Kalau hewan sembelihan baru dinyatakan halal ketika sebelum diiris urat
lehernya si penjagal terlebih dulu harus mengucapkan "bismillah", bagaimana
jika penyembelihnya orang Kristen atau bahkan ateis? Bagaimana kalau yang
menyembelih Muslim yang sedang kalut pikiran dan perasaannya sehingga lupa
mengucapkan kata tadi? Bagaimana kalau yang menyembelih sudah diotomatisasi
seperti yang dilakukan di pejagalan moderen di LN?  Satu-satunya cara agar
mendapatkan daging halal 100% ya apa-apa dilakukan sendiri saja, dari
menyembelih, menguliti, memotong-motong daging, menyimpannya dalam cold
storage, dan seterusnya dan sebagainya. Sesuatu yang mustahil bin mustahal.
Ada-ada saja!

 

Andy L.S.

Oh ya..sudah makan dan sudah BAB pula. :-)

 

  _____  

From: zho...@yahoo.com [mailto:zho...@yahoo.com] 
Sent: Monday, February 08, 2010 10:50 PM
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Subject: Re: [budaya_tionghua] Ada Pedomannya. (Was: Mohon Info Makanan
Tahun Baru Halal ?)

 

Pertanyaan saya adalah:
Bagaimana bisa tahu binatang ini diperoleh dng cara halal? Bagaimana bisa
tahu binatang ini dipotong dng cara halal? Saya kira lab di uni juga tdk
sanggup membuktikan. Apa hrs minta bantuan polisi, kpk , dan ahli forensik?
lantas bgmn jika saat dipantau benar2 halal tapi setelah sertfikat keluar
cara motongnya berubah? Apa bisa diawasi?

Sent from my BlackBerryR
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

  _____  

From: yuan...@yahoo.com 

Date: Mon, 8 Feb 2010 15:26:47 +0000

To: <zho...@yahoo.com>; <budaya_tionghua@yahoogroups.com>

Subject: Re: [budaya_tionghua] Ada Pedomannya. (Was: Mohon Info Makanan
Tahun Baru Halal ?)

 

Di Indonesia hanya MUI yang mempunyai hak monopoli penerbitan sertifikat
halal. Untuk mendapatkan sertifikat proses produksi dan bahan baku harus
diuji. Untuk pengujian sudah tentu bukan MUI yang melakukan tapi melalui
laboratorium milik POM atau universitas. Binatang yang diperoleh secara
halal akan tetapi tidak dipotong dengan cara yang halal, juga bukan daging
yang halal.
Jadi sudah pasti mendapatkan sertifikat resmi MUI bukanlah proses yang mudah
dan murah, akan tetapi dengan trend makin kuatnya ajaran fundamentalis maka
sertifikat halal merupakan alat promosi yang ampuh untuk mendapatkan banyak
konsumen dari kalangan mereka.

Sent from my BlackBerryR
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

  _____  

From: zho...@yahoo.com 

Date: Mon, 8 Feb 2010 15:09:30 +0000

To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>

Subject: Re: [budaya_tionghua] Ada Pedomannya. (Was: Mohon Info Makanan
Tahun Baru Halal ?)

 

  

Saya jadi bingung, kalau babi, minumam keras dsb bisa langsung dikenali,
tapi tidak halal yg lainnya bgmn mendeteksi? Apa MUI sampai terjun mengawasi
proses produksinya ya? Katanya daging sapi dan ayam jika cara pemotongannya
tdk benar juga haram, lantas bgmn mengawasinya? Apakah yg memilki sertifikat
halal memang benar2 halal?

Sent from my BlackBerryR
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

  _____  

From: "Ophoeng" <opho...@yahoo.com> 

Date: Mon, 08 Feb 2010 13:25:37 -0000

To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>

Subject: [budaya_tionghua] Ada Pedomannya. (Was: Mohon Info Makanan Tahun
Baru Halal ?)

 

  

Bung Anton W dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Ikut nimbrung dikit ajah ya....

