At 09:00 PM 4/13/99 -0500, Sampurna Sampurno wrote:
>
>Basic  question lah yang gampang-gampang saja:
>
>1. Kebenaran itu apa?
>2. Dari mana seseorang tahu kebenaran itu benar
>   kalau hanya diberitahu bahwa 'sesuatu' adalah
>   benar?
>3. Setelah menjawab no.2, lalu kebenaran itu apa?
>
>

Sasis:
Mas Sampurno ini kok guyon. Pertanyaan yang susahnya bikin rambut brodol kok
disebut "yang gampang-gampang saja".

>
>Saya punya sedikit kajian (tidak berkaitan langsung
>dengan pertanyaan diatas) , mungkin yang lain bisa
>berdiskusi.
>
>Kemarin malam saya berpikir-pikir tentang baik dan jahat.
>Anehnya, saya beranggapan bahwa dalam kebaikan itu 
>tidak ada kejahatan sedikitpun, sekalipun seseorang 
>mengatakan kebaikan maka membunuh untuk kebaikan merupakan 
>kejahatan bagi saya.
>
>Namun lebih aneh lagi ketika saya ingin membalikkan 
>argumen saya, yaitu jika seseorang kerjanya hanya melakukan 
>kejahatan,  sekalipun ia melakukan sesuatu yang 'baik' 
>tapi hati nurani saya tetap saja mengatakan kondisi orang 
>tersebut dalam 'kejahatan'
>
>Singkatnya: baik sekali jahat jadi jahat
>            jahat sekali baik tetap jahat :-)
>

Memang ada yang janggal dalam sistem hukum manusia. Hanya yang jahat dapat
imbalan. Bagaimana dengan yang baik? seharusnya dapat imbalan juga. Tapi
wong namanya dunia, hanya yang punya kepahlawanan spektakuler saja yang
mendapat hadiah. Kadang dipahlawankan. Kadang "kepahlawanan" itu juga dari
"judgement" yang bias. Contoh: setiap tentara dikubur di taman makam pahlawan.

Surga dan Neraka
Inilah puncak utopia naif yang ditawarkan kepada manusia, namun tak pernah
dilaksanakan oleh manuisa sendiri. Yang ada di dunia hanyalah NERAKA. Tak
pernah ada Surga.

NERAKA = hukuman. Neraka adalah imbalan bagi orang yang berbuat kejahatan.
Hukum mati, potong tangan, penjara, bebas G30S, denda finansiil dsb. adalah
konsep yang sama dengan ide neraka. Hukuman-2 itu adalah "neraka dalam skala
kecil". Kadang yang bukan kejahatan juga diancam neraka dalam beberapa
kepercayaan. Contoh: tidak sholat, tidak percaya Yesus, tidak percaya Allah,
tidak pergi haji meski syarat terpenuhi, tidak mengikuti Paus--ikut ikan hiu
terus, tidak mengecam $oeharto dsb. Ini pernah kita diskusikan dengan mata
acara "dosa pasif".

Tapi namanya manusia selalu berat sebelah. Penilaian hanya dari satu sisi.
Bagaimana dengan ganjaran atas jasa? Bahkan cap JAHAT dapat melekat pada
orang atau kelompok yang banyak jasanya. Contoh: Soekarno dan PKI. Manusia
selalu ngudreg- udreg dosa-2 nya. Jasa sepertinya jadi tenggelam dan tidak
diberi imbalan/kredit apapun. Kalau manusia konsisten dengan kepercayaan
akan bagusnya SORGA, maka orang tersebut harus mau memberi imbalan atas
perbuatan baik. Untuk guru-guru SD sampai SMA misalnya. Siapa yag mau
mengeluarkan sedikit harta untuk guru yang jelas berjasa tapi nasibnya
selalu sial? Jarang. Jarang ada. Jarang ada Sorga di dunia ini. Kebanyakan
hanya neraka.

Kalau tuhan ada, apakah beliau akan membuat penilaian seperti di atas? Saya
yakin tidak, khan beliau Maha Adil? Makanya saya tidak merasa takut
sedikitpun untuk mengambil posisi agnostik, dan selalu terbuka untuk pindah
ke posisi gnostik: theist ataupun atheist.


Sasis:
==========
Ps: awalnya saya bingung membaca ini:
>Singkatnya: baik sekali jahat jadi jahat
>            jahat sekali baik tetap jahat :-)

Saya "edit":
Singkatnya: baik: sekali jahat, jadi jahat
            jahat: sekali baik, tetap jahat :-)

koma sering dibaca sebagai pause/jeda/berhenti sejenak.

>Jadi kerapkali kita terpancing oleh 'doktrin' yang
>telah ditanamkan di kepala kita, dan susah 
>melepaskannya.
>
>Dari kecil kita sudah dipatok oleh orang tua, paman,
>guru, kyai, atau romo
>
>Pencuri...masuk neraka...
>Pencuri...masuk neraka...
>Pencuri...masuk neraka..
>
>Sehingga sekalipun pencuri melakukan kebaikan, tetap
>saja cap kita kepada si pencuri adalah ..pencuri..
>
>Bahkan tobat si pencuri pun seringkali ditolak
>manusia. Dalam hal ini secara tidak sadar kita
>telah melewati otoritas Allah (if any kata Sasis :))
>yang maha pengasih dan pemurah lagi penyayang itu.
>
>
>Atau mengambil excerpt jusfiq: Tuhan saja baru menghakimi
>manusia di hari akhir, mengapa manusia berani-beraninya 
>menghakimi sesama manusia sekarang?
>
>
>Dalam kebaikan absolut, tidak ada kejahatan sekalipun
>dilakukan untuk kebaikan.
>Dalam kejahatan absolut, tidak ada kebaikan sekalipun
>dilakukan untuk kejahatan.
>
>Otherwise, (mungkin) beginilah dunia ini jadinya... :-{
>
>
>
>
>Sampurna
>
>
>>From: "Ihsan" <[EMAIL PROTECTED]>
>>Reply-To: [EMAIL PROTECTED]
>>To: Multiple recipients of list <[EMAIL PROTECTED]>
>>Subject: Re: [demi-demokrasi] Tentang hukuman mati
>>Date: Tue, 13 Apr 1999 19:45:24 -0500 (CDT)
>>
>>On Tue, Apr 13, 1999 at 06:55:04PM -0500, Krishna wrote:
>>
>>> Mas hsan <[EMAIL PROTECTED]>
>>> >Membentuk manusia-manusia yang menghargai keberadaan seorang 
>manusia,
>>> >sehingga bahkan orang lain yang ingin merusak dirinya sendiripun
>>> >diselematkan.
>>> >Dan membentuk manusia-manusia yang berkeadilan, bebas KKN.
>>> ---------------------------
>>> untuk menghargai keberadaan seorang manusia, apakah perlu 
>dilakukan dengan cara
>>> meniadakan keberadaan seorang manusia?
>>> anda jangan membunuh, kalo anda membunuh, anda akan dihukum mati 
>yang =
>>> dibunuh..
>>> 
>>> o ya, apakah menghukum mati (=membunuh) itu adalah BENAR, atau 
>DIBENARKAN?
>>> kalo yang namanya DIBENARKAN, apakah itu adalah BENAR?
>>
>>KEBENARAN yang pertama dikemukakan Islam adalah jangan membunuh 
>seorangpun
>>hanya untuk membunuh.
>>Adalah KEBENARAN pula membunuh dalam peperangan karena awalnya 
>diperangi.
>>

To unsubscribe send a message to [EMAIL PROTECTED] with in the
message body the line:
unsubscribe demi-demokrasi

Kirim email ke