Bung Budi Anto, Bung Erik dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Hehehe..... sorry, baru buka website milis lagi nih.

Bener kata Bung Anto, saya gak ambil hati soal itu. Cuma karena penasaran ajah 
ama cerita soal boss yang semena-mena mau batalin order cuma gara-gara sapaan 
ramah anak buah pemasoknya, maka saya ikut nimbrung cerita panjang lebar.

Buat saya mah, sepanjang kita punya niat dan itikad baik, ndak usah digubris 
reaksi orang bagaimana pun. Kita berbuat sebaik yang kita bisa, selanjutnya 
terserah sesiapa saja yang mau menilainya. Ya ndak?

Juga setuju banget kalau lantas bisa dilanjut makan-makan bareng, bagus lagi 
kalau Bung Erik mau jadi sponsor traktir kita semua ya?

Tapi, tentu saja ada baiknya kalau kita makan bareng-nya going Dutch aka bayar 
masing-masing ajah dong. Bung Erik sudah berniat baik mau ngumpulin temen-temen 
semua, tentu saja mesti disambut dengan baik, dengan kedua tangan terbuka, jadi 
beban berat sama dipikul, kalau ringan ya sama dijinjing ajah.

Kapan mau makan bareng-nya? Nah, ini yang jadi penyakit metropolitan Jakarta. 
Susah ngatur dan cocokin waktu untuk ketemu. Kalau cuma satu-dua orang saja 
mungkin gampang, tapi kalau sudah massal tentu agak susah.

Mengenai tempatnya, kalau dipilih waktunya sekitaran Imlek, mungkin kita bisa 
pilih menu ala Tionghua. Ini pun bisa kita pilih mau yang 'otentik' atau 'baba' 
aka nonya - sudah terpengaruh gaya Belanda.

Beberapa alternatip yang jadul bisa saya ajukan di sini:

(1) RM Trio - Gondangdia Lama (nonya jadul), masakan Tionghua - Belanda, tidak 
banyak lelemakan. Ruang makan ada sekitar 7 meja untuk menampung sekitar 30-40 
orang. Ada 45 menu spesial, semuanya enak. Favorit orang-2: lunpia udang ala 
Trio, huzaren sla.

(2) RM tan Goei (sudah ganti nama, apa lupa) di Menteng. Favorit: Steak Lidah 
Sapi.

(3) RM Paramount - Gondangdia Lama, masih kerabat RM Trio, menu hampir sama, 
dengan tempat lebih luas, ber-ac.

(4) RM Tjahaja Kota - KH Wakhid Hasyim, masakan Tionghua, lebih besar dari RM 
Trio, agak lebih kecil dari Paramount.

(5) RM Eka Ria (Jit Lok Jun) - KH Zainul Arifin, masakan Tionghua, bisa 
menampung ratusan tamu, bisa pilih set menu 'makan meja'. Favorit: Haywong 
Hisit. - Lupa lagi, dah lama gak ke sana.

(6) RM Angke - KH Zainul Arifin, masakan Tionghua, bisa menampung ratusan tamu, 
bisa pilih set menu 'makan meja'. Favorit: Ayam Garem, Lindung Cah Fumak.

Kalau mau yang lebih baru, ada beberapa:

(7) RM New Happy (atau Happy), Muara karang, ndak yakin apakah bisa minta set 
menu 'makan meja'. Menu favorit: ayam timah, ching du baikut.

(8) RM Yung Kwang (Lestari), Hayam Wuruk, ndak yakin apakah bisa minta set menu 
'makan meja'. Menu favorit: sup gurame.

(9) RM Hawaii, Sunter. Hampir semuanya enak-enak. Ada sup pie oh, tumis paku, 
ikan jelawat.

(10) RM Panggang Ayam Malang (mana ada ayam 'senang' kalau dipanggang ya?), 
Pinangsia atau Mangga Dua, bisa pesan babi menyusui diguling, menunya terbatas 
panggang ayam, panggang bebek dan babi. Sup-nya juga cuma satu macam saja yang 
favorit.  

Ada satu yang katanya enak-enak, saya belum pernah coba, lokasinya di Jalan 
Asemka, dekat Bank Mandiri(?) itu.

Itu semua di Jakarta. Yang harganya masih bisa dianggap moderate. Kalau mau 
yang fancy, tentu anda semua lebih tahu dari saya. Ada banyak muncul resto baru 
yang adu menu aneh-aneh, seperti lidah bebek yang cuma dijadikan appetizer ajah 
sudah berharga seratusan ribu. Kalau yang fancy mahal-mahal gitu, saya mah cuma 
bisa icip-icip kalau pas diundang makan ajah sih. Hehehe......

