ChanCT 於 26/2/2019 9:48 寫道:

Ooouh, mudah2an bisa cepat sembuh dan kuat kembali, bung Djie, ...!


kh djie dji...@gmail.com [GELORA45] 於 26/2/2019 6:27 寫道:
Bung Ilyas,
Ya, waktu cruise sepanjang pantai New Zealand itu keadaan saya waktu itu lumayan.
Sudah sembuh dari hernia punggung bawah L4-L5 dan juga dar kanal stenose.
Yang paling menggembirakan saya bisa janjian dan ketemu teman dekat. Meskipun tidak satu jurusan, dia dari Kimia murni, tetapi saya sering mampir ngobrol di empa kost dia, dan saya kenal semua eman2 seindekostnya.. 2 tahun yang lalu, saya dapat e-mail dari anaknya kalau dia meninggal, pagi-pagi dari bangun tidur, presis di ambang pintu kamar tidurnya. Waktu terakhir ngobrol di New Zealand itu, saya baru tahu kalau dia 3 tahun lebih tua dari saya. Saya jadi heran, mengapa bisa begitu. Dia bilang, dulu di Garut sekolah Tionghoa, sekolahnya dibakar waktu Belanda mau masuk. Sampai 3 tahun, dilarang sekolah oleh kakeknya, karena tidak aman. Saya bilang, saya setahun tidak sekolah, sekolahannya dibakar habis, tetapi untung saya di rumah diajari paman saya. Masuk sekolah, boleh melompat dari klas 1 SD ke kelas 3. Ada teman sekuliah juga 2-3 tahun umurnya lebih tua karena ada yang pindah pindah sekolah, dari sekolah Tionghoa, ke sekolah Belanda, kemudian ke sekolah Indonesia. Ada juga satu teman, umur 16 tahun sudah masuk ITB, karena dia dari HBS. Ujian bahasa Indonesia untuk masuk ITB tidak lulus, tetapi ya ngerti, tidak ada persoalan. Waku lulus ITB, ITB nya lupa, tidak ada catatannya kalau dia masih harus ujian bahasa Indonesia...... Teman se HBSnya, yang tidak seberani dia, masuk SMAK di Bandung dulu, ujian SMA lulus,
baru masuk ITB.
Punya teman ex HBS itu enak, waktu harus baca literatuur dalam bahasa jerman untuk praktikum. Saya sedang baca, sambil buka kamus. Dia lihat, dia langsung terjemahkan. Sampai sekarang bahasanya masih bagus, berani terjemahkan artikel ke bahasa Perancis, dan dimuat di Perancis. Kalau menang, mungkin Jokowi berani ambil kembali tanah2 yang terlantar dan menyetop pemberian konsesi baru HGU dan Hak Tanam tanaman industri.Kalau masalah HAM, saya kira tidak akan diusut secara hukum. Yang kasih perintah kan sudah mati semua atau sudah sulit dapatkan saksi2nya. Saya kira paling-paling pemerintah mengaku berbuat salah, melakukan tindakan berlebihan, lalu menganjurkan semua supaya dengan ikhlas saling memaafkan dan menjaga tidak terjadi lagi
pelanggaran.
Di Belanda dulu, dianggap satu petani perlu punya 16 ha tanah, baru bisa hidup cukup. Tidak tahu sekarang. Saya yang tahu, Kodam jatim punya tanah luas . Dulu bisa disewa. Sekarang saya susah jalan. Rupanya kena artrose di pinggul dan lutut. 3 minggu lagi dokternya bau
balik dari vakantie, mau beri keterangan dari foto apa benar begitu.
Sementara saya dibehandel fysiotherapy, tiap minggu 2 behandeling ( 2 X setengah jam) . Kalau bisa, ya , supaya cepat sembuh. Dari assuransi saya dapatnya 27 kali dalam setahun + 12 kali kalau ada
artrose. Jadi selebihnya mesti bayar sendiri.
Bagimana keshatan bung. Baik-baik saja ?
Salam,
KH


Pada tanggal Sen, 25 Feb 2019 pukul 18.14 Tom Iljas <iljas...@yahoo.se <mailto:iljas...@yahoo.se>> menulis:

    Bung Djie,

    Bung menyinggung rencana cruise Laut Tengah mengingatkan saya
    pada Ocean Cruise Sydney – New Zealand kita bersama teman2 dari
    Los Angeles 4 tahun yang lalu. Sungguh suatu kenang2an indah.
    Saya masih ingat, dalam pelayaran Sydney ke Milford yg makan
    waktu satu hari penuh itu bung lebih banyak duduk di korsi malas
    ditepi kolam renang di deck paling atas, asyik membaca buku.
    Berkat bung, Berta dan teman2 baik dari LA itu yg selalu gembira
    satu minggu diatas kapal tidak terlalu menjemukan.

    Saya sengaja menyelipkan kata ”evaluasi” karena tentu ada
    perkebunan2 menggunakan HGU itu yang produktif, dikelola secara
    sehat, efektif dan memberikan pemasukan berarti kepada Negara.
    Lahan2 HGU diluar itu sudah sewajarnya diambil kembali oleh
    Negara untuk di bagi2kan kepada petani.

    Sebenarnya ini hanyalah reforma agraria yang sangat sangat
    ringan, jauh dari jiwa UUPA. Dan sebenarnya kalau mau Pemerintah
    Jokowi bisa melakukan itu tanpa khawatir akan di cap BTI atau
    PKI. Karena tanah2 konsesi itu adalah milik Negara. Tetapi tidak,
    Jokowi dalam hal ini bersikap pasiv. Ia hanya /menunggu.
    /Menunggu pemegang konsesi2 besar itu akan dengan murah hati
    sukarela mengembalikan konsesinya kepada Negara. Ya, ndak bakal lah.

