Dasar pemikirannya adalah Bretton woods system. Inilah saatnya USA menang PD2 menjadi superpower, diciptakan Bretton woods system dengan kaki tangan perpanjangannya seperti IMF dan World bank sbg tukang monitor jalannya system ini. Mulailah era US dollar adalah raja mata uang dunia. Ini adalah hasil kemenangan PD2.
Setelah Bretton woods systems, duit yg tercetak itu praktis sudah tidak ada jaminannya. Bretton woods itu menggantikan gold standard. Jadi sekarang setiap negara bisa cetak duit. Tetapi kalau tidak terpaksa gak ada yang berani. Masih mendingan pinjam duit. Jadi debt itu masih lebih ringan drpd printing money dari resikonya. Printing money itu gampangnya menciptakan devaluasi/mata uang lemah. Sebaliknya kalau pinjam duit karena duitnya dari luar seperti Indonesia artinya ada US dollar masuk jadi harus dikonversikan kerupiah. Ini bikin rupiah menguat. Negara printing money itu karena 2 faktor umumnya: pertama menggantikan uang lama yang hilang misalnya koin buat change/ganti duit atau buat parkir. 1 sen nya US dollar itu tidak berarti tetapi tetap harus ada krn digunakan utk change/ganti duit. Ini bisa diukur dari money suppy atau outstanding money yaitu: M1, M1, M3 dll. Kedua dalam keadaan darurat krn ekonominya sudah babak belur beneran. Contohnya ketika Obama menang utk menolong krisis financial 2007, dia cetak duit terus. Bagusnya Obama berhasil. Bagi saya ini karena US dollar. US dollar itu kuat karena politik bukan karena fundamental ekonomi saja. Dibandingkan dengan renminbi, sekuat2nya fundamental ekonomi RRT, tanpa kekuatan politik tidak akan bisa apa2. Bbrp negara sudah tahu ini lalu mau keluar dari US dollar tapi lihat konsekwensinya dihancurkan. Contohnya jelas: Venezuela, qadafi, iran dll. Sekarang RRT sangat berhati2 utk bermain dalam mata uang ini. lihat kampanyenya trump yg salah satunya bilang RRT adalah currency manipulator. Ini statement politik bukan ekonomi. Point yg lain yg penting adalah kalau seseorang hutangnya kebanyakan, bukan penghutang/debitor yg ketakutan, tetapi yg punya piutang/kreditor yg ketakutan krn takut tidak dibayar. ini kata trump dan saya melihat kebenarannya. RRT selalu terbesar kasih pinjaman ke usa. Sejak 2008 RRT nomer kasih usa pinjaman, s/d tahun lalu 2016 jepang yg gantiin jadi terbesar krn RRT jual T notes nya/surat hutang usa. RRT jual T notes dan beli yuan. Dulu RRT boom/meledak eksportnya. Jadi mrk harus mempertahankan yuan yg lemah demi eksportnya. Makanya RRT harus beli T notes/kasih pinjaman ke usa. Ini artinya beli dollar jual yuan. Sekarang eksportnya RRT lesuh, terbalik: jual dollar beli yuan krn RRT gak pusing dengan eksportnya yg memang sedang lesuh. Ini pintar tetapi ya diperhatikan oleh usa terutama trump yg republiken. Salam Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Wednesday, June 21, 2017 12:54 AM To: Gelora45 <GELORA45@yahoogroups.com> Subject: Re: [GELORA45] Kapan RI tak Perlu Terbitkan Utang untuk Bayar Bunga Utang? Saya tanya teman2 yang pernah kerja di bank.Ini penjelasan mereka kalau digabungkan <https://mail.google.com/mail/images/cleardot.gif> Selama (Bank Sentral) dunia begitu sinting dan bersedia menerima US dollar sebagai reserve currency atau mata uang cadangan, Uncle Sam bisa mencetak uang seenak perut dan bikin utang sepanjang zaman.US dollar dimanamana masih diterimasebagai bayaran resmi, sedangkan renminbi tidak. Tetapi tidak mungkin mencetak sebesar/besarnya begitu saja untuk sekaligus bayar utang, karena akan terjadi devaluasi dollar di internasional dan dalam negeri Amerika sendirIi ! Yang akan bikin rusak ekonominya sendiri. Kalau sedikit2, dan nyetaknya terkontrol menurut kebutuhan, masih bisa. Ya tetapi selama kamu dan saya begitu gila untuk menyimpan dollar dan bukan yuan, itu salah kita sendiri ! Makanya negara negara Arab, setelah first oil crisis, sudah mulai menuntut bayaran minyak mereka dalam mata uang Eropa disamping US dollar. Mereka mulai sadar utang Uncle Sam tidak akan bisa terbayar dan kemudian Tiongkok menyusul dengan membeli emas sebagai cadangan di Peoples Bank of China (Bank Sentral Tiongkok) untuk mengimbangi cadangan US dollar mereka serta diversifikasi ke euro, pound sterling dll.Tiongkok tidak mau tergantung saja kepada cadangan (reserve currency) valuta US dollar saja. Tiongkok takut kalau semua cadangannya dalam dollar, bisa berbahaya, kalau kurs dollar jatuh. Namun begitu, Uncle Sam tetap ngotot mencetak duit dan utang dan teman yang beri penjelasan memprediksi dollar Amerika suatu waktu bisa runtuh dan sistim keuangan dan perbankan Amerika bisa tumbang. Tiongkok sudah lama sibuk siap siap untuk saat ini. On 21 June 2017 at 05:42, jonathango...