Nama nya vegetarian itu tidak makan daging karena daging berasal dari 
pembunuhan mahluk hidup. Itu aja. Mao bikin namanya "ayam goreng palsu" ga 
masalah intinya bukan daging asli. 
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-----Original Message-----
From: agoeng_...@yahoo.com
Date: Mon, 8 Feb 2010 17:01:59 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] OOT - Malaysia Perkenalkan "Sup Babi" Versi 
Halal. (Was: Ada Pedomannya.)

Menurut g seh" halal" or "haram" itu dr niatnya jg dah harus bener. Klo ngaku 
vegetarian tp masih nafsu ma daging2 palsu tetep aja ga ilang nasfu ama 
dagingnya gmana bisa ngaku vegetarian? Yg palsu2 or tiruan2 jg sama aja, buat 
nepu n menjadi pembenaran diri sendiri aja. Tp ini menurut g lho, ga tau 
pandangan yg laen. 
-----Original Message-----
From: "Ophoeng" <opho...@yahoo.com>
Date: Mon, 08 Feb 2010 16:40:22 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: [budaya_tionghua] OOT - Malaysia Perkenalkan "Sup Babi" Versi Halal. 
(Was: Ada Pedomannya.)

Bung Erik dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan?

Hehehe...... sorry, ijinkan saya ikut nimbrung lagi ya.

Kayaknya yang Bung Erik maksud bukan 'bahan nabati' tapi 'hewani' ya? 
["....bahkan juga tanpa bahan nabati lainnya juga tetap haram?]

Kalau sudah masuk ke wilayah vegetarian yang tidak ada hubungannya secara 
langsung dengan Muslim, tentu saja pedomannya kembali ke: kalau ragu, sebaiknya 
dihindari.

Tapi, contoh yang Bung Erk sebutkan itu benar-benar pas. Identik dengan bir 
yang 0% alkohol itu. Sebab kaidahnya adalah karena 'pemikiran' atau konotasi 
ttg alkohol itu yang dijadikan pedoman mereka. 

Contoh lain yang cukup heboh adalah bahan baku kue yang bernama 'rhum'. Bahan 
ini aslinya adalah berbasis alkohol, dengan rasa dan aroma khas 'Jamaica Rhum' 
- biasa untuk bahan pembuat Tiramisu cake. Untuk mengakomodasi yang berhubungan 
dengan halal, katanya ada 'rhum' yang berbasis air, non alkohol sama sekali, 
tapi dengan aroma yang sama persis dengan rhum berbasis alkohol. Kabarnya ini 
juga tidak mendapat sertifikat halal dari LP-POM MUI.

Sebelumnya, katanya sih (saya ndak yakin apakah benar) di kalangan vegetarian 
juga berlaku ihwal 'pemikiran' tsb. - jadi kalau masih dibuatkan 'daging' palsu 
dengan judul sate babi, ayam rica-rica, ikan woku, walau tanpa secuil pun 
daging dari hewan tapi di pikiran tergambar rasa ikan, ayam, sate babi yang 
berdaging, mestinya juga dihindari. Vegetarian itu asalkata-nya dari 
vegetables, sesayuran, jadi tentu merujuknya ke sesayuran dan buah-buahan, 
biji-bijian. Diharapkan tidak lagi berpikiran masih 'makan'  daging lewat 
daging-dagingan palsu itu.
 
Tapi, tentu itu kembali ke keyakinan masing-masing individu saja ya.

Masih soal 'pikiran' yang berkaitan dengan halal tidaknya suatu produk makanan, 
ini ada artikel yang cukup menarik. Judulnya sajah sudah memancing anda untuk 
membacanya. Kalau dikaitkan dengan cerita di artikel tsb., mestinya perlakuan 
yang sama juga diterapkan kepada 'bacon' dan 'ham' yang sejak awal sudah 
dikenal luas berbahan baku daging babi. Jadi, beef bacon dan chicken ham 
mestinya juga identik ya. Tapi, kembali ke masalah wewenang: LP-POM MUI yang 
berwenang menentukannya. Kita yang awam cuma bisa mengikuti saja.

Sila lihat langsung di link berikut:
http://dunia.vivanews.com/news/read/115715-malaysia_perkenalkan__sup_babi__versi_halal

begitu sajah sih ya.

Salam makan enak dan sehat,
Ophoeng
BSD City, Tangerang Selatan






--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Erik" <rsn...@...> wrote:

 
 
Hai, Ko Phoeng dan TTM lain sekalian, apa kabar? Sudah makan minum?

Menarik neh, kalo dikatakan bir tanpa alkohol tetap haram, saya jadi inget sama 
daging palsu di resto vegie. Apakah gohiong-gohiongan dan babi merah palsu yg 
tak mengandung babi, bahkan juga tanpa bahan nabati lainnya juga tetap haram? 
Mohon pencerahan rekan2 yg memahami hal ini, terutama koh ABS, bgmana? bisa 
bantu?
 
 
Salam
 
Erik
>



Kirim email ke