Ooouuuh, kalau maksudnya dana Otsus 62T akumulasi sekitar 16 tahun, artinya bagaimana bisa muncul usulan RR dibagi rata 17,7juta/warga???

Pada saat masyarakat itu masih berlaku sistem feodal, pertanian yang dikerjakan sendiri-sendiri, ... budaya kehidupan masyarakat disitu belum ada kebiasaan bekerjasama, gotong royong secara baik. Dan budaya nurut patuh pada atasan, ... belum bisa dan berani menyangkal apalagi harus membantah perintah yang dianggap salah dan melanggar ketentuan. Selama budaya feodal, kerja perseorangan dan patuh perintah begini akan lebih sulit mengatasi korupsi. Begitu kira-kira pemikiran saya, ...


ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45] 於 28/8/2019 21:16 寫道:
Interupsi saya untuk meluruskan bahwa 62 triliun itu jumlah keseluruhan dana otsus selama ini (lk 16 tahun). Jadi dana otsus bukan dana kagetan yang sekali pukul, melainkan sudah bagian dari program percepatan pembangunan dengan sasaran utama peningkatan SDM. Niat awalnya untuk meningkatkan layanan dokter terbang dan guru terbang berikut daya dukungnya, sambil menyisihkan sekitar 10% untuk infrastruktur rintisan (jalan, jembatan, MCK umum dsb). Tetapi komposisi dana ini terus digeser hingga akhirnya terbalik. Sekarang porsi terbesar justru untuk infrastruktur, alias proyek yang sangat digemari koruptor. Padahal, selain dana otsus, 2 provinsi di Papua juga menerima DTI (dana tambahan infrastruktur). Dengan kondisi keuangan di tangan rezim oligarki ini, Jokowi dan menkeu terbaik sedunia berencana menghapus dana otsus.

Lebih kurang begitulah jabaran dari interupsi saya semalam.

Nah, membaca tanggapan Anda di bawah, saya jadi nyengir sambil memaklumi pandangan subyektif Anda. Tapi boleh jugalah Anda beberkan maksud pernyataan soal sulitnya melawan korupsi pada masyarakat yang budayanya belum meningkat. Seperti apa budaya yang belum meningkat dan seperti apa yang sudah meningkat itu? Lalu, di posisi budaya mana masyarakat Papua sekarang menurut Anda? Sebab, setahu saya, sdr/i Papua yang telanjang dada, pandai melukis wajah hingga sekujur badan, berkoteka, bawa busur tombak, dan tinggal dalam honai kayu atap jerami, secara adat tidak mengenal tradisi korupsi.

--- SADAR@... wrote:

    Dalam pemikiran saya yg sangat subjektif ini,  dana Otsus 62 atau
    67Triliun itu sangat besar dan akan jauh lebih baik kalau bisa
    membuka usaha di Papua dan meningkatkan kesejahteraan warga Papua!
    Problemnya, jangan biarkan dana Otsus 67T itu jatuh ditangan
    koruptor saja! Bukan karena selama belasan tahun dikorupsi tidak
    sampai ketangan warga, jadi membanting dibagikan seluruhnya pada
    warga saja, 17,7 juta/warga! Itu namanya dari kanan banting
    kekiri, ... jadinya tetap tidak membangun dan efektif!

    Tentu mengatasi korupsi BUKAN hal yang gampang dan bisa
    diselesaikan dalam hitungan sebulan setahun, bahkan mungkin tetap
    saja akan terjadi sepanjang masa? Karena itulah mental manusia yg
    sewaktu-waktu bisa berubah dikendalikan iblis, setan begitu
    terjadi kesempatan! Lalu?

    Korupsi itu hanya bisa terus dilawan didalam proses pembangunan
    itu sendiri, seiring dengan makin meningkat KESADARAN warga
    setempat! Pada saat tingkat kesejahteraan dan budaya warga masih
    sangat rendah lebih-lebih SULIT mengatasi korupsi, dengan cara dan
    sistem apapun mudah terjadi korupsi itu. Jalankan demokrasi,
    pemilihan langsung, suara warga bisa dibeli, ... sedang pengamatan
    warga setempat masih TAKUT mengadukan pejabat yg tidak adil dan
    tercium berbau korupi. Apalagi ditengah warga masih hidup
    berserakan sendiri-sendiri, belum ada kesadaran massa untuk
    berorganisasi, belum menyatukan diri dalam organisasi
    memperjuangkan keadilan dan kebenaran untuk memperbaiki nasibnya
    sendiri!

