Ilmu Wudang gerakannya sederhana tapi sulit ditebak. Salah satu cerita dari 
Suheng orang Hohap, salah satu kenalannya ada yang nantang sparing sama satu 
Tosu Butong.
 Orang biasanya secara refleks sesudah buka jurus, maka akan menghindar 
kesamping, ini malah beda. Langsung lurus masuk. Jadi tuch orang langsung telak 
kena pukulan itu Tosu.
 Oya numpang tanya, nama julukan Kang-ouw anda apa ya? Siapa tahu kita kenal 
 Hehehe...


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Denny Tan <dennyta...@...> wrote:
>
> Sejauh yg saya pelajari silat Wu Tang Pay berbeda dengan Tai Chi Chuan. 
> Dimana gerakan Tai Chi Chuan, tenaga di pusatkan pada tumpuan kaki sedangkan 
> badan dan tangan bergerak lemah tidak bertenaga. Seluruh gerakan berputar 
> tidak boleh berhenti, tubuh turun naik bagaikan gelombang. Yang saya 
> pelajari adalah Thai Chi Chuan bentuk gerakan 99 dari Chen Chang Xing. 
> memerlukan waktu 30 menit untuk menyelesaikannya. Saya belajar Tai Chi Chuan 
> ini tahun 1987 dari Suhu Sie Fu Chuan usia 60 thn warga negara Taiwan. Kami 
> berlatih setiap hari jam 05.00 pagi di lapangan terbuka. Waktu berlatih Tai 
> Chi Chuan kami tidak diajarkan untuk memasukan pernafasan dalam gerakan Tai 
> Chi Chuan tapi kami di latih meditasi berjalan dengan mata mengikuti ujung 
> jari kemari pergi. Gerakan sangat lambat tapi kaki kokoh, tubuh bagaikan 
> pohon bambu yg tertiup angin. Gerakan tangan bagaikan daun melayang di udara. 
> Untuk pernafasan kami dilatih sebagai penutup latihan Tai Chi Chuan,
>  berdiri tegak dan kaki di renggangkan sebahu dan lutut agak di tekuk 
> sedikit. Kedua telapak tangan menekan sedikit dibawah pusat. Waktu nafas 
> masuk ke bawah pusar, lidah di tarik ke dalam dan ujung lidah menempel 
> langit-langit. Waktu nafas dihembuskan, lidah kembali ke posisi normal. 
> Demikian seterusnya. Saya berlatih nafas ini setiap hari dalam setahun dan 
> sanggup memecahkan beton cor setebal 15 cm hanya dengan telapak tangan saja.
> 
> Setelah setahun kami berlatih Tai Chi Chuan (tangan kosong, kipas dan 
> pedang), Suhu Sie Fu Chuan mengajak bertempur tangan kosong. Hanya saya heran 
> yang ditunjuk hanya saya sebagai lawan tandingnya. kami bertempur selama 10 
> menit tanpa bisa mengalahkan Suhu Sie Fu Chuan. Setiap diserang, Suhu Sie Fu 
> Chuan loncat sambil berputar tubuhnya seperti baling-baling. Akhirnya saya 
> mengeluarkan jurus-jurus yang saya pelajari waktu usia 11 tahun dibawah 
> bimbingan mpek Tan Eng Liang (pendiri Gie Say Hwee di Bio Sukabumi). Dalam 
> waktu 1 menit suhu Sie Fu Chuan telak kena pukulan naga mengumbak lautan. Dan 
> dia bilang itu adalah gerakan Wu Tang Pay. Dan minta untuk diperlihatkan 
> jurus-jurus yg saya punyai. Suhu Sie Fu Chuan terheran-heran karena jurus ini 
> adalah jurus yang original dari Wu Tang Pay. Saya sendiri tidak mengerti apa 
> yg selama ini saya pelajari dari kecil adalah silat Wu Tang Pay. Mpek Tan Eng 
> Liang hanya bicara nanti kelak saya akan mengerti silat apa
>  yg saya miliki. Silat yang saya pelajari sangat tidak menarik dan tidak 
> segagah silat-silat Shao Lin. Sedangkan mpe Tan Eng Liang mempelajari silat 
> ini dari pemain opera yg sedang keliling di Sukabumi waktu jaman Belanda 
> semasa hampir Jepang masuk ke Indonesia. Untuk membiayai belajar silat ini, 
> mpe Tan Eng Liang bersama teman-temannya sering menjual Silat di pinggir 
> jalan. Sedangkan saya adalah murid terakhir dari mpe Tan Eng Liang sampai 
> beliau menghembuskan nafasnya terakhir.
> Betul kata mpek Liang U ..... Suhu Sie Fu Chuan dan mpek Tan Eng Liang adalah 
> generasi tua yg tidak mau dibayar sepeserpun untuk ilmu yg sudah diberikan 
> untuk generasi muda. Dan mereka sangat bangga jika kita sunguh-sungguh 
> berlatih dan menyimak setiap apa yg diajarkan beliau. Suatu sa'at mpek Tan 
> Eng Liang minta saya menunjukan permainan suatu jurus. Dia berteriak gembira 
> waktu saya perlihatkan apa yg sudah beliau ajarkan. Tidak mudah lupa wajah 
> bangganya. Ah satu generasi yg sudah  hilang dan tidak akan kembali lagi.... 
> Saya sungguh amat kehilangan....
> 
> Wassalam.
> 
> 
> 
> 
> ________________________________
> From: liang u <lian...@...>
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Wed, January 13, 2010 9:00:16 AM
> Subject: [budaya_tionghua] Ilmu tenaga dalam Shaolin dan silat lunak Taiji.
