Rekan-Rekan FPK, Alangkah indahnya dunia kalau kita cuma bisa bicara masalah KETAHANAN ENERGI, lupakan yang lain. Realitanya tidak demikian, Indonesia masih butuh DUIT untuk membiayai APBN. Kalau gas dan batubara kita simpan saja di dalam bumi hanya untuk simpanan masa depan, bagaimana caranya anggaran pendidikan dinaikkan 20%? Ngutang?
Meskipun gas diekspor ke luar negri, keseimbangan neraca gas domestik dan ekspor akan diperbesar dari posisi 42:58 saat ini menjadi 50:50. Berita lengkapnya bisa dilihat di: http://www.fiskal.depkeu.go.id/bapekki/klip/detailklip.asp? klipID=N601436689 Mengenai Vatenfall, coba lihat dulu kutipan berikut: "In the interest of protecting the climate, it is desirable that politicians return to more realism. At the same time, energy companies -- Vattenfall first and foremost -- have to commit themselves to the greatest possible transparency and safety in order to dispel doubts about the technology. Otherwise, incidents like those in Krümmel and Brunsbüttel threaten to become a much bigger problem -- for the cause of climate protection." Berita lengkapnya bisa dilihat di: http://www.spiegel.de/international/germany/0,1518,493551,00.html REALITA bung, jangan terus menerus bertanya KAPAN? KAPAN KAWIN? Sudah hapal kan jawabannya :) Best Regards, Rudyanto --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "Djoko Mulyanto" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pak, kalau mau mencapai ketahanan energi, kenapa harus ekspor gas dan > batubara? Jawaban Bapak kok masih nda masuk akal > > Setelah peristiwa Vatenfall, Jerman semakin yakin menutup PLTN mereka > > On 7/26/07, rudyanto_nebeng <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Rekan-Rekan FPK, > > > > Mungkin rekan-rekan FPK yang anti nuklir, masih belum memahami benar > > pentingnya KETAHANAN ENERGI dan PEMANASAN GLOBAL. KETAHANAN ENERGI > > jelas membutuhkan yang BESAR-BESAR, yang kecil-kecil jadi pelengkap. > > Selama mindset mengenai KETAHANAN ENERGI masih belum berubah apalagi > > PERSEPSI mengenai resiko yang dibesar-besarkan (dipolitisir), Anda > > tidak akan bisa memahami akan pentingnya PLTN bagi KETAHANAN ENERGI. > > Begitu pula dengan PEMANASAN GLOBAL, mungkin rekan-rekan FPK sudah > > terpaku dengan isu Chernobyl, sehingga tidak menyadari bahwa ancaman > > PEMANASAN GLOBAL sudah begitu nyata (pelan tapi pasti). Negara > > Jerman saja akhirnya maju mundur untuk menutup PLTN-nya karena punya > > target untuk mengurangi tingkat emisi GRK-nya (tidak bisa tercapai > > kalau PLTN ditutup). > > > > Saya melihat bahwa ada anggota FPK yang akan mengadakan sebuah > > seminar mengenai peran energi angin dan matahari dalam menjawab > > tantangan krisis listrik (ketahanan energi). Hendaknya hasil seminar > > tersebut bisa di-share di Komunitas FPK, agar semua pihak bisa > > belajar seberapa besar energi angin dan matahari bisa memenuhi > > kebutuhan energi dan berapa harganya. Tidak ada yang salah kalau > > nantinya kedua bentuk energi tersebut ternyata hanya bisa menjadi > > sumber energi pelengkap SAAT INI. Setuju pula bahwa Indonesia harus > > mengadakan banyak riset untuk energi alternatif. > > > > Tapi yang harus kita ingat baik-baik adalah THE CLOCK IS TICKING. > > Kita hendaknya segera mengambil keputusan untuk KETAHANAN ENERGI > > Indonesia sepuluh tahun lagi. Kita tidak bisa menunggu terobosan- > > terobosan dari riset-riset. Kita tidak pernah tahu pasti kapan > > terobosan/breakthrough itu terjadi, sama seperti menanyakan KAPAN? > > KAPAN KAWIN? Sudah tahu kan jawabannya? > > > > Btw, tahun 2009 sudah dekat. Saya kira rekan-rekan FPK yang anti > > nuklir bisa segera melobi calon-calon yang bisa menampung aspirasi > > Anda (kalau ada)... > > > > Best Regards, > > Rudyanto >