 ?1279) telah berdiri kuil-kuil agama tersebut walau jumlahnya 
tidak banyak. Selain itu terdapat pula serikat rahasia Manichaenisme, yang 
"berkumpul pada malam hari dan bubar lagi di pagi harinya." Menurut laporan, 
para penganut Manichaenisme hanya makan sekali sehari (sore hari), 
bervegetarian, serta menjauhkan diri dari minum keras, mentega, dan susu. Hal 
menarik adalah beberapa elemen Manichaenisme masuk dalam dalam agama-agama asli 
Tiongkok, seperti Daoisme. Bahkan terdapat pula peneliti yang mengatakan bahwa 
jejak-jejak Manichaenisme dapat pula dijumpai dalam Buddhisme Tiongkok. Para 
mengikut Manichaenisme memasukkan perhitungan minggu yang terdiri dari tujuh 
hari, dimana ini diambil dari planet2 yang dikenal masa itu (matahari, bulan, 
Merkurius, Venus, Mars, Yupiter, dan Saturnus). Bahkan, di propinsi2 sebelah 
timur, dalam almanak lokal hari Minggu disebut
 dengan istilah mi. Istilah ini berasal dari kata bahasa Sogdian mir, yang 
berarti matahari. Selain itu, ada pendapat bahwa nama Dinasti Ming (1368 ?1644) 
juga berasal dari Manichaenisme.

Dengan mempertimbangkan fakta-fakta di atas, pengaruh penting Manichaenisme di 
Tiongkok tidaklah dapat diabaikan sama sekali. Hingga saat ini, masih sedikit 
penelitian yang mengulas secara mendalam perkembangan Manichaenisme di China. 
Buku-buku yang ada hanya mengulas secara singkat perkembangan Manichaenisme. 
Belum terdapat telaah mendalam yang berupaya menggali lagi pengaruh-pengaruh 
Manichaenisme dalam agama-agama di Tiongkok. Oleh karena itu, riset dalam 
bidang ini masih sangat kaya dan menarik.




------------------------------------

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya-tionghoa.net :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :.

Yahoo! Groups Links



Kirim email ke