@yahoo.com <mailto:jonathango...@yahoo.com> [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> > wrote: yg ingin anda fokuskan yg apa? option cetak USD utk bayar utang? itu selalu ada yg setuju dan ada yg tidak dgn berbagai argumennya masing2. Paul Krugman pemenang Nobel Ekonomi th 2008 juga melihat adanya option cetak USD buat bayar utang ini. US disini mempunyai posisi istimewa yg tidak bisa dibandingkan dgn negara lain, pertama seperti berulangkali saya utarakan utang itu dalam mata uang sendiri yg pemerintah kalau mau bisa dgn gampang cetak duit. Kedua, USD memegang lebih dari 2/3 cadangan devisa diseluruh dunia sementara kurang dari 1/3 dibagi antara Euro, Yen etc shg penurunan nilai USD juga ditanggung bersama dgn negara2 lain. ---In GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> , <djiekh@... <mailto:djiekh@...> > wrote : Kalau suatu negeri cadangan dollarnya banyak, kalau mau bayar utang kan gampang. Belum lagi jumlah yang diutangkan begitu banyak. Orang Belanda bilang, tidak bisa menyamakan appel dan buah peer. Sebaiknya tetap di persoalan yang dibicarakan saja, tidak pindah2 ke persoalan lain. On 21 June 2017 at 00:07, Jonathan Goeij <jonathangoeij@... <mailto:jonathangoeij@...> > wrote: Kelihatannya anda concern sekali dgn utang USA, tetapi sadarkah bahwa utang Tiongkok itu tidak kalah besar. Dibawah kutipan dari Reuters: "China's debt is more than 250 percent of GDP, higher than the United States. It remains lower than Japan, the world's most indebted leading economy, but some experts say the concern is that China debt has surged at the sort of pace that usually leads to financial bust and economic slump." http://fingfx.thomsonreuters. com/gfx/rngs/CHINA-DEBT- GRAPHIC/0100315H2LG/ <http://fingfx.thomsonreuters.com/gfx/rngs/CHINA-DEBT-GRAPHIC/0100315H2LG/> Sekarang begini saja, hipotetikal skenarion seandainya US dan RRT cetak duit buat bayar utang, apa efek yg menimpa masing2? On Tuesday, June 20, 2017 1:57 PM, kh djie <djiekh@... <mailto:djiekh@..> > wrote: Daripada Amerika utang pada negeri lain, dan mau kemudian bayar kembali dengan cetak uang, apa bedanya dengan tidak utang, tetapi cetak uang sendiri lebih banyak ? Cetak uang lebih banyak untuk salah satu keperluan ini, teknis bisa, tetapi ekonomis rugi , ekonomi bisa bertahun tahun rusak.. Keterangannya tsb. di bawah : https://www.quora.com/Why- dont-we-simply-print-16- Billion-1000-bills-and-pay- off-our-debt <https://www.quora.com/Why-dont-we-simply-print-16-Billion-1000-bills-and-pay-off-our-debt> Why don't we simply print 16 Billion $1000 bills and pay off our debt? 11 Answers <https://www.quora.com/profile/Josh-Wood-5> <https://www.quora.com/profile/Josh-Wood-5> Josh Wood, economusician. <https://www.quora.com/Why-dont-we-simply-print-16-Billion-1000-bills-and-pay-off-our-debt/answer/Josh-Wood-5> Updated Sep 22, 2012 Why hasn't anyone else thought of this? Julian is partly correct that no one would want to lend to us anymore. But if we were able to pay off our loans by just printing more money, why did we ever need to borrow it in the first place? Let's entertain that thought in a moment. First, to address your immediate question, we could potentially resolve our debt problem in that way, but it would lead to much bigger problems. Primarily, it would result in hyperinflation, as was suggested, with 16 trillion new US dollars in international hands and over a trillion of that in China alone--a dramatic increase in national income everywhere except the US. That income spike would cause aggregate demand for goods purchasable in USD to soar. Merchants would naturally respond by increasing the price of their goods, restabilizing the real value of the dollar. The consequences of such a series of events would be catastrophic. The purchasing power of the dollar would decrease enormously. This would place strain on American buyers who now have to pay more for goods without the higher income that China has received and thus cause a recession that would dwarf that of 2008. Unemployment would spike, as many firms would find it advantageous to migrate to China and elsewhere where there is new demand for their products. Meanwhile, the People's Bank of China, for one, would be pissed because, even though they now have more dollars than they did before, those dollars aren't worth nearly as