    Setelah massa terbentur berkali-kali, setelah terungkap
    pejabat-pejabat korup itu bagaimana perkaya diri dan sangat
    merugikan diri mereka, ... dan sadar ternyata selama ini dana
    tunjangan dikorupsi dan hanya menguntungkan segelintir pejabat,
    ... barulah mereka akan menemukan cara dan jalan mengatasinya!

    Sebaliknya, Pem.Pusat yg kucurkan dana itu juga sudah seharusnya
    menemukan cara dan jalan lebih baik jangan sampai dana itu
    tersangkut dan dikorup pejabat daerah! Bukan lalu dibagikan saja
    seluruhnya pda warga orang perorang TANPA pembangunan usaha! Caranya?

    Dari banyak tulisan-tulisan bagaimana Tiongkok bangkitkan dan
    merubah desa-desa terbelakang menjadi desa maju dan makmur,
    kesimpulan mereka: kunci utama ada pada organisasi basis PKT yg
    kuat dan baik didesa itu! Artinya, tanpa ada komite PKT yg cukup
    baik tidak akan berhasil merubah desa terbelakang itu menjadi desa
    maju dan sejahtera! Tapi, ... karena di Indonesia selama ini,
    komunis dilarang dan dijadikan momok yg ditakuti sampai sekarang,
    boleh saja dicoba gunakan parpol-parpol yg ada, bahkan dibuat
    kompetisi dalam membangun daerah terbelakang, siapa yang berhasil,
    misalnya! Kalau setelah beberapa tahun GAGAL semua, dan dananya
    tetap saja menguap dikorupsi! Yaa simpulkan saja kenyataan HARUS
    beri kesempatan PKI hidup dan berkembang lagi!!! Bukankah
    sepanjang perjalanan sejarah bangsa Indonesia, PKI telah
    membuktikan diri adalah salah-satu Partai yang konsekwen dan teguh
    berjuang untuk keadilan dan kebenaran, partai yang sepenuhnya
    mengabdi RAKYAT!!! Itu kalau saja bangsa ini berani melihat
    kenyataan sejarah apa adanya, ... sebagaimana dinyatakan bung
    Karno dan dipegang TEGUH sampai nafas terakhirnya!

    Kedua, merubah kesadaran massa dari hidup sendiri-sendiri menjadi
    bergabung, bekerjasama dalam koperasi-desa. Memecahkan masalah
    hidup, masalah kerja secara gotong-royong yang ditangani
    koperasi-desa. Timbul masalah pemilihan dan menentukan pejabat yg
    bisa dipercaya mengurus/menangani dengan baik koperasi-desa yg
    dibentuk itu, ... inipun merupakan proses pengenalan tersendiri.

    Ketiga, untuk mempercepat pembangunan, Pemerintah Pusat juga harus
    bisa MEMBANTU tenagatenaga-ahli untuk pertanian, perkebunan,
    peternakan yang dibutuhkan, ataupun membangun pabrik sesuai
    kondisi setempat. Memberi rangsang dan tunjangan bagi anak-anak
    muda ahli itu yang mau bekerja didaerah terbelakang, ...


    ajeg 於 28/8/2019 0:11 寫道:

    Interupsi

    Dana otsus Papua berlangsung sejak jaman Gus Dur. Dimulai dengan
    1,5 triliun dan terus meningkat setiap tahun hingga 8 triliunan
    sekarang. Jadi, 62 triliun itu (atau 67?) adalah total dana yang
    sudah diserahkan ke Papua. Konon lebih dari setengahnya sudah
    berhasil dikorupsi dengan selamat oleh pejabat setempat. Selama
    ini kan setiapkali ada pemeriksaan dari BPK pasti disusul dengan
    munculnya isu maupun aksi separatisme..

    Karena itu, usulan untuk membagikan langsung dana otsus ke
    penduduk lewat ATM bagus juga untuk memperkecil kemungkinan
    dikorup pejabat lokal. Sekaligus menggugah kesadaran anggota OPM
    bahwa selama ini mereka dikadali pejabat-pejabat korup Papua.

    Saya kira dengan pegang uang sendiri saudara/i Papua bisa punya
    kepercayaan diri untuk menghadapi dunia yang kapitalistik begini.
    Bisa sedikit leluasa untuk belanja kebutuhan secara otonom. Tidak
    minder atau hanya telan ludah melihat anak-anak pegawai kelurahan
    dll pada jajan bakso dan teh botol. Jajan beneran, bukan jajan
    yang lain.