    Btw, akhir Januari yl saya menghadiri sebuah Seminar On
    Agroforestry and Its Contribution Towards Achieving SDGs
    (Sustainable Development Goals) yang diselenggarakan oleh KTH
    Royal Institute of Technology Stockholm. Seminar dihadiri oleh
    pakar2, para akademisi terkait, wakil2 Pemerintah dan pengusaha
     Swedia, Indonesia dan negeri2 penghasil kelapa sawit lainnya
    dari Asia dan Amerika Latin. Sangat interesting. Sungguh masih
    banyak yg bisa dilakukan dibidang research, teknology, ilmu
    kimia, ilmu pertanian dan lain2, untuk meningkatkan produktivitas
    dan efisiensi hingga pengembangan agroindustri khususnya kelapa
    sawit tidak harus merambah tanah (hutan) baru.. Dari seminar juga
    terungkap masih sangat banyak industri dibidang ini yang
    beroperasi tidak searah dengan certification dan tidak
    berkontribusi untuk mencapai SDGs yang ditetapkan PBB. Khusus
    Indonesia, ton/hectar perkebunan kelapa sawit kita masih jauh
    dibawah Malaysia. Ampas kelapa sawitpun masih banyak yang belum
    dimanfaatkan.

    Salam

    //Tom



    Den måndag 25 februari 2019 13:14:38 CET, kh djie
    <dji...@gmail.com <mailto:dji...@gmail.com>> skrev:


    Bung Iljas,
    Kalau Jokowi ngomong mau evaluasi saja untuk bagikan tanah
    konsesi ke rakyat, pasti
    bakal ribut, orang akan ketakutan kehilangan tanah konsesinya.
    Tidak tahu apa sudah saatnya untuk menyetop pemakaian tanah hutan
    untuk kelapa sawit,
    dan perkebunan kelapa sawit harus dioptimalkan, tidak boleh
    diperluas.
    Mungkin kalau tanah gambut diubah jadi perkebunan kelapa sawit,
    masih boleh.
    Yang bisa dilakukan dan sudah ada peraturannya, adalah tanah yang
    tidak diolah diambil
    kembali oleh negara ? HGU yang sudah habis waktunya, bisa
    dihutankan kembali, bisa dijadikan tanah transmigrasi dll.
    Kalau di Belanda jaman dulu, gambut itu ditambang, dikeringkan ,
    dibikin briket, dijadikan
    bahan bakar. Mungkin untuk Pembangkit listrik tenaga uap ? Dulu
    semua serba sederhana,
    ngambilnya pakai perahu yang datar.
    Mungkin perlu dilakukan begitu di beberapa tempat, daripada
    setiap kali ada kebakaran,
    dan menimbulkan polusi asap.
    Di Belanda, bekas gambut yang diambil, jadi danau untuk rekreasi
    motor boot, zeilboot,
    perumahan di tepi danau, pemeliharaan ikan.
    Saya lihat orang Dayak di Kalimantan sudah bisa mengatasi
    kemungkinan kebakaran tanah
    gambut dengan bikin sumur boor. Gambut yang mulai agak kering,
    dengan kemungkinan terbakar
    disemprot air. Saluran2 air juga dibikin.
    Tahun ini kami nemani teman sekeluarga, anak, menantu dan
    cucu2nya dari Toronto cruise Laut
    Tengah. Ya, sekarang, kami sudah mulai sulit jalan, jadi ya
    cruise mungkin lebih cocok. Bisa enak ngobrol2
    Salam,
    KH


    Pada tanggal Sen, 25 Feb 2019 pukul 12.41 Tom Iljas
    iljas...@yahoo.se <mailto:iljas...@yahoo.se> [GELORA45]
    <GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>> menulis:


        Kesan saya setelah mencermati pidato Jokowi: Benang merah
        pembangunan ekonominya adalah ekonomi kerakyatan. Bagus.
        Kritik saya:
        Di tengah2 pidatonya Jokowi menekankan ber-ulang2:
        " Jika ada konsensi besar yang mau mengembalikan konsesinya
        kepada negara, saya tunggu. Dan akan saya bagikan untuk
        rakyat kecil".

        Ini jelas ditujukan kpd Prabowo. Sekedar propaganda untuk
        meraih suara. Belum tentu niat tulus Jokowi untuk
        mem-bagi2kan tanah konsesi kepada petani dalam rangka program
        reformasi agraria.

        Kalau mau melaksanakan program reformasi agraria penggalan
        pidato itu harusnya berbunyi:

        "Saya (Pemerintah) akan mengevaluasi konsesi2 besar,
        memastikan untuk mengembalikan konsesinya kepada negara untuk
        di-bagi2kan kepada rakyat (petani). Se-kurang2nya konsesi
        besar yang tidak ada manfaatnya bagi perekonomian negara dan
        rakyat".

        Kata "evaluasi" diperlukan karena ada konsesi besar spt kebun
        kelapa sawit, melalui kontrak  Hak Guna Usaha, menunjang
        eknomi negara dalam bentuk pajak.

        //Tom


        Den söndag 24 februari 2019 22:26:42 CET, Sunny ambon
        ilmeseng...@gmail.com <mailto:ilmeseng...@gmail.com>
        [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com
        <mailto:GELORA45@yahoogroups.com>> skrev:


        _
        _
        _
        _
        _https://www.youtube.com/watch?v=8Xwyq2o7u6g_




---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com

Reply via email to