Architecture rumah dgn kebon didalam rumah atau yg diIndonesia dikenal sebagai Chimche atau Tianjing adalah standard utk hampir semua rumah² besar didaerah tropic dan subtropic. Dgn teknik ini mereka mencapai airconditioning alam dan waterconservation utk musim kering. DiEspagna teknology ini sudah kita ketemukan jaman Abishad empire dan jikalau kalian keCote d'Or {Espagna] semua rumah bersejarah mempunjai inhouse garden. Ini architecture juga saya lihat diCentral dan tropical America dimana banyak gedung² pemerintah memakai teknology ini utk menurunkan temperatur rumah dan menurunkan ongkos listrik. In House garden ini malah ditambah dgn teknology pancoran yg mempergunakan cooling character dari aer sangat efficient dari yg pakai rantai -cohesion teknik sampai cooling core dari aer hujan. Jadi menurut saya ini teknology akan dipakai dlm masa yg akan datang sebagai system AC dan gardening --- jadi kenapa tidak sebut saja Kebon rumah atau yg kurang lebih sama artinya dan tidak perlu ambil istilah² dari chinese language. Jadi diskusi seharusnya berkisar didalam ruangan ini.
Ini juga kurang lebih sama dgn teknology genteng kebon - dimana genteng rumah diganti dgn lapisan tanah dgn rumput dan kembang utk menurunkan temperatur didaerah gurun pasir - kurang lebih seperti legend - 7 world wunder of the ancient world -- mengenai kebon gantung dari Babylonia. Chimche didalam chinese architecture classic boleh disamakan dgn innercourt rumah keluarga yg dpt diketemukan dihampir semua rumah² mereka yg beruang diseluruh China. Didalam architecture China sebetulnya kita jarang akan menemukan rumah² a'la Europa dimana rumah dikeliling oleh kebon - sebaliknya hampir semua architecture kebon dikelilingi kebon. Saya kira ini mungkin basic prinsipnya kenapa diAsia tengara kita menemukan architecture dari Chimche. Privacy character dari chinese houses lebih dipentingkan dibandingkan dgn showoff character dari Europa. Silahkan selamat berdiskusi. Andreas ________________________________ From: "zho...@yahoo.com" <zho...@yahoo.com> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Mon, March 8, 2010 11:54:32 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Buku Baru: Chinese Houses in Southeast Asia Kalau saya menyebut capgomeh seharusnya bisa diterjemahkan menjadi malam lima belasan, itu bukan mengusulkan utk mengganti istilah yg sudah terlanjur baku/dikenal. Tapi adalah sekedar menunjukkan, bhw capgomeh seharusnya bisa saja diterjemahkan menjadi bahasa indonesia yg luwes, toh potensi bhs indonesia memungkinkan. Contoh ini saya ungkap agar utk istilah2 lain yg belum terlanjur dibakukan, jangan menganut pola lama yg cari gampangnya saja: memindahkan bunyi asing menjadi bhs indonesia, ini adalah budaya malas. Jika kita mau berusaha, sebenarnya banyak istilah asing yg bisa diindonesiakan, misalnya munculnya istilah pramuniaga dan pramuria adalah usaha yg bagus, juga istilah rekayasa, rekagatra. Sekarang juga ada yg mengusulkan istilah Kiniwari sbg padanan kontemporer, ini langkah2 terpuji: memanfaatkan potensi bhs Indonesia secara optimal! Dulu pernah kebingungan menerjemahkan Jue Dai 绝代,tapi setelah diskusi dng teman akhirnya ketemu istilah Pamunkas Zaman. Kalau mau berusaha pasti bisa. Kalau mau menggambarkan konsep Tianjing secara utuh, mengapa tak mau mempopulerkan istilah sumur langit? Pertama orang memang merasa asing, tapi taklama pasti akan mengerti. Dibandingkan dng langsung mengambil bunyinya: tianjing, dia takkan pernah menangkap nuansa dari istilah ini, tahunya hanya inner court adalah tianjing. Jika demikian lansung saja pakai istilah halaman dalam. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT ________________________________ From: ANDREAS MIHARDJA <mihar...@pacbell.net> Date: Mon, 8 Mar 2010 10:28:33 -0800 (PST) To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Buku Baru: Chinese Houses in Southeast Asia Setuju dgn sdr Liang_u YuanXiao sudah merupakan suatu festival yg dikenal sebagai capgomeh diIndonesia. Kalau diUS dikenal sebagai Lantern Festival --- utk apa perlu diganti. Nanti bisa² salah mengerti. Coba saja istilah YuanXiao - apa ada yg mengerti ? -- tidak pernah dengar! Coba pehchun istilah ini dipakai diIndonesia - diUSA disebut Dragonboat festival dan diChina disebut double5 atau tuanwu jie - apa ada yg ngerti kalau istilah ini dicampur aduk. ------- >>> karena itu apa yg sudah umum tidak perlu dirubah kita bukan jaman revolusi bahasa a'la Sukarno dimana semua istilah belanda harus diganti. Memang bah chinese menciptakan banyak nama baru dlm dunia teknologi seperti computer disebut otak listrik TianNao, telpon disebut bah.listrik TianHoa dan cellphone kalian sebut Sewtian atau tangan listrik tetapi ini hanya utk perkataan yg didalam bah chinese tidak atau belum ada istilahnya. Terus terang saya juga harus setiap tahun belajar lagi apalagi dlm bidang IT - coba sekarang ada blue ray, blue tooth, blue book, blue energy teknology - apakah kalian sudah ada terjemahannya ?? Biasanya kalau diChina ini diciptakan oleh kaum wartawan dan publik menurut. Mengganti ini istilah akan menciptakan misinterpretation segala macem. Andreas ________________________________ From: liang u <lian...