At 19:56 11/04/99 -0500, Ihsan wrote:
>On Sun, Apr 11, 1999 at 01:15:39PM +0000, St. Maradjo Lelo wrote:
> 
>>     Diskusi itu, yang telah melihatkan segala profesi dan pakar dan segala
>>     argumen telah dipertukarkan, segala aspek hukuman mati itu telah
ditungkup
>>     ditelentangkan. 
>> 
>>     Dan kesimpulan mereka adalah: hukuman mati itu tidak ada gunanya dan
- yang
>>     lebih penting - salah. 
>
>Di mana letaknya bahwa hukuman mati tidak ada gunanya menurut pakar
>segala profesi itu?
>
>Kalau yang salah mungkin yang kemarin-kemarin diulang yaitu irreversible
>judgement, itu saya sudah tahu. Ada yang lain? 

Ya jangan gitu argumennya dong mas Ihsan. Justru itu crucial pointnya
diskusi kita ini. Sama aja anda juga ngulang-ngulang terus bahwa ajaran
sosial Islam itu sesuatu yang sudah sempurna, tanpa argumen. Kalo saya sih
langsung aja: ajaran sosial Islam nggak cocok diterapkan di dunia saat ini,
di milenium III ini. Buktinya? Gampang, nggak ada kok yang menerapkan
masyarakat Islam saat ini dan berhasil (maju, kuat, dan makmur). Kalo
argumen anda cerita 1400 tahun yang lalu, saya juga sudah tahu, sudah bosan
malah. Ada argumen lain? Sekarang, gimana anda mengomentari irreversibility
hukuman mati? Apa lagi kalo diterapkan pada kasus yang mirip Karta dan
Sengkon itu?

>>     Orang Islam dimuka bumi ini, jadi juga yang ada di Indonesia, bila
mereka
>>     ingin memajukan ajaran Islam, bila mereka ingin mengeluarkan ajaran
Islam
>>     dari budaya jahiliyah kudu mengikuti dan mempelajari diskusi itu dan
mereka
>>     juga kudu berhenti membaca al-Qur'an secara harafiah. 
>
>Saya tidak melihat relevansi antara penghapusan hukuman mati dengan
>kemajuan.
> 
>>     Sekurangnya, sebelum mereka memamah biak argumen yang itu-itu juga
sejak
>>     empat belas abad yang lalu dan telah dibuktikan salah, mereka kudu
membaca
>>     argumen tandingan yang telah dikemukakan orang dan diterima di Eropa. 
>
>Argumen tidak mengenal waktu, kalau bisa diterima, ya tetap saja disebut
>argumen.
>Di mana argumen tandingan itu bisa dibaca.
> 
>>     Agar jelas: mereka kudu ngah  bahwa pada saat ini ajaran agama Islam
itu
>>     adalah agama semitik yang paling terkebelakang, yang paling biadab,
yang
>>     paling mengerikan, yang paling menjijikkan, yang paling memuakkan. 
>
>Paling terbelakang, paling biadab, paling mengerikan, paling menjijikkan,
>paling memuakkan menurut siapa?
>
>Kalau menurut anda sendiri, saya sudah tahu dari dulu.
> 
>>     Dan sungguh tidak ada gunanya terus-terusan bersikap "buruk muka cermin
>>     orang yang dipecah".
>> 
>>     (Mencari-cari kesalahan saya di berbagai milis ini juga tidak ada
gunanya,
>>     memutar balikkan omongan saya juga tidak ada manfaatnya, menyebarkan
fitnah
>>     dan dusta tentang diri saya juga sungguh tidak akan memajukan pikiran
>>     Islam, sebaliknya malah). 
>
>Jelas, tidak ada hubungannya antara kesalahan anda dan kebohongan anda
>dengan pikiran Islam. 
> 
>>     Agar jelas: yang kudu memperbaiki ajaran agama Islam adalah orang Islam
>>     sendiri dan bukan orang Nasrani atau orang Yahudi, atau orang
agnostik atau
>>     orang atheis. 
>> 
>>     Tapi orang Islam bisa belajar dari pengalaman orang Nasrani,
>>     dari pengalaman orang Yahudi, dari pengalaman orang agnostik, dari
>>     pengalaman orang atheis.
>
>Betul sekali, Orang Islam harus belajar. Tapi harap bedakan antara belajar
>dengan membebek, atau menjadi seperti seekor kerbau yang dicocok
>hidungnya.
>Justru dari melihat apa yang diterapkan Nasrani, Yahudi dan apapun yang
>anda sebutkan semacam itu orang Islam bisa belajar dan bisa melihat bukti
>ketidaklayakan manusia untuk mengklaim dirinya serba tahu.
>
>Lihatlah kegagalan teori pembebasan wanita sebebasnya, yang akhirnya semua
>itu ternyata hanya topeng untuk memperbudak wanita.
>Lihatlah penyimpangan-penyimpangan jiwa dan prilaku yang semakin meluas.
>Lihatlah hipokrasi yang muncul terhadap sebagian ummat manusia terutama 
>terhadap ummat Islam.
>
>Belajarnya ummat Islam adalah bagaimana mengambil yang baik-baik dan
>mencampakkan jauh-jauh segala jenis sampah dan parasit.
>
>Ihsan
>

To unsubscribe send a message to [EMAIL PROTECTED] with in the
message body the line:
unsubscribe demi-demokrasi

Kirim email ke