Dear all Hu-Ers dan Mas Dodo, Mas Christ, kayaknya mulai asyikkk nih

Christ àjawaban pertanyaan saya pada posting karma di milis SI beberapa waktu 
lalu.  -Setidaknya ini berarti karma seseorang bisa dirubah.

·         Akuur saya juga lebih cenderung kepada pilihan ini. 

-      Tuhan tidak akan merubah nasib sesuatu bangsa/pribadi kalo ybs. Tidak 
merusaha merubahnya. Kesempatan untuk merubahnya ya saat ini, saat hidup dalam 
alam dunia fana. Ketika kita hidup.

Chris--> Berarti tidak ada yang namanya takdir, semua yang dijalani adalah 
pengkondisian Karma.

-      Nah untuk yang satu ini saya bukannya nggak sependapat tapi masih ada 
terusannya. Maksudnya gini Takdir itu ada (tapi flexible)  kira2 bisa kita 
setarakan seperti Master Planning Proyeklah, kita singkat MP. Nah dalam 
perjalanannya MP tadi bisa di kondisikan dengan kesadaran spiritual Usernya.

Christ---> Karena adanya kemelekatan-lah maka seseorang dilahirkan kembali, 
begitu? Jadi ketika seseorang berhasil melepaskan kemelekatan itu sendiri 
berarti dia tidak dilahirkan kembali?

-      Kalo yang ini saya akuur juga, hanya saja yang lahir kembali tadi itu 
membawa sifat/karakter mana yang dominan (sebagaimana diketahui Ruh (dalam 
artian Microkosmis yang berasal dari sebagian Ruh (dalam artian Macrokosmis)  
ketika lahir dilengkapi dengan pendamping/kembaran yang punya karakter baik dan 
karakter buruk. 

-      Ketika menjalani kehidupan di dunia sifat/karakter yang lebih dominan 
lah yang akan menentukan arah tujuan ketika Ruh nya lepas landas (minjem 
istilahnya Mas Dodo hehehehe). . tapi ini masih ada jalan keluar jika ingin 
dituntun make GPRS (kita namain kawruhnya) nggak akan tersesat. Gitu kan mas 
Dodo?

-      Jadi Seperti air hujan yang asalnya dari laut ketika panas diangkat 
menjadi butir2an embun di awan lalu jatuh menjadi butir2an air hujan. Dari 
sekian butiran tadi ada yang ditampung di kolam, parit, kolam renang, bahkan 
juga jamban (sorry neh). Dan kemudian setelah mengalami proses rumit melalui 
siklusnya yang makan waktu baru akhirnya nyatu lagi ke laut  ke asalnya. Nah 
butiran yang laen ada juga yang jatuh langsung ke laut. Tapi yang jatuh kelaut 
tadi belum tentu juga di angkat lagi menjadi butiran embun dan kemudian menjadi 
hujan.

-      Wahhh aku kok muter2 ya nggak bakat jadi pembicara nih.  

-      Nah yang tidak mengalami daur ulang lagi jadi hujan tadi itu yang bisa 
kita artikan tidak dilahirkan kembali. Sedangkan yang mengalami daur ulang yang 
itulah yang dilahirkan kembali.

CATATAN

Itu semua cumak permainan kata2 aja lho, sekedar alat bantu untuk olah rasa, 
cipta dan karsa dalam mencari artian yang hakikinya. Jadi ya nggak harus 
demikian.

-      Monggo para kadhang semua HU-ers yang di berkati mohon dikoreksi dan 
ditambahi.

Pertanyaan from Christ

1.     Dalam kultur suku / bangsa tertentu ada kepercayaan bahwa karma baik / 
buruk yang kita jalani bisa diwariskan kepada anak cucunya, apakah memungkinkan?

- jawabannya wahhhh kalo kita make ukuran agama/kepercayaan nanti malah repot. 
Jadi kita musti keluar dulu dari koridor wilayah agama itu. Baru bisa obyektif 
menganalisanya. 

- Jawabannya saya rasa sama seperti di atas tadi, Anak turunan/Nasab yang pada 
masa hidupnya dilengkapi Jasad dan Ruh. Nenek Moyangnya juga idem ditto. Si 
Jasad Musnah ketika dan Si Ruh tetap Hidup (sebagian Ruh tadi yang manunggaling 
dengan Ruh  Macrokosmis nggak usah dibahas). Tapi bagi Ruh yang masih menjalani 
siklus daur ulang tadi itu yang lahir kembali yang dikasi sebutan Anak Cucu. 
Nah keliatan nggak benang merahnya dengan yang waris2an bawaan tadi.

2. Sedikit agak melenceng namun masih tetap dalam konteksnya : 

Masih sama dalam kultur suku / bangsa tertentu dipercaya Fungsui bisa merubah 
keberuntungan dan karma seseorang, bagaimana penjelasannya?

