Bung Djie,

Bung menyinggung rencana cruise Laut Tengah mengingatkansaya pada Ocean Cruise 
Sydney – New Zealand kita bersama teman2 dari LosAngeles 4 tahun yang lalu. 
Sungguh suatu kenang2an indah. Saya masih ingat,dalam pelayaran Sydney ke 
Milford yg makan waktu satu hari penuh itu bung lebihbanyak duduk di korsi 
malas ditepi kolam renang di deck paling atas, asyikmembaca buku. Berkat bung, 
Berta dan teman2 baik dari LA itu yg selalu gembira satuminggu diatas kapal 
tidak terlalu menjemukan.

Saya sengaja menyelipkan kata ”evaluasi” karena tentu adaperkebunan2 
menggunakan HGU itu yang produktif, dikelola secara sehat, efektifdan 
memberikan pemasukan berarti kepada Negara. Lahan2 HGU diluar itu 
sudahsewajarnya diambil kembali oleh Negara untuk di bagi2kan kepada petani.

Sebenarnya ini hanyalah reforma agraria yang sangat sangatringan, jauh dari 
jiwa UUPA. Dan sebenarnya kalau mau Pemerintah Jokowi bisamelakukan itu tanpa 
khawatir akan di cap BTI atau PKI. Karena tanah2 konsesi ituadalah milik 
Negara. Tetapi tidak, Jokowi dalam hal ini bersikap pasiv. Iahanya menunggu. 
Menunggu pemegangkonsesi2 besar itu akan dengan murah hati sukarela 
mengembalikan konsesinyakepada Negara. Ya, ndak bakal lah. 

Btw, akhirJanuari yl saya menghadiri sebuah Seminar On Agroforestry and Its 
ContributionTowards Achieving SDGs (Sustainable Development Goals) yang 
diselenggarakanoleh KTH Royal Institute of Technology Stockholm. Seminar 
dihadiri olehpakar2, para akademisi terkait, wakil2 Pemerintah dan pengusaha  
Swedia, Indonesia dan negeri2 penghasil kelapasawit lainnya dari Asia dan 
Amerika Latin. Sangat interesting. Sungguh masihbanyak yg bisa dilakukan 
dibidang research, teknology, ilmu kimia, ilmu pertaniandan lain2, untuk 
meningkatkan produktivitas dan efisiensi hingga pengembanganagroindustri 
khususnya kelapa sawit tidak harus merambah tanah (hutan) baru.Dari seminar 
juga terungkap masih sangat banyak industri dibidang ini yang beroperasitidak 
searah dengan certification dan tidak berkontribusi untuk mencapai SDGsyang 
ditetapkan PBB. Khusus Indonesia, ton/hectar perkebunan kelapa sawit kitamasih 
jauh dibawah Malaysia. Ampas kelapa sawitpun masih banyak yang 
belumdimanfaatkan.

 

Salam

 

//Tom


    Den måndag 25 februari 2019 13:14:38 CET, kh djie <dji...@gmail.com> skrev: 
 
 
 Bung Iljas,Kalau Jokowi ngomong mau evaluasi saja untuk bagikan tanah konsesi 
ke rakyat, pastibakal ribut, orang akan ketakutan kehilangan tanah 
konsesinya.Tidak tahu apa sudah saatnya untuk menyetop pemakaian tanah hutan 
untuk kelapa sawit,dan perkebunan kelapa sawit harus dioptimalkan, tidak boleh 
diperluas.Mungkin kalau tanah gambut diubah jadi perkebunan kelapa sawit, masih 
boleh.Yang bisa dilakukan dan sudah ada peraturannya, adalah tanah yang tidak 
diolah diambilkembali oleh negara ? HGU yang sudah habis waktunya, bisa 
dihutankan kembali, bisa dijadikan tanah transmigrasi dll.Kalau di Belanda 
jaman dulu, gambut itu ditambang, dikeringkan , dibikin briket, dijadikan bahan 
bakar. Mungkin untuk Pembangkit listrik tenaga uap ? Dulu semua serba 
sederhana,ngambilnya pakai perahu yang datar.Mungkin perlu dilakukan begitu di 
beberapa tempat, daripada setiap kali ada kebakaran, dan menimbulkan polusi 
asap.Di Belanda, bekas gambut yang diambil, jadi danau untuk rekreasi motor 
boot, zeilboot,perumahan di tepi danau, pemeliharaan ikan.Saya lihat orang 
Dayak di Kalimantan sudah bisa mengatasi kemungkinan kebakaran tanahgambut 
dengan bikin sumur boor. Gambut yang mulai agak kering, dengan kemungkinan 
terbakardisemprot air. Saluran2 air juga dibikin.Tahun ini kami nemani teman 
sekeluarga, anak, menantu dan cucu2nya dari Toronto cruise LautTengah. Ya, 
sekarang, kami sudah mulai sulit jalan, jadi ya cruise mungkin lebih cocok. 
Bisa enak ngobrol2Salam,
KH

Pada tanggal Sen, 25 Feb 2019 pukul 12.41 Tom Iljas iljas...@yahoo.se 
[GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com> menulis:

     

 
Kesan saya setelah mencermati pidato Jokowi: Benang merah pembangunan 
ekonominya adalah ekonomi kerakyatan. Bagus.Kritik saya:Di tengah2 pidatonya 
Jokowi menekankan ber-ulang2:" Jika ada konsensi besar yang mau mengembalikan 
konsesinya kepada negara, saya tunggu. Dan akan saya bagikan untuk rakyat 
kecil".
Ini jelas ditujukan kpd Prabowo. Sekedar propaganda untuk meraih suara. Belum 
tentu niat tulus Jokowi untuk mem-bagi2kan tanah konsesi kepada petani dalam 
rangka program reformasi agraria.
Kalau mau melaksanakan program reformasi agraria penggalan pidato itu harusnya 
berbunyi:
"Saya (Pemerintah) akan mengevaluasi konsesi2 besar, memastikan untuk 
mengembalikan konsesinya kepada negara untuk di-bagi2kan kepada rakyat 
(petani). Se-kurang2nya konsesi besar yang tidak ada manfaatnya bagi 
perekonomian negara dan rakyat".
Kata "evaluasi" diperlukan karena ada konsesi besar spt kebun kelapa sawit, 
melalui kontrak  Hak Guna Usaha, menunjang eknomi negara dalam bentuk pajak.
//Tom

    Den söndag 24 februari 2019 22:26:42 CET, Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com 
[GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com> skrev:  
 
     



https://www.youtube.com/watch?v=8Xwyq2o7u6g
    

   
  

Reply via email to