much as when they sold that debt to the US. Whereas before $1.3 trillion could have bought China, say, 200 aircraft carriers (fairly close to current market price), after inflation of this variety it might only buy them 20. And you and I both know that China's in this for the aircraft carriers. They would begrudgingly buy those 20 carriers and haul them across the Pacific to vent their frustrations against our now-decrepit Treasury in person. Meanwhile, we'd be firing bows and arrows from canoes like those island people that went to war with the US in that British movie. Doomsday scenarios aside, we would end up with two major problems (among others, for sure): a devastating recession and a diplomatic fallout with China (and other servicers of US debt). Basically, the dollar is only valuable if it's scarce, because we use it to procure scarce resources. When it's no longer scarce, its no longer transitive as a currency and has no value. So, in reality, the reason that other countries would no longer lend us money if we freely printed our own is because the exchange rate between the dollar and any other currency would approach zero, leaving banks and merchants with nothing to gain by transacting in US dollars. There would be no incentive for nations to produce anything of real value, rendering the concept of GDP meaningless. Furthermore, if we could resolve debt by just printing bills, there would be nothing to prevent other countries/central banks from doing so--and you would end up in a world full of meaningless currency. 2017-06-20 21:46 GMT+02:00 Jonathan Goeij jonathangoeij@.. <mailto:jonathangoeij@...> [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> >: Bung Djie, Tiongkok punya cadangan devisa USD 3 T, apakah anda pikir semuanya uang kertas? ---In GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> , <djiekh@... <mailto:djiekh@...> > wrote : Jadi kalau Amerika utang x biljoen dollar, terus cetak x biljoen dollar, bayarkan ke Amerika dan jepang, lalu utangnya tinggal nol ? Apa ya, utang itu dibayar uang cash ? Kok saya dengar2 bayarnya lewat balans suatu negara lewat berbagai bank. Seperti Indonesia itu katanya punya cadangan dollar ada di berbagai bank Singapore, Inggris, Belanda, Swiss dll. ? 2017-06-20 20:17 GMT+02:00 Jonathan Goeij <mailto:jonathangoeij@...> jonathangoeij@... [ GELORA45] < <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@ yahoogroups.com>: Bung Djie, kelihatannya anda masih penasaran/bingung apa bedanya pengaruh cetak duit thd utang dalam mata uangnya sendiri dan bukan mata uangnya sendiri. Saya beri contoh sederhana secara tehnis: Misal: Nilai sebelum cetak duit rupiah = 10 ribu / USD Utang dollar 1000 USD atau Rp 10 juta cetak duit, rupiah terdevaluasi Nilai setelah cetak duit rupiah = 15 ribu / USD Utang 1000 USD jadi Rp 15 juta dus setelah cetak duit utk bayar utang 1000 USD itu bukan lagi Rp 10 juta tetapi Rp 15 juta. terlihat cetak duit tidak bermanfaat. sedang kalau utang dlm rupiah katakanlah 10 juta, sebelum atau sesudah cetak duit ya tetap sama 10 juta. disini manfaat cetak duit buat bayar utang jadi optimal. ---In <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com , <djiekh@... <mailto:djiekh@...> > wrote : What is the 'Fisher Effect' The Fisher effect is an economic theory proposed by <http://www.investopedia.com/terms/e/economist.asp> economist Irving Fisher that describes the relationship between <http://www.investopedia.com/terms/i/inflation.asp> inflation and both real and <http://www.investopedia.com/terms/n/nominal.asp> nominal interest rates. The Fisher effect states that the <http://www.investopedia.com/terms/r/realinterestrate.asp> real interest rate equals to the <http://www.investopedia.com/terms/n/nominalinterestrate.asp> nominal interest rate minus the expected inflation rate. Therefore, real interest rates fall as inflation increases, unless nominal rates increase at the same rate as inflation. Read more: <http://www.investopedia.com/terms/f/fishereffect.asp#ixzz4kYXRpvxK> Fisher Effect <http://www.investopedia.com/terms/f/fishereffect.asp#ixzz4kYXRpvxK> http://www. investopedia.com/terms/f/ fishereffectasp#ixzz4kYXRpvxK Follow us: <http://ec.tynt.com/b/rf?id=arwjQmCEqr4l6Cadbi-bnq&u=Investopedia> Investopedia on Facebook 2017-06-20 17:16 GMT+02:00 Jonathan Goeij < <mailto:jonathangoeij@...> jonathangoeij@...>: ---In <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> GELORA45@yahoogroups.com , <nesare1@... <mailto:nesare1@...> > wrote :