Di Gajah Mada, dekat BCA, dulu ada resto aliran Sze-cuan, sederhana, 
makanan-nya juga enak. Ndak tahu apakah masih ada atau tidak. Di Senen ada juga 
resto Tionghua yang sederhana sekali, ala rumahan. Tapi tempatnya kecil sekali. 

Kalau di Bogor, saya ndak tahu sama sekali. Yang saya tahu dulu ada Tan Ek 
Tjoan(?) yang resto-nya sudah direnovasi jadi bisa dipakai untuk resepsi pesta 
perkawinan.

Kawasan BSD, jarang yang buka spesial masakan Tionghua dengan babi. Dulu ada 
Siaw A Tjiap, tapi sudah gantung handuk balik kanan. Ora payu (gak laku) 
kayaknya, sebab mereka buka ketika BSD masih sepi (sekitar 2003-an). Kalau mau 
ya paling Rico, itu pun kayaknya sudah berbeda masakannya ama yang di Kebayuran 
Lama. 

Kalau mau bakmi babai dan nasi campur, ada 2 alternatip di Pasmo BSD, Akay dan 
Bebe. Sama-sama bakmi buatan sendiri, tanpa MSG, dengan babai yang berbeda. 
Akay panggangan, Bebe masak kecap (Babi Hong, Baikut panggang kecap). 
Dua-duanya enak, dengan aliran berbeda.

Kalau bener jadi mau makan bareng, usul saya sih pakai yang bergaya set menu 
'malan meja', jadi setiap meja (10 orang) bisa mendapat makanan yang sama, bisa 
pilih mau makannya apa ajah, semuanya bisa sama, dan jelas besaran biayanya 
dibagi masing-masing berapa.

Eh, tapi jangan minta saya untuk jadi koordinator untuk pendaftarannya ya, 
mending yang lain ajah. Suka kelupaan kalau saya yang mesti mencatat sih. Saya 
tetap bisa bantu kontak resto-nya, asal jelas jumlah orang yang mau makannya. 
Mesti konfirm dulu. Jangan sudah dipesan, lalu pada batal, 'kan koordinator-nya 
nanti yang ketempuhan, mesti nombokin biayanya.

Eh, sorry, kalau ada yang tahu resto lain dan mau usulkan, ya sila diajukan ya. 
Begitu banyak resto lama dan baru, tentu saya ndak akan tahu semuanya dong. 

Begitulah saja saya kira.

Salam makan enak dan sehat,
Ophoeng
BSD City, Tangerang Selatan


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, budi anto <budic...@...> wrote:

bang phoeng ga bakal ambil hati lah bang erik, walaupun cuma mengenalnya di 
milist saya rasa bang phoeng pasti bijak lah , daripada yang suka tulis 
emosian...
 
biar bang phoeng ga salah paham sebaiknya bang erick traktir kita2 makan yang 
enak2 aza dah, hahahaha
 
 
 
 
________________________________
From: Erik <rsn...@...>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Sat, January 9, 2010 1:08:18 PM
Subject: [budaya_tionghua] Re: OOT - Ihwal Sapaan 'Sudah Makan'? (Was: Tua-huan 
Goreng Garing Masak Kecap.)
 
   
Hai, Ko Phoeng, apa kabar, Sudah makan minum? Sepertinya ko Phoeng salah 
nangkep maksud saya neh!!

Kok saya disangka merasa gedhek (kesel) gara-gara sapaan "Sudah Makan?" dari Ko 
Phoeng? Tidak sama sekali! Saya justru merasa tertarik dan senang dengan gaya 
Ko Phoeng itu kok! (coba periksa lagi posting saya seblm ini). Makanya saya 
balas dengan salam "Sudah Minum?"; "Sudah Tidur" sebagai salam perkenalan dan 
sekaligus biar tambah rame gitu!!  Bahkan pada posting terdahulu itu saya 
sempat bilang kalo dalam bahasa Mandarin saya akan katakan Ko Phoeng ini 
"Õ涺,ʵÃ"ÚÌ«¿É°®ÁË/ Zhendou, Shizai tai keai le?" (Coba deh ttm 
yang mengerti arti kalimat di atas, tolong terjemahkan buat Ko Phoeng). 

Tentang contoh kasus yang saya terjemahkana itu? Itu adalah jawaban saya untuk 
pak Andreas, dan sama sekali tidak bermaksud menyindir ko Phoeng agar tidak 
terus-terusan menyapa dengan salam "Sudah Makan?" !! Beneer-benar tidak!! 
Sebaliknya, saya justru senanng dengan sapaan itu kok!! Ko Phoeng benar-benar 
Ke Ai menurut saya!! 

Coba deh Ko Phoeng simak lagi posting saya yang lalu deh, tidak ada sama sekali 
ungkapan rasa "redhek" kepada Ko Phoeng di sana!! Sure!!

Salam,
Erik


Kirim email ke