 

Itu dulu... monggo dibabarkan...

-      Nah untuk njawab yang ini saya rasa rumusnya sama, hanya beda tehnik 
pengamalannya aja.

Saya Cuma jawaban itu yang saya punya, maklum pengetahuan dan pengalaman 
terbatas, tapiiiii di berani2in (hehehehehe modal nekad/bonek) aja mohon 
dima'afkan kalo banyak salah dan ngawur semua.

Salam ngawur

Love light and blessings.

(mas Dodo tolong dong dicarikan padanan salam ini dg menggunakan boso dhewe, 
ada yang protes saya menggunakan londo2an)

H3rm4n

 

  ----- Original Message ----- 
  From: Christ 
  To: harmonisasi-universal@googlegroups.com 
  Sent: Friday, October 24, 2008 9:38 AM
  Subject: [HU] Re: Karma


  Lanjut....

  Hubungan karma tidak ditetapkan sebelumnya ( deterministis ), bukan telah 
digariskan oleh nasib dan tak dapat dihindari ( fatalistis ). Karma adalah 
salah satu dari banyak faktor yang menimbulkan kondisi apa yang dialami secara 
alamiah, dan karma yang lampau dapat diakhiri dan diubah dalam hubungannya 
dengan perbuatan yang dilakukan seseorang pada saat ini. 

  ---> Terima kasih mas Herman, ini bisa mewakili jawaban pertanyaan saya pada 
posting karma di milis SI beberapa waktu lalu.
  Setidaknya ini berarti karma seseorang bisa dirubah.



  Kiranya tidak perlu dijelaskan bahwa ajaran agama Buddha mengenai karma bukan 
fatalistis. Dapat dicatat agama Buddha menentang segala bentuk ajaran yang 
menyatakan bahwa segala sesuatu telah ditetapkan sebelumnya ( determinisme ) : 
determinisme alamiah ( sabhavavada ), determinisme teistis ( issarakaranavada ) 
dan determinisme karma ( pubbakammavada ), yang menghubungkan segalanya dengan 
karma yang lampau ataupun salah satu dari perpaduan di atas. 

  --> Berarti tidak ada yang namanya takdir, semua yang dijalani adalah 
pengkondisian Karma?



  Karena kehendak untuk hidup ( bhavatanha ) merupakan motif utama yang 
mendasari hampir semua kegiatan manusia, pada saat kematian, hal ini berkembang 
begitu hebat sehingga secara rohaniah mengambil sikap serakah. Seperti yang 
telah dikatakan sendiri oleh Buddha ; Di ambang kematian keinginan utama ini 
menjadi kemelekatan ( upadana ) yang menarik dirinya pada kehidupan lain. 
Proses pikiran terakhirlah yang membawa kemelekatan ini. Ini merupakan hukum 
alam, tak ada yang misterius, misterius hanya bila kita tidak memahaminya. 
Orang yang sekarat dengan seluruh jasmaninya melekat kuat pada kehidupan, 
sehingga pada titik kematiannya, mengirim energi karma secepat kilat, menemukan 
rahim calon ibu siap untuk pembuahan, dan kehidupan baru pun dimulai. 

  ---> Karena adanya kemelekatan-lah maka seseorang dilahirkan kembali, begitu? 
Jadi ketika seseorang berhasil melepaskan kemelekatan itu sendiri berarti dia 
tidak dilahirkan kembali?


  Pertanyaan :
  1. Dalam kultur suku / bangsa tertentu ada kepercayaan bahwa karma baik / 
buruk yang kita jalani bisa diwariskan kepada anak cucunya, apakah memungkinkan?

  2. Sedikit agak melenceng namun masih tetap dalam konteksnya : 
  Masih sama dalam kultur suku / bangsa tertentu dipercaya Fungsui bisa merubah 
keberuntungan dan karma seseorang, bagaimana penjelasannya?

  Itu dulu... monggo dibabarkan...


  Love and Harmony in Light,

  /christ 
  ~ Be thankful for what you have, not sad about what you don't have ~



  2008/10/23 Herman Adriansyah <[EMAIL PROTECTED]>

    Mas Dodo  dan  HU-Ers yang diberkati sekalian aja sama yang satu ini 
(hehehehe kayak iklan Tivi)
    Salam sejati
    h3rm4n

    DOKTRIN KELAHIRAN KEMBALI 


  

--~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~
Quote: 
** In this age of Aquarius, science will become religious, and religion will 
become scientific. Disagreements between science and religion will come to an 
end, and people will begin to comprehend that both spirit and matter are 
derived from the same source, and are only modifications of the One Universal 
Energy **
-~----------~----~----~----~------~----~------~--~---

Kirim email ke