Dear als, SUDAH MAKAN?
Anda salah. Jaman sekarang pertanyaan "sudah makan" adalah pertanyaan yang tepat saat ini. Kenapa? Anda bisa melakukan survei di kehidupan nyata masyarakat kita dari umur 10th - 55th banyak yang terkena penyakit "MAAG" Apa penyebab sakit "MAAG"? Karena sering TELAT MAKAN. Right? Kenapa sering TELAT MAKAN? Apa kita berada di MASA SUSAH TIDAK ADA MAKANAN??????? Tidak, makanan melimpah tinggal sms / telepon datang makanan (asal ada duit) Kenapa perlu kata tanya "sudah makan?" Karena masyarakat kita sering LUPA MAKAN. Contoh : - kebanyakan maen PS ampe lupa waktu,belajar & makan. - sibuk pacaran telepon pake esia (1jam seribu doank) saking asiknya makan aja lupa. - yang ga pacaran biasanya asik chating, atau kotak katik FAcebook, download MP3 dll. - bagi yang gila BOLA ngecak nomor terus ampe lupa makan. - bagi orang kantoran yah saking sibuk nya makan ntar lagi ah. - yang punya toko atau usaha kalau lagi banyak pelanggan datang makan pun ntar dulu dari lapar sampai ga lapar lagi akhirnya kelupaan makan. - bagi orang diet kadang keterusan tidak makan2, sedangkan diet yang benar (teori wrp) & (teori fitness international) makan di kurangi porsinya tapi di persering <------- nanti japri aja kalau mau tau detailnya. - kena macet yang BIASA (luar biasa) terjadi di jakarta. Lapaaarr apa daya ga bisa makan karena terjebak macet di tol dalam kota. Akhirnya lupa makan - dll Oleh karena itu mari kita gunakan dan biasakan pertanyaan "SUDAH MAKAN? " Karena kata ini akan banyak berguna bagi orang yang lupa makan karena kesibukan di jaman REPOT sekarang ini. AYO KITA BERANTAS PENYAKIT "MAAG" Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...! -----Original Message----- From: "als" <a...@cbn.net.id> Date: Sat, 9 Jan 2010 13:10:55 To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com> Subject: RE: [budaya_tionghua] Re: OOT - Ihwal Sapaan 'Sudah Makan'? (Was: Tua-huan Goreng Garing Masak Kecap.) Saudara-saudara semuanya, sudah BAB? :-) BAB tidak kalah pentingnya dengan makan, minum, dan tidur. Agar ia tidak ikut terusik (gedhek, kesel), saya sengaja memakainya. Sebenarnya, kebiasaan bertanya, “Sudah makan?” sudah harus ditinggalkan pada zaman ketika kebanyakan warga Tionghoa sudah tidak susah makan lagi seperti sekarang ini. Selain mencerminkan zaman susah ketika kebutuhan untuk makan saja sulit terpenuhi (memori zaman tidak enak kok ya perlu-perlunya diabadikan dengan kebiasaan), pertanyaan ini terasa menyebalkan ketika selalu dipakai untuk mengawali tulisan di dunia maya. Dalam dunia nyata, pertanyaan begini mungkin tidak akan menimbulkan dampak yang sama karena yang ditanya bisa menjawab “belum” dan yang bertanya langsung mengajaknya untuk menikmati santapan lezat di restoran. Meskipun kejadiannya tidak harus begitu, yang ditanya bisa membaca “body language” si penanya sehingga kesannya oke-oke saja. Ini hanya sekedar pendapat; perkara orang yang bersangkutan (dalam hal ini Tuan Ophoeng) masih meneruskan pemakaian “Sudah makan?” untuk mengawali semua tulisannya di milis Budaya_Tionghoa ini, ya silakan saja. Oche? Andy L.S. (Merasa rugi kalo sampe ikut “kesel” dalam membaca “sudah BAB..eh..makan?”… Hahahaaaahhaah _____ From: Erik [mailto:rsn...@yahoo.com] Sent: Saturday, January 09, 2010 12:08 PM To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Subject: [budaya_tionghua] Re: OOT - Ihwal Sapaan 'Sudah Makan'? (Was: Tua-huan Goreng Garing Masak Kecap.) Hai, Ko Phoeng, apa kabar, Sudah makan minum? Sepertinya ko Phoeng salah nangkep maksud saya neh!! Kok saya disangka merasa gedhek (kesel) gara-gara sapaan "Sudah Makan?" dari Ko Phoeng? Tidak sama sekali! Saya justru merasa tertarik dan senang dengan gaya Ko Phoeng itu kok! (coba periksa lagi posting saya seblm ini). Makanya saya balas dengan salam "Sudah Minum?"; "Sudah Tidur" sebagai salam perkenalan dan sekaligus biar tambah rame gitu!! Bahkan pada posting terdahulu itu saya sempat bilang kalo dalam bahasa Mandarin saya akan katakan Ko Phoeng ini "Õ涺,ʵÔÚÌ«¿É°®ÁË/ Zhendou, Shizai tai keai le?" (Coba deh ttm yang mengerti arti kalimat di atas, tolong terjemahkan buat Ko Phoeng). Tentang contoh kasus