Jika orang tengah kesulitan makanan di rumah diajak
berdemokrasi, maka ia mau tidak mau akan lebih ngiler
ngisi perut daripada ngisi kolom-kolom pilihannya
dikertas pilkada sesuai aspirasi politiknya. Lebih
dahsyat lagi, andaikata ada yang menjanjikan
alternatif sepuluh piring nasi untuk satu suara, dan
yang lainnya menyebut dua puluh piring, maka pilihan
orang yang tengah kesulitan pangan adalah memilih si
kandidat partai yang memberikan duapuluh piring.

Demokrasi di tengah masyarakat yang tergencet
kesulitan pangan adalah dillema. Oleh sebab itu hal
ini harus ditelaah dengan serius oleh para pengkaji.


      

 
--- Agus Hamonangan <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

>
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0706/17/utama/3617021.htm
> =======================
> 
> Jakarta, Kompas - Kemiskinan dan kesenjangan
> masyarakat adalah
> persoalan besar yang harus dihadapi Indonesia,
> negara Islam lainnya,
> dan dunia internasional. Selama kemiskinan dan
> kesenjangan itu masih
> ada, peluang terjadinya benturan peradaban akan
> terus muncul.
> Kemiskinan dan kesenjangan juga menjadi ancaman bagi
> perdamaian dunia.
> 
> Oleh karena itu, perang melawan kemiskinan dan
> ketidakadilan, yang
> memunculkan kesenjangan, harus menjadi agenda utama
> negara di dunia
> ini, termasuk Indonesia.
> 
> Demikian peringatan Menteri Pertahanan Juwono
> Sudarsono dalam ceramah
> umumnya pada pembukaan Centre for Dialogue and
> Cooperation among
> Civilizations (CDCC) di Jakarta, Jumat (15/6) malam.
> 
> Lembaga dialog dan kerja sama peradaban yang digagas
> Ketua Umum PP
> Muhammadiyah Din Syamsuddin itu mempunyai cita-cita
> besar untuk
> mencegah terjadinya benturan peradaban.
> 
> Hadir pada acara itu antara lain Duta Besar Inggris
> untuk Indonesia
> Charles Humfrey, Ketua MPR Hidayat Nur Wahid,
> anggota DPR Didik J
> Rachbini dan Rustam Effendy, Dekan Fakultas Ilmu
> Sosial dan Ilmu
> Politik Universitas Indonesia Gumilar R Somantri,
> Ketua Majelis Ulama
> Indonesia Amidhan, serta pengamat politik Saiful
> Mujani dan Sukardi
> Rinakit.
> 
> Perspektif pertahanan
> 
> Juwono menegaskan, Indonesia dan sejumlah negara di
> dunia kini masih
> berkutat dengan kemiskinan, ketidakadilan, serta
> jutaan warganya yang
> masih hidup dalam penderitaan. "Jika ini tidak
> diselesaikan, benturan
> peradaban itu bisa menjadi kenyataan," ujarnya.
> 
> Kalau dimasukkan perspektif pertahanan, lanjut
> Juwono, pertahanan
> bukan saja terkait persoalan persenjataan, tetapi
> juga meliputi
> problema sumber daya manusia. "Kondisi rakyat yang
> akses terhadap
> pendidikannya rendah dan minim keahlian, serta
> meningkatnya
> pengangguran bisa menimbulkan kerawanan keamanan,"
> ujarnya.
> 
> Tentang benturan peradaban yang menjadi tesis pakar
> politik Samuel
> Huntington, Juwono menegaskan, sebetulnya persoalan
> itu masih dapat
> diperdebatkan.
> 
> "Jika ada masalah antara impian dan kenyataan,
> Huntington mengatakan,
> benturan peradaban itu semakin didorong muncul.
> Padahal, di Barat pun
> ada benturan budaya. Begitu juga di belahan Timur,
> ada China yang
> berkembang maju atau India yang menyusul maju,"
> ujarnya.
> 
> Din Syamsuddin menambahkan, tanpa dialog
> antarperadaban, kondisi dunia
> ini dapat lebih buruk lagi. Itu sebabnya dunia Islam
> dan dunia Barat
> yang memiliki potensi besar untuk berhadapan harus
> terus membangun dialog.
> 
> Dia mengingatkan, berbahaya jika Barat dan Timur
> dibiarkan terus
> berhadapan. (mam)
> 
> 
> 
> 



 
____________________________________________________________________________________
Expecting? Get great news right away with email Auto-Check. 
Try the Yahoo! Mail Beta.
http://advision.webevents.yahoo.com/mailbeta/newmail_tools.html 

Reply via email to