    Lanjut.

    -- SADAR@... wrote:

    Ingat, yang namanya rakyat pekerja adalah juga manusia-manusia
    normal saja yang bisa ada yg baik, jelek bahkan jahat. TIDAK ada
    yg bisa menjamin yang dinamakan rakyat pekerja PASTI baik-baik, ...

    Manusia pada umumnya, kalau cuma dikasih duit (bukan pekerjaan dan
    usaha) hanya akan menjadi parasit saja! Setelah dana Otsus yg 62T
    dibagikan pada setiap warga menjadi 17,7 juta/bulan. Tentu
    tergantung pada setiap orang yang menerimanya, ... kalau saja
    kesadaran rakyat masih terbelakang, yaa hanya untuk makan saja dan
    merasa sudah cukup nyaman! Mungkin saja diantara mereka ada juga
    yg agak cerdas dan sedikit pengetahuan usaha bisa memulai usaha
    kecil-kecilan dan akhirnya membawa kemajuan..

    Tapi, kalau dana 62T itu bisa digunakan utk kembangkan usaha,
    entah menanam apa yang sesuai dengan alam di Papua, atau
    memelihara ternak, ikan, ayam, kambing, sapi, ... bukankah jauh
    akan lebih baik bagi rakyat Papua secara keseluruhan?


    Lusi D. 於 27/8/2019 16:32 寫道:
    Apa argumen bung menghakimi rakyat Papua biasa dng kesimpulan "habis
    dimakan dan akan menjadikan mereka parasit saja." spt uraian bung
    dibawah? Dalam hal ini saya sangat-sangat berbeda dengan bung.
    Dimana saja rakyat pekerja itu tidak punya moral parasit. Moral parasit
    itu adalah ideologi borjuis kecil keatas. Bung berargumen "Ditelan oleh
    pejabat koruptor, ... Lalu?", tapi tidak mempercayai jalan keluar untuk
    menghapus kemungkinan saluran korupsi.
Mengapa bung menutup mata bahwa selama ini dana itu tidak sampai kepada
    mereka yang berhak? Karena itu langkah pertama menghapus penghalang
    penyaluran dana, kemudian setelah sama-sama tegak berdiri bebaskan
    kearifan kegiatan perekonomian kepada masyarakatnya dan sesuai
    dengan hukum perkembangan perekonomian pasti akan bergerak dengan
    peningkatan dayabeli itu. Masyarakat akan berkembang dan meningkat
    dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hukum ekonomi pasar seperti yang
    sering digembar-gemborkan kan yah begitu jalannya.

    Saya memandang penerimaan uang "bantuan" sbg syarat minimal hidup
    normal itu adalah hak minimal rakyat Papua yang selama ini kekayaan
    tanahairnya dijuali oleh kakitangan imperialis, kaum spekulan dan
    penguasa negara RI ini.


    Am Tue, 27 Aug 2019 08:11:55 +0800
    schrieb ChanCT:
    Problem yang dihadapi, bagaimana meningkatkan kesejahteraan rakyat
    Papua yang terbelakang dan miskin itu lebih baik??? Kenyataan selama
    ini Otsus 62Triliun sebegitu BESAR, tidak sampai dan bisa dirasakan
    rakyat Papua! Ditelan oleh pejabat koruptor, ... Lalu?

    Dengan bagikan rata pada rakyat, barangkali bisa menyenangkan mereka,
    ...... tapi menurut saya, tidak memecahkan masalah kecuali habis dimakan
    dan akan menjadikan mereka parasit saja. Dana itu akan jauh lebih
    baik digunakan untuk membangun usaha di daerah Papua itu, dan dari
    hasil usaha yang dijalankan rakyat Papua itulah yg akan meningkatkan
    i pemalas itu kesejahteraan rakyat dengan sebaik-baiknya!


    Lusi D. 於 27/8/2019 3:41 寫道:
    Berikut tambahan uraian RR untuk menjawab problem yang bung Chan
    persoalkan, termasuk contoh kongkrit yang sudah dipraktekkan maupun
    hasilnya dalam mempercepat dan meningkatkan hubungan kebudayaan
    antar bangsa-bangsa seperti di Kanada.
    Lusi.