@yahoo. com> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Mon, March 8, 2010 5:11:02 AM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Buku Baru: Chinese Houses in Southeast Asia Menurut saya lebih baik istilah chimcne diteruskan, saya sendiri sampai sekarang tak tahu istilah Indonesianya yang tepat. Tidak perlu takut menambah perbendaharaan kata, kalau tak ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Mengapa kita juga menerima istilah komputer, kalkulator, pasar modal, telepon, telegram, baso, mi, taukua, tahu dll. Sangat sulit kalau mau 100% asli. Karena dalam bahasa Indonesia tak ada konsonan letupan ch, tak ada juga bunyi sengau che, ejaannya bisa diganti jadi cimce. Di Malaysia TV adalah televisyen, di Indonesia televisi. Station di Malaysia stasyen, di Indonesia stasiun. Kiongchiu ________________________________ From: "zho...@yahoo. com" <zho...@yahoo. com> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Mon, March 8, 2010 5:21:43 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Buku Baru: Chinese Houses in Southeast Asia Kianghian xiong, Dalam hal ini saya tidak sepakat. Menurut saya, istilah2 asing sebisa mungkin diterjemahkan pakai kosa kata yg tersedia, kecuali memang tidak ada padanannya. Supaya tdk menambah ruwet bhs indonesia. Orang dulu sering langsung comot, mungkin krn malas, mungkin krn penguasaan bhs indo nya masih minim. Capgomeh sebenarnya bisa diterjemahkan menjadi malam lima belasan, lontong capgomeh yah cukup menjadi lontong lima belasan. Ini kan masih cukup enak didengar telinga melayu bukan? Sekaligus membuat orang sini menangkap makna capgomeh, tanpa penjelasan ber-tele2. Zfy Maka utk Tian Jing saya cenderung menerjemahkan menjadi Halaman dalam. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT ________________________________ From: King Hian <king_h...@yahoo. com> Date: Sun, 7 Mar 2010 23:16:56 -0800 (PST) To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Buku Baru: Chinese Houses in Southeast Asia Menurut saya, tidak usah diterjemahkan Lebih baik tetap memakai istilah chimcne (深井). Karena kalau diterjemahkan menjadi "sumur dalam" atau "sumur langit" pun tidak memberi pengertian yang lebih jelas. Sama seperti istilah2 lain dalam bhs Indonesia yang diadopsi dari bhs Hokkian, dan tidak diterjemahkan, misalnya: capgomeh, yang tidak diterjemahkan menjadi "malam ke lima belas" -> kalau diterjemahkan demikian, bagaimana caranya menyebut "lontong capgomeh"? kiongchiu, KH ________________________________ From: David <dkh...@yahoo. com> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Mon, March 8, 2010 12:26:15 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Buku Baru: Chinese Houses in Southeast Asia Lukito-heng dan Andipo-te, Tianjing 天井 (skywell) = “sumur langit” adalah istilah Mandarin (Huayu), sementara chhimcne 深井 (deepwell) = “sumur dalam” lebih ke istilah Hokkian selatan (Banlam). Dalam arsitektur Hokkian selatan, di kelenteng yang ada chhimcne-nya, orang bersembahyang kepada Thnikong (Thian) menghadap ke langit (= Thnikong atau Thian) dari chhimcne ini. Salah satunya, di Kelenteng Lo Chia Bio, Jl. Duri I, Jakarta Pusat. Sekarang kita mau pilih yang mana? “Sumur langit” atawa “sumur dalam”? Kiongchiu, DK --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, Andipo <dipod...@.. .> wrote: Terima kasih atas balasannya. Saya tidak punya penjelasan lain, karena saya juga kesulitan menemukan istilah yang tepat. "Deep well" menurut saya kurang mengena. "light well" menurut saya lebih tepat. "Sumur udara" terdengar bagus dan cukup informatif, saya akan pakai itu.. Salam --- On Mon, 3/8/10, lkart...@... <lkart...@.. .> wrote: From: lkart...@... <lkart...@.. .> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Buku Baru: Chinese Houses in Southeast Asia To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Dipo" <dipod...@.. .> Date: Monday, March 8, 2010, 10:36 AM Quoting Dipo <dipod...@.. .>: Saya sudah beberapa waktu kebingungan mencari terjemahan "light? well" dalam bahasa Indonesia. Tetapi mengapa masih memakai tanda? kutip ? Apakah istilah "sumur udara" tidak umum dipakai ? Cak Dipo, Dari beberapa buku menyebutkan "deep well" makanya saya mencoba menyebutkan sumur udara dalam tanda kutip karena saya masih meragukan (belum mantap) menggunakan istilah tsb. memang fungsinya secara denotatip adalah untuk sirkulasi udara. dari penggalian artefak rumah tinggal di daerah Mesopotamia memiliki pola yang sama yaitu memiliki court yard tsb. SEcara konotatip adalah untuk tempat sembahyang berhubungan dengan Thien secara terbuka dan langsung. Atau anda mempunya penjelasan yang lain sebagai pencerahan buat saya yang lagi menggali.... ....... salam loek's