yang saya terjemahkana itu? Itu adalah jawaban saya untuk pak Andreas, dan sama sekali tidak bermaksud menyindir ko Phoeng agar tidak terus-terusan menyapa dengan salam "Sudah Makan?" !! Beneer-benar tidak!! Sebaliknya, saya justru senanng dengan sapaan itu kok!! Ko Phoeng benar-benar Ke Ai menurut saya!! Coba deh Ko Phoeng simak lagi posting saya yang lalu deh, tidak ada sama sekali ungkapan rasa "redhek" kepada Ko Phoeng di sana!! Sure!! Salam, Erik ---------------------------------------------------------------------------- --------------------------------------- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ophoeng" <opho...@...> wrote: Bung Andreas, Bung Erik dan TTM semuah, Hai, apakabar? Sudah makan? Hehehe.... rupanya ada yang 'gedhek' (= kesel?) gara-gara sapaan saya hasil terjemahan dari 'sudah makan' basa Tionghua nih. Padahal mah, kalau ndak suka ama sapaan saya, ya di-skip ajah sapaannya, ndak perlu dibaca. Namanya juga sekedar sapaan doang 'kan? Yang penting 'kan (mestinya) isi postingnya itu lho.------------------------------------------------------------------------ ----------------------------------------------.............................. .................... Jadi, rupanya Bung Erik cerita panjang lebar ttg 'sudah makan' dengan contoh kisah nyata ada perusahan mau batalin kontrak order besar cuma gara-gara ada anak buah supplier-nya yang maunya bersikap santun, menyapa 'sudah makan' sudah diterima secara salah begitu, cuma mau menunjukkan bahwa Bung Erik merasa terusik (gedhek, kesel) atas sapaan saya yang selalu membawa kata 'sudah makan'? --------------------........................................................ ............................................................................ ..... Benernya ndak perlu pakai contoh kisah nyata begitu, saya tahu bahwa anda kesal dengan melontarkan 'sudah minum' dan 'sudah tidur' (walau dengan cara guyon atau becanda saja) sementara anda sendiri mengakui bahwa anda yang sudah mukim lama dan berpengalaman dalam pergaulan di daratan sana, tahu dengan jelas dan gamblang soal makna sapaan 'sudah makan' itu. -------..................................................................... .......................................................................... Saya juga tahu arah cerita Bung Erik ttg nyaris batalnya order besar itu, lengkap dengan teks basa aslinya dicantumkan (begitu lengkap dan detil sampai kolom posting di milis gak bisa nampung semuanya tuh), tentunya hendak menyampaikan bahwa sapaan saya di posting itu mbok iya-o jangan terus-terusan, mesti lihat situasi begitu 'kan? ---------------------------------........................................... ..................... ---------------------------------------------------------------------------- --------------------------------------------From: Erik To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Thursday, January 7, 2010, 10:42 PM Hai, pak Andreas, apa kabar? Sudah tidur? Ya, pak Andreas, sebagai orang yang pernah bermukim di Tiongkok selama bertahun-tahun saya sangat familier dan paham benar makna di balik sapaan "~{3T9}AKBp#?~}/Chi Guo Le Ma?" atau "~{3TAKBp#?~}/Chi Le Ma?" yang diterjemahkan sebagai "Sudah makan?" dalam bahasa Indonesia . Posting saya kemarin cuma sekedar guyon atau salam kenal untuk bang Ophoeng yang walau belum sempat berjumpa muka, tapi benar-benar terkesan sangat menarik buat saya. Kalau dalam bahasa Mandarin saya akan katakan "~...@opvuf6:#,J5TZL+?I0.AK~}!/Zhe Laoxiong Zhendou, Shizai tai keai le?"Coba kita perhatikan posting-posting bang Ophoeng selama ini, tidak ada satu pun yang tidak diawali dengan sapaan "Hai, apa kabar??Sudah makan?"?Tiada posting tanpa 'Sudah makan?', apa kaga' luar biasa itu?!! Tapi, sejauh pengalaman saya, sapaan "Chi Guo Le Ma?" lebih lazim digunakan dalam percakapan lisan, diucapkan pada awal perjumpaan.?Jarang sekali (kalau tidak mau dikatakan tidak ada) digunakan sebagai sapaan dalam korespondensi tertulis. Tapi tentu saja, tidak berarti tidak boleh. Hanya saja , saya merasa tertarik saja dengan bang Ophoeng yang benar-benar KE AI (atau KAWAI dalam bahasa Jepang) menurut saya.