Zhou-xiong, Loek-heng dan Dipo-te, Yang menarik, CIMCE æ·±äº yang tertutup ternyata bukan hanya dijumpai di bangunan skala kecil macam Ruko Familie Lo di Pasar Lama, Tangerang, dan tempat-tempat lain di seluruh Jawa, tapi juga di gedung BESAR model bekas kediaman Majoor der Chineezen Khouw Kim An 許é`å®âSin Ming Hui æ°ææâTjandra Naja/Candra Naya di Jl. Gajah Mada 188, Jakarta Barat. Pada halaman 176-177 buku Chinese Houses in Southeast Asia ada fotonya yang dengan jelas menggambarkan bagaimana CIMCE æ·±äº yang seharusnya terbuka tersebut sengaja ditutup dengan struktur kuda-kuda Tionghoa berukir yang bergenteng kaca, agaknya supaya cahaya tetap dapat masuk, namun air hujan tidak. Dari buatannya, struktur ini sepertinya bukan buatan baru yang ditambahkan kemudian, tapi sudah ada sejak lama, bahkan mungkin seusia bangunannya sendiri yang didirikan pada 1807. Atau, ini memang merupakan tambahan kemudian, namun tetap pada abad 19, beberapa tahun setelah didirikan?
Kiongchiu æ±æ, DK --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou <zho...@...> wrote: kemungkinan besar rumah2 yang anda amati ini tidak terlalu besar, sehingga pemanfaatan ruangannya harus optimal, maka court yard yang seharusnya terbuka dibuat tertutup. ini umum terjadi di rumah2 tua di perkotaan Jawa. From: Dipo <dipod...@...> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tue, March 9, 2010 6:39:58 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Buku Baru: Chinese Houses in Southeast Asia Loek heng & Zhou heng, Jadi penutupan bagian atas sumur langit adalah modifikasi atas desain asli rumah? Karena rumah tua di Pasar Lama konon sudah dihuni oleh 7 generasi, jadi minimal 150 tahunan. Sepertinya (karena saya tidak punya latar belakang arsitektur/sejarah) penutup genting kaca itu sudah ada sejak awal rumah dibangun. Karena dilihat dari struktur atapnya, kalau tidak ditutup maka air akan bocor ke semua bagian rumah. Atau memang ada rumah yang desain awalnya sudah memakai penutup? Salam --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, lkart...@...> wrote: Quoting Dipo <dipod...@...: Ada satu pertanyaan lagi. Apakah semua "lubang vertikal" untuk jalur ventilasi dapat dikategorikan sebagai tian jing ? Karena saya menemui ada 2 macam. #1 terbuka penuh sehingga air hujan dapat masuk. Dan dibawahnya ada "courtyard" lengkap denan saluran pembuangan air hujan. #2 diatasnya ditutupi dengan genting kaca. Di sebuah ruko tua di Malaka ada yang berukuran 1x2 m, letaknya di pojok gedung. Di sebuah rumah di Ps Lama Tangerang ukurannya hampir sebesar ruangan bawahnya. Untuk jenis #2 bagian bawahnya macam2, bisa dapur, bisa ruang keluarga. Mas Dipo, Dalam kenyataannya di lapangan memang banyak sekali variasinya. Di daerah Pecinan SEmarang sekitar kelenteng Tay Kak Sie banyak sekali "sumur langit" tersebut ditutupi oleh material yang transparan (tembus pandang) untuk menahan air hujan masuk ke bawahnya.JUga karena fungsi dibawahnya sudah berubah untuk ruang beraktivitas.Demekian juga di Surabaya,di perumahan kapasan dalam belakang kelenteng Boen Bio dan Ruko di jl.Teh,Kopi,Gula,Karet banyak sekali perubahan-perubahan yang dilakukan.Ada yang dimatikan semuanya karena untuk lantai tambahan dan ada juga yang ditutupi material tembus pandang dan udara masih tetap bisa mengelir keluar masuk tetapi air hujan tidak masuk. Ini sekedar berbagi pengalaman di lapangan. salam loek's