    Subsidi Pemerintah ke Warga Papua Tak Sampai,
    Rizal Ramli: Kasih Lewat ATM

    Oleh: Pebriansyah Ariefana | Muhammad Yasir
    Senin, 26 Agustus 2019 | 12:48 WIB

    Rizal Ramli pun menuturkan bahwasanya pada Pilpres 2019 lalu dirinya
    telah mengusulkan agar subsidi tersebut diberikan langsung kepada
    warga Papua.

    Suara.com - Mantan Menteri Koordinasi Bidang Kemaritiman, Rizal
    Ramli mengusulkan pemerintah Indonesia memberikan subsidi kepada
    warga Papua lewat kartu anjungan tunai mandiri (ATM). Sebab, hal
    itu dinilai Rizal Ramli akan lebih efektif.

    Rizal Ramli mengungkapkan kekinian setidaknya subsidi yang diberikan
    pemerintah terhadap warga Papua itu berkisar Rp 62 triliun. Hanya,
    uang tersebut tidak pernah sampai ke tangan warga Papua lantaran
    banyak dikorupsi baik oleh pejabat pemerintah pusat maupun daerah.

    Untuk itu, Rizal Ramli pun menuturkan bahwasanya pada Pilpres 2019
    lalu dirinya telah mengusulkan agar subsidi tersebut diberikan
    langsung kepada warga Papua baik di pegunungan maupun di pedesaan
    lewat ATM. Hal itu kata Rizal Ramli telah diterapkan seperti di
    Alaska.

    "Di Alaska itu, penduduk aslinya Indian, ternyata banyak gas, banyak
    minyak bumi, akhirnya setiap penduduk Alaska di berikan ATM, setiap
    bulan langsung ditransfer subsidinya dari pemerintahan," kata Rizal
    Ramli dalam acara 'Ngobrol Bareng tentang Papua', di Tebet, Jakarta
    Selatan, Senin (26/8/2019).

    Berkenaan dengan itu, Rizal Ramli mengatakan pihaknya akan meminta
    kepada pemerintah untuk menerapkan sistem subsidi yang sama dengan
    di Alaska untuk warga Papua.

    Berdasar, hitung Rizal Ramli, jika subsidi pemerintah sebesar Rp 62
    triliun itu dibagi kepada 3,5 juta penduduk Papua, setidaknya setiap
    warga Papua akan menerima uang subsidi sebesar Rp 17,7 juta per
    bulan.

    "Hari ini kalau Rp 62 triliun dibagi 3,5 juta orang itu hampir Rp
    17,7 juta per orang. Tapi rakyatnya (saat ini) tidak dapat apa-apa.
    Saya betul-betul tidak terima dan marah, ini sumber ketidakadilan
    luar biasa," ujarnya.

    "Jadi lebih bagus kita kasih ATM saudara-saudara kita di situ,
    setiap bulan terima subsidi berapa juta, sehingga mereka bisa hidup
    lebih baik," imbuhnya.

    +0800 schrieb ChanCT:
    Tentu, masalah serius dan mendesak yang dihadapi bangsa ini MENTAL
    manusia yang korup! Mau diapakan juga sulit mengatasinya, karena
    sudah bisa dikatakan membudaya dari atas sampai bawah, dari
    pemerintah pusat dan pemerintah daerah, ... Namun usul RR, dana
    alokasi Otonomi Khusus (Otsus) yang 62 Triliun untuk Papua itu
    dibagikan pada 3,5juta warga Papua, juga tidak realistis! Hanya
    akan HABIS digunakan untuk makan saja, ... dan TIDAK jadi apa2
    yang bisa mensejahterakan warga Papua.
    menemukan cara membangun daerah masing-masing sesuai dengan
    kondisi alam dan kesadaran warga setempat? Dorong mereka supaya
    keluarkan rencana pembangunan, mau bikin apa didaerahnya untuk
    berusaha, entah nanam apa, pelihara ternak apa, ... dan
    perkirakan butuh bantuan apa dari Pem. Pusat! Untuk itu Pem.
    Pusat juga harus siap membantu daerah bukan hanya kucurkan dana,
    tapi juga teknologi untuk berkarya, ... membangkitkan inisiatif
    dan kemampuan setiap daerah memperbaiki NASIB nya, meningkatkan
    kesejahteraan warga setempat!


    Lusi D. 於 26/8/2019 17:24 寫道:
    Nah bagaimana dng usul kongkrit Rizal Ramli berikut ini?

