Jangan salah. Walaupun namanya "trade agreement", lazimnya suatu perjanjian free trade mencakup juga pengaturan kebebasan mobilitas tenaga kerja tertentu (biasanya para profesional).
Kesepakatan free trade APEC dan ASEAN misalnya membebaskan juga perpindahan para insinyur, dokter, lawyer, dsb. antar negara. Artinya pekerja profesi dari suatu negara APEC atau ASEAN tidak boleh dilarang bekerja di negeri APEC atau ASEAN lainnya hanya berdasarkan kewarganegaraannya saja. Bahkan tidak boleh dikenai tarif pajak berbeda. Ia hanya boleh dibatasi bekerjanya misalnya berdasarkan tingkatan kompetensi profesionalnya. Para pedagang eceran mungkin tidak tergolong pada kaum profesional. Atau belum! Tetapi kalau tiba saatnya para pedagang eceran, para supir taksi, para tukang cukur, para pekerja konstruksi, misalnya, mengatur dirinya dalam asosiasi profesi, menerapkan kode etik profesinya, mensertifikasi kompetensi kerjanya, dsb., maka akan tibalah saatnya di mana Indonesia secara resmi harus menerima,misalnya, pedagang eceran yang terorganisasikan dari RRT, pekerja konstruksi yang terorganisasikan dari Bangladesh, supir taksi yang terorganisasikan dari Pakistan, dsb. Saya tegaskan, secara resmi lho!. Kalau secara gelap sih sudah banyak pekerja RRT masuk Indonesia dan bekerja di pelosok-pelosok daerah pada sektor konstruksi, kelistrikan, perkebunan, dan tentu saja perdagangan. Dan sejak 2008 sudah juga mulai menyulut benih-benih kerusuhan dengan penduduk lokal, yang di beberapa tempat justru kaum tionghoa Indonesia ... Wasalam. ====================== ----- Original Message ----- From: zho...@yahoo.com To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Monday, January 04, 2010 11:14 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Pandangan Anda tentang AFTA ? Afta itu mengaturan perdagangan barang, bukan tenaga kerja. yg bebas biaya masuk adalah barangnya, bukan manusianya. Mengenai pedagang retail dari tiongkok, itu tak ada sangkut pautnya dng Afta! Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT ------------------------------------------------------------------------------ From: "anthonyrayindra" <anthonyrayin...@yahoo.com> Date: Mon, 04 Jan 2010 09:46:47 -0000 To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com> Subject: [budaya_tionghua] Re: Pandangan Anda tentang AFTA ? Sorry ya... walaupun menurut pak Erik AFTA itu 'level makro', menurut saya tidak ada salahnya sdr Jackson mempertanyakan dampaknya pada 'ekonomi mikro', terutama yang mungkin sudah ia hadapi sehari-hari. Faktanya memang ada pedagang dari RRT yang langsung berjualan di sini. Tidak apa2 toh mengajukan pertanyaan, rasanya tidak perlu langsung membungkam dengan mengatakan pertanyaan itu absurd. Masak bertanya saja tidak boleh... Kalaupun pak Erik tidak setuju dengan pertanyaannya, rasanya ada kata lain untuk berpendapat, tidak perlu menggunakan kata-kata yang galak. Kalau saya pribadi, masih 'wait and see' tentang AFTA ini. Teorinya sih bagus, karena kita (harusnya) mendapat akses ke pasar yang jauh lebih luas, dan contoh penyatuan Uni Eropa juga berjalan baik. Sedangkan bahaya paling dekat ya memang semangat produksi dalam negeri mungkin turun, karena logikanya buat apa susah2 buat pabrik kalau impor barang saja lebih menguntungkan? Kalau soal 'dampak mikro' dari sdr Jackson, mungkin Anda bisa berdiskusi dengan rekan2 sesama penjual yang memiliki kekuatiran sama, atau mengadukannya ke asosiasi, agar pihak berwenang dapat menertibkannya (karena mustinya mereka tidak dapat visa usaha, kan?). Tapi apakah akan ada yang mau menangani, itu masalah lain. Di negeri ini memang banyak pelanggaran kecil yang diabaikan saja, sampai membesar dan meletus, baru rame.