Seperti anda sampaikan sendiri, halal atau tidak halal-nya makanan tidak
melulu berkenaan dengan babi. Ada banyak aspek yang mesti dipenuhi untuk
menjadikan suatu makanan itu halal atau tidak halal. 

Di samping bahan-bahannya, juga proses dan prosedur pembuatannya mesti
diperiksa dengan teliti dan seksama, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi.
Kalau ada produk yang dibuat di dalam satu ruang yang sama, dapur dan tempat
mengolahnya, ada terkontaminasi dengan bahan-bahan non halal, alkohol atau
babi, misalnya, hasil produksinya yang tanpa bahan-bahan tidak halal itu
menjadi void - hasilnya tetap tidak bisa dinyatakan halal.

Juga tergantung aspek 'konotasi'nya, seperti bir, walau sudah diproduksi
dengan tanpa alkohol, Bagian POM MUI tidak pernah menerbitkan sertifikatnya,
sebab bir sudah diposisikan sebagai minuman beralkohol yang diminum karena
hendak dinikmati alkoholnya, jadi 'pengganti'nya yang tanpa alkohol
sekalipun, tetap tidak bisa dikategorikan sebagai minuman halal.

Bahkan teman saya pernah secara ekstrim bilang bahwa daging ayam dan sapi
juga bisa saja tidak halal kalau diperoleh dari jalan tidak halal, hasil
curian, misalnya. 

Kebetulan saja saya pernah berurusan dengan produksi bahan baku makanan yang
diproduksi secara massal, jadi sering bertanya-tanya kepada yang berwenang
dalam hal ini, juga bertanya kepada teman-teman Muslim, jadi saya ada
sedikit tahu ttg pedoman teman-teman kita yang Muslim.

Kalau ndak salah, pedoman mereka adalah: kalau ragu, sebaiknya jangan
dimakan.

Jadi, kalau kembali ke pertanyaan anda ttg dodol dan makanan lain untuk
tahun baru Imlek, bagaimana membedakannya antara yang halal dan tidak halal,
kembalikan saja ke pedoman yang sudah diajarkan kepada mereka. Kalau mereka
ragu, ya ndak usah diperdebatkan lagi. 

Ada satu teman saya yang Muslim pernah bertahun-tahun tidak mau ikut makan
bakmi ayam yang terkenal di kota itu, sebab dia merasa tidak yakin akan
halal tidaknya. Tapi, begitu dia yakin, dia ikut makan juga akhirnya.

Kalau berpedoman pada makanan untuk vegetarian, memang bisa. Karena makanan
vegetarian memang tanpa daging sama sekali, bahkan ada yang 'aroma' daging
saja tidak mau dipakai. Seperti juga pedoman 'halal' bagi kaum Kosher
(Yahudi?) yang begitu ketat, katanya makanan yang 'halal' secara Kosher,
bisa diandalkan bagi kaum muslim akan kehalalan-nya. Tapi, tetap saja,
kembali ke keyakinan masing-masing.

Jadi, seperti anda bilang, ndak usah dijadikan polemik lagi toh?

Salam makan enak dan sehat,
Ophoeng
BSD City, Tangerang Selatan

--- In budaya_tionghua@ <mailto:budaya_tionghua%40yahoogroups.com>
yahoogroups.com, "pempekd9" <pempe...@...> wrote:

Saya tidak ingin berpolemik soal sertifikat halal MUI. Yang ingin saya
dapatkan adalah kejelasan saja ttg produk produk untuk tahun baru imlek yang
boleh dimakan oleh teman teman Muslim. Saya sendiri bukan Muslim. 

Sebagai pedagang makanan saya pernah ditanya apakah produk pempek saya
mengandung babi. Ini mengelikan bagi orang Palembang, tapi suatu yang wajar
kalau anda tidak tahu apa saja bahan untuk membuat pempek. 

Di kalangan awam memang babi identik dengan haram.Tapi haram tidak identik
dengan babi. Banyak sekali aturan ttg halal dan haram. Itu diluar kemampuan
saya, tetapi setidaknya saya selalu berusaha agar teman teman Muslim saya
tidak dengan sengaja saya beri makanan yang tidak sesuai.

Salam,
Anton W





Kirim email ke