    1. Kalau Kita Lewat Birokrasi, Birokrasi Kita Ini Korup Kok

    Agar terserap oleh Rakyat, Rizal Ramli Sarankan Skema Alokasi
    Dana Otsus Papua Diubah

    Oleh Muslimin

    Senin, 26 Agustus 2019 14:26 WIB

    AKURAT.CO, Ekonom senior Rizal Ramli menyarankan agar skema
    pemberian dana alokasi Otonomi khusus (Otsus) untuk Papua dan
    Papua Barat diubah, agar Dana Alokasi dana Otsus itu tepat
    sasaran.

    "Kita harus ubah, selama ini kan Rp 62 triliun tahun untuk 3,5
    juta rakyat Papua tapi dalam prakteknya rakyat
    dikampung-kampung di gunung-gunung nyaris nggak terima
    apa-apa," kata Rizal Ramli dalam diskusi bertajuk Ngobrol
    Bareng RR bertajuk "Papua" di Kawasan Tebet, Jakarta Selatan,
    Senin (26/8/2019).

    Mantan menteri koordinator perekonomian era presiden RI ke-4
    Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini menyarankan agar sistem
    penyalurannya diganti yakni bukan lagi melalui pemerintah pusat
    turun ke pemerintah daerah, namun langsung ke masyarakat Papua
    dan Papua Barat.

    Caranya, Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencetak ATM untuk seluruh
    masyarakat bumi Cendrawasih yang penduduknya berjumlah 3,5 juta
    tersebut. Sebab, Otsus Rp 62 triliun dibagi perpenduduk Papua
    3,5 juta jiwa maka mereka akan menerima dana Rp 17,7 juta
    perorang. Naasnya, uang Rp 17,7 juta itu belum dirasakan oleh
    masyarakat di Papua dan Papua Barat.

    "Sistemnya kita minta BRI kasih ATM sama semua rakyat di Papua
    pertama kasih sama ibu-ibunya, mama-mama, setiap bulan
    pemerintah ngasih 2,5 juta nggak ada masalah itu. Hari ini kan
    17,7 juta perorang rakyat nggak dapat apa-apa," kata dia.

    Oleh karena itu, tegas RR, bila dibuat ATM dan diberi langsung
    ke perorang, masyarakat Papua akan langsung merima manfaat dari
    Otsus itu untuk keperluan mereka.

    "Mending Rp 2,5 juta, mereka bisa pakai buat makanan,
    pendidikan, Kesehatan dan itu cara yang lebih bagus. Kalau kita
    lewat birokrasi, birokrasi kita ini korup kok," tukasnya.[]

    2. Aparat Kita Sadis

    Penyelesaian Persoalan Papua Jangan Lagi Pakai Militer

    EDITOR by EDITOR

    48 mins ago in Nasional

    Kronologi, Jakarta – Penyelesaian persoalan di bumi Cendrawasih
    hendaknya menggunakan pendekatan kemanusian. Pendekatan melalui
    pengiriman militer seharusnya ditinggalkan.

    Demikian disampaikan oleh mantan menteri koordinator
    perekonomian era presiden Gus Dur, Rizal Ramli, di kawasan
    Tebet, Jakarta Selatan, Senin (26/8/19).

    “Kita harus lebih mengutamakan pendekatan kemanusian, damai,
    dalam menyelesaikan mslh Papua jgn lagi menggunakan cara-cara
    kekerasan, cara militeristik,” tegas RR, sapaan karibnya.

    Menurut RR, jika pemerintah memakai pendekatan militer justru
    masyarakat akan semakin tidak percaya terhadap pemerintah pusat.
    Akibatnya, mereka berpotensi mendukung gerakan separatis.

    “Cara-cara militer justru memacu ketidakpuasan yang lebih besar.
    Akhirnya, malah mendorong rakyat mendukung gerakan militer
    (OPM/KKB dll),” paparnya.

    Sebaiknya, lanjut RR, Indonesia belajar dari peristiwa Gerakan
    Aceh Merdeka (GAM) dan lepasnya Timor Timor, yang sekarang
    lepas dan merdeka menjadi Timor Leste. Penyebab semuanya,
    karena pemerintah menggunakan pendekatan militer dalam
    penyelesaian persoalan.

    “Seperti terjadi di Aceh, Timor Leste, karena aparat kita sadis,
    hanya menggunakan kekerasan akhirnya rakat biasa bersimpati
    dengan gerakan kemerdekaan Timor Leste ataupun GAM, kita harus
    belajar,” tukasnya.s itu tepat sasaran.




---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com

Kirim email ke