> 
>   
> Rekan-rekan, 
>    Saya kira ada rekan-rekan yang pernah melihat demonstrasi silat Shaolin, 
> yang dilakukan anak-anak kira-kira berumur 13-14-an.  Atau minimal dari TV.
>    Kalau ada dua buah tonggak, seseorang berdiri di atas tonggak yang satu 
> dan loncat ke tonggak lain, itu tak aneh meskipun sulit. Karena titik berat 
> anda harus tepat di atas tonggak, kalau tidak anda akan terjatuh. 
>    Tapi kalau kedua tonggak itu berbentuk seperti mangkok yang agak datar, 
> lalu seseorang dengan kepala di bawah tanpa pegangan, dari satu tonggak 
> loncat ke tonggak yang lain, dan mendarat di tonggak lain tetap dengan kepala 
> di bawah ini hal yang tak mungkin, sebab kepala kita tak mempunyai otot yang 
> berfungsi untuk meloncat.  Aneh tapi nyata menggunakan tenaga dalam Shaolin 
> ini terjadi. Demonstrasi demikian dilakukan di Tiongkok bahkan di luar 
> Tiongkok termasuk di Singapore pada saat tahun baru Imlek. 
>    Dari segi biofisika ini tak mungkin, di sinilah kekuatan tenaga dalam 
> yang kalau dapat dikeluarkan dari tubuh akan luar biasa.
>    Konon sejak hongtiang (fangzhang) atau Kepala Biara Shaolin seorang MBA, 
> keadaan Shaolin berubah. Dari sangat miskin menjadi kaya. Beliau menggunakan 
> taktik bisnis untuk mencari dana. Kalau dulu para huesnio (hweeshio) harus 
> minta derma keluar demi hidup, sekarang Shaolin menjadi salah satu lembaga 
> charity yang besar, melakukan berbagai kegiatan seperti sosial menolong 
> anak-anak yatim piatu, menolong orang tua jompo dll. 
> Dari mana uangnya? Dari turis. Dulu turis sering kecewa, mereka sudah 
> menunggu lama tak ada yang latihan, sekarang, diadakan demonstrasi terjadwal, 
> turis bisa menonton dengan waktu yang sudah dijadwal. Kampung sekelilingnya 
> yang banyak mengganggu kebersihan dan kenyamanan turis sudah dipindah ke 
> tempat yang agak jauh. Di situ sudah muncul restoran dengan menu dari 
> berbagai bangsa, hotel dan lain-lain fasilitas seperti kota layaknya. 
> Sehingga yang berkunjung ke Shaolin tak takut terjebak di kampung yang tak 
> ada hotel sedang kendaraan umum sudah tak ada. 
>    Turis makin banyak bahkan dari negara barat banyak sekali. Banyak juga 
> yang belajar silat di sana. Shaolin sudah merupakan pusat pendidikan silat. 
> Di negara-negara tertentu, ada pusat pendidikan silat Shaolin dengan pengajar 
> dari Shaolin sendiri. 
>    Dengan demikian dari menjadi beban masyarakat, Shaolin berubah menjadi 
> sumber kehidupan masyarakat sekelilingnya. Ilmu-ilmu baru atau ilmu lama yang 
> musnah dipelajari kembali. Hasilnya Shaolin menjadi tenar di dunia dengan 
> silatnya, kalau dulu hanya tenar melalui cerita silat.
>    Saya tak paham apa ilmu loncat dengan kepala itu ilmu baru atau ilmu 
> lama yang digali kembali. 
>    Sayang saya belum pernah ke sana, barangkali teman yang pernah ke sana, 
> bisa berbagi pendapat, menambahkan atau meluruskan uraian saya yang hanya 
> didapat di TV dan surat kabar.
>    Satu ilmu silat lain yang terkenal adalah dari Wudang (Butong), yaitu 
> Taiji. Ada taijiquan (thaikekkun) , taijishan (menggunakan kipas) taijijian 
> (menggunakan pedang) dll. Beda dengan Shaolin, Wudang adalah aliran silat 
> halus, dengan prinsip yi ruan zhi gang (dengan kelembutan mengalahkan 
> kekerasan), yang menurut orang yang belajar, sangat berguna untuk kesehatan. 
> Taiji merupakan ilmu silat yang paling banyak dipelajari oleh manusia saat 
> ini.  Tiap pagi, puluhan bahkan ratusan orang di lapang-lapang di seluruh 
> Tiongkok orang tua berlatih Taiji bersama. Hanya sayang Kelenteng Wudang 
> sendri belum berkembang seperti Shaolin. Di Indonesia banyak orang berlatih 
> Taiji, termasuk rekan-rekan budaya Tionghua. Di Bandung ada bank yang seluruh 
> staf nya diwajibkan berlatih Taiji, karena pimpinan dan pemilik bank yang 
> kena berbagai penyakit dan dokter pesimis untuk bisa ditolong tapi berhasil 
> sembuh karena latihan Taiji. 
>    Di internet saya pernah membaca karangan yang mengkritik latihan Taiji 
> sekarang, menurut dia latihan Taiji sekarang hanya mengajarkan gerakan, tanpa 
> pernafasan, akibatnya hanya jadi Taijicao atau senam Taiji. Seharusnya 
> diajarkan pernafasannya yang seperti biasanya ditulis dalam bentuk sajak kuno 
> yang tidak semua orang mengerti. Sajak demikian sering kita temukan dalam 
> cerita silat bermutu seperti Jin Yung, seperti yang belum lama diterjemahkan 
> dalam milis ini. 
>    Ilmu silat adalah salah satu bagian dari budaya Tionghoa yang tak dapat 
> diabaikan. 
>    Tolong tambahan dari rekan yang pernah ke Shaolin maupun Wudang.
>   Semoga membantu.
>   Kiongchiu
>   Liang